Apakah
pitutur itu perlu? Jawabnya: “perlu”. Dapat dibaca pada posting “Pitutur kepada
pemberi pitutur” episode 1 dan 2. Dengan catatan ada “requirement” yang harus
dimiliki pemberi pitutur: Bahwa yang memberi pitutur tidak boleh melanggar
pituturnya sendiri. Andaikan ia pernah berbuat tidak baik, ia harus sudah
menghentikan perbuatan tidak baiknya itu.
Bagaimana
cara menyampaikan pitutur? Karena pituturnya pitutur Jawa, tentunya ya harus
njawani dalam penyampaiannya. Njawani itu bagaimana? Gampangnya ya menggunakan “basa
basuki”. Lalu “basa basuki” itu seperti apa? Secara sederhana “basa basuki”
adalah basa yang santun dan betul.
PITUTUR
MENGGUNAKAN BASA “NGOKO”
Ada
satu hal yang menarik bahwa pitutur, bebasan, pepindhan dll tidak ada yang
menggunakan basa “krama” melainkan ngoko tapi halus. Dalam budaya Jawa penggunaan
basa “krama (inggil)” ditujukan kepada orang yang lebih tua, atau dituakan. Kesimpulannya:
Kita tidak bisa memberikan pitutur kepada orang yang lebih tua atau dituakan.
Apalagi yang namanya “pepindhan, sanepa” dll sudah merupakan “basa pinathok”. Artinya
sudah dipathok begitu, tidak bisa diubah-ubah. Misalnya saja kata-kata “wanisilit wedi rai” ya seperti itu adanya jangan diubah jadi basa krama.
BAGAIMANA
MEMBERI PITUTUR?
Bagaimana
orang Jawa menyampaikan pitutur? Selain pitutur langsung misalnya yang
disampaikan Prabu Rama kepada Hanoman: Yen wania ing gampang wedia ing ewuh samubarang nora tumeka, atau pitutur-pitutur yang dapat dipirsani pada Kumpulan
Pitutur, ada juga pitutur yang langsung tetapi dengan menakut-nakuti yang bisa
masuk akal bisa juga tidak masuk akal. Hal ini dapat dibaca di tulisan-tulisan
tentang “gugon tuhon”
Yang
favorit sebenarnya adalah pitutur tidak langsung dengan bahasa “semu”
(Pengertian “semu” dapat dilihat pada posting Wong Jawa panggonane semu dan
pitutur a la Jawa). Beberapa telah saya tulis, misalnya: Menyampaikan pitutur
dengan wangsalan, Menyampaikan pitutur dengan parikan, penggunaan purwakathi
dalam penyampaian pitutur dan posting tembang-tembang yang mengandung pitutur. Daftarnya
ada di bawah. Yang lain akan disusulkan kemudian.
Silakan
mengikuti, kiranya Bapak dan Ibu berkenan.
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
5
|
|
6
|
|
7
|
|
8
|
|
9
|
|
10
|
|
11
|
|
12
|
Tembang emplek-emplek ketepu (2): Tetap memberi pitutur walau jaman sudah berubah |
| Menyampaikan pitutur melalui parikan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment