Sekarang
ini banyak orang Jawa yang sudah tidak paham lagi dengan pengertian “Tahun
Dal”. Tidak hanya kaum muda tetapi juga orang yang sudah berumur. Bagi yang
tidak tahu samasekali tidak ada masalah karena tidak akan mengucapkan maupun
menggunakannya. Bagi yang mengerti sedikit-sedikit justru menjadi masalah
karena timbul salah pengertian yang lama-lama menjadi “salah kaprah”.
Bahkan
ada gugon tuhon yang perlu
diklarifikasi dengan logika. Yang jelas tahun Dal memang istimewa.
Mohon
diperhatikan dialog di bawah:
1. Seolah-olah tahun Dal adalah waktu
yang sudah lama lampau
A
melihat B memakai baju baru, lalu memberi komentar: “Wah durung Bada (Lebaran) wis nganyari.” (Jaman tidak enak dulu
orang pakai baju baru hanya setahun sekali, dipaskan waktu Lebaran)
B
dengan malu-malu menyanggah komentar A: “Wong
klambi jaman tahun Dal ngene kok diarani anyar”. (Baju jaman tahun Dal gini
kok dikatakan baru).
2. Seolah-olah tahun Dal adalah waktu
yang masih lama datangnya.
A
mengeluh bahwa C belum juga mengembalikan hutangnya, kemudian dikomentari oleh
B: “Lha salah sampeyan dhewe, kok percaya
karo C. Nganti tahun Dal ya ora arep dibalekake (Salah kamu sendiri, kok
percaya sama C. Sampai tahun Dal ya tidak akan dikembalikan)
3. Seolah-olah tahun Dal adalah tahun
yang angker
A
mendengar kabar bahwa B tahun ini akan menikah; ketika ketemu B ia menanyakan:
“Kabarnya mau menikah, kapan jadinya?
Jawab
B: “Maunya gitu Mas. Tapi katanya tidak boleh ada acara pernikahan pada tahun
Dal. Akan banyak halangannya. Jadinya ditunda”.
Catatan:
Ada mitos bahwa tahun Dal adalah waktunya para lelembut melangsungkan
pernikahan.
KAPANKAN TAHUN DAL YANG TERAKHIR DAN
YANG AKAN DATANG?
Tahun
Dal yang terakhir sebenarnya belum lama lampau. Masih dalam kurun waktu masa
bakti Kabinet Indonesia Bersatu (jilid) II (2009-2014), dimulai tanggal 18
Desember 2009 s/d 7 Desember 2010.
Perayaan
Sekaten Tahun Dal yang terakhir di Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 15
Januari 2010 s/d 18 Pebruari 2010.
Beritanya
dapat dibaca di Aktualita Jogja
dengan link
Lalu
kapankah Tahun Dal yang akan datang? Bapak Ibu dapat menelusuri antara lain di Kalender Jawa OnLine di
http://www.kalenderjawa.com/
maka akan ditemukan
bahwa Tahun Dal yang akan datang dimulai hari Jum’at 22 September 2017 (1 Sura
1950 tahun Jawa) s/d 11 September 2018. Jadi kira-kira 4 tahun yang akan
datang.
Yang
jelas Tahun Dal akan muncul setiap 8 tahun atau “satu windu” dalam kurun waktu
perhitungan kalender Jawa.
MENGAPA TAHUN DAL MUNCUL SETIAP
DELAPAN TAHUN?
Bagi
yang paham perhitungan Jawa tentunya akan ketawa: “Gitu saja kok ditanyakan”.
Tapi bagi yang tidak tahu sama sekali dan tidak malu bertanya, jawabannya
sebagai berikut:
Orang
Jawa rupanya membuat perhitungan dengan siklus delapan tahunan = Satu Windu
(tentusaja menggunakan tahun Jawa, bukan tahun masehi. (Menjadi salah kaprah
lagi kalau misalnya kita membaca spanduk “Peringatan Dwi Windu berdirinya suatu
perkumpulan” dengan hitungan tahun masehi).
Setiap
tahun ada namanya. Karena siklusnya 8 tahunan maka nama tahun juga ada delapan:
Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, Jimakir, dan kembali ke Alip lagi. Demikian
pula Tahun Dal juga akan kembali setiap 8 tahun.
TAHUN DAL JUGA ADA DI SULAWESI SELATAN
Yang
menarik, perhitungan delapan tahunan ini juga digunakan orang Melayu Makassar
sebagai patokan tanda-tanda perubahan tahun. Penamaannya pun juga nyaris sama
hanya urutannya yang berbeda, yaitu tahun: Alif,
Ha, Jim, Zei, Awal, Ba, Wawu dan Dal.
Kalender
yang digunakan adalah penanggalan Arab (Qomariyah), Penggunaan bahasa berbasis Arab
sama dengan perhitungan Windu dalam kalender Jawa. Hanya urutannya tidak sama. Jelasnya dapat dibaca pada tulisan berjudul: Tanda-tanda Perubahan Tahun dan Hari-hari
Naas dalam Pengetahuan Orang Melayu Makassar, Sulawesi Selatan di
melayuonline.com dengan link
http://melayuonline.com/ind/literature/dig/2750/tanda-tanda-perubahan-tahun-dan-hari-hari-naas-dalam-pengetahuan-orang-melayu-makassar-sulawesi-selatan
LIDING DONGENG
Tahun
Dal memang istimewa. Bapak Ibu dapat membacanya di Aktualita Jogja yang telah disebutkan di atas, disinggung pula pada
tulisan Sekaten Kraton
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan
link
Nabi Muhammad SAW pun menurut perhitungan mundur (Saat Rasulullah dilahirkan, tahun Jawa belum ada) orang Jawa juga dilahirkan pada
tahun Dal.
Teman-teman
yang tidak paham nama-nama tahun Jawa pada umumnya bisa nylekop “tahun Dal”
dengan segala salah-kaprahnya. Gambar di bawah mudah-mudahan dapat lebih
menjelaskan siklus tahun Jawa.
No comments:
Post a Comment