Thursday, November 28, 2013

TAHUN DAL: YANG MITOS, YANG NYATA DAN YANG SALAH-KAPRAH

Sekarang ini banyak orang Jawa yang sudah tidak paham lagi dengan pengertian “Tahun Dal”. Tidak hanya kaum muda tetapi juga orang yang sudah berumur. Bagi yang tidak tahu samasekali tidak ada masalah karena tidak akan mengucapkan maupun menggunakannya. Bagi yang mengerti sedikit-sedikit justru menjadi masalah karena timbul salah pengertian yang lama-lama menjadi “salah kaprah”.
 
Bahkan ada gugon tuhon yang perlu diklarifikasi dengan logika. Yang jelas tahun Dal memang istimewa.
 
Mohon diperhatikan dialog di bawah:
 
 
1. Seolah-olah tahun Dal adalah waktu yang sudah lama lampau
 
A melihat B memakai baju baru, lalu memberi komentar: “Wah durung Bada (Lebaran) wis nganyari.” (Jaman tidak enak dulu orang pakai baju baru hanya setahun sekali, dipaskan waktu Lebaran)
 
B dengan malu-malu menyanggah komentar A: “Wong klambi jaman tahun Dal ngene kok diarani anyar”. (Baju jaman tahun Dal gini kok dikatakan baru).
 
 
2. Seolah-olah tahun Dal adalah waktu yang masih lama datangnya.
 
A mengeluh bahwa C belum juga mengembalikan hutangnya, kemudian dikomentari oleh B: “Lha salah sampeyan dhewe, kok percaya karo C. Nganti tahun Dal ya ora arep dibalekake (Salah kamu sendiri, kok percaya sama C. Sampai tahun Dal ya tidak akan dikembalikan)
 
 
3. Seolah-olah tahun Dal adalah tahun yang angker
 
A mendengar kabar bahwa B tahun ini akan menikah; ketika ketemu B ia menanyakan: “Kabarnya mau menikah, kapan jadinya?
 
Jawab B: “Maunya gitu Mas. Tapi katanya tidak boleh ada acara pernikahan pada tahun Dal. Akan banyak halangannya. Jadinya ditunda”.
 
Catatan: Ada mitos bahwa tahun Dal adalah waktunya para lelembut melangsungkan pernikahan.
 
 
KAPANKAN TAHUN DAL YANG TERAKHIR DAN YANG AKAN DATANG?
 
Tahun Dal yang terakhir sebenarnya belum lama lampau. Masih dalam kurun waktu masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu (jilid) II (2009-2014), dimulai tanggal 18 Desember 2009 s/d 7 Desember 2010.
 
Perayaan Sekaten Tahun Dal yang terakhir di Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2010 s/d 18 Pebruari 2010.
 
Beritanya dapat dibaca di Aktualita Jogja dengan link
 
 
Lalu kapankah Tahun Dal yang akan datang? Bapak Ibu dapat menelusuri antara lain di Kalender Jawa OnLine  di http://www.kalenderjawa.com/ maka akan ditemukan bahwa Tahun Dal yang akan datang dimulai hari Jum’at 22 September 2017 (1 Sura 1950 tahun Jawa) s/d 11 September 2018. Jadi kira-kira 4 tahun yang akan datang.
 
Yang jelas Tahun Dal akan muncul setiap 8 tahun atau “satu windu” dalam kurun waktu perhitungan kalender Jawa.
 
 
MENGAPA TAHUN DAL MUNCUL SETIAP DELAPAN TAHUN?
 
Bagi yang paham perhitungan Jawa tentunya akan ketawa: “Gitu saja kok ditanyakan”. Tapi bagi yang tidak tahu sama sekali dan tidak malu bertanya, jawabannya sebagai berikut:
 
Orang Jawa rupanya membuat perhitungan dengan siklus delapan tahunan = Satu Windu (tentusaja menggunakan tahun Jawa, bukan tahun masehi. (Menjadi salah kaprah lagi kalau misalnya kita membaca spanduk “Peringatan Dwi Windu berdirinya suatu perkumpulan” dengan hitungan tahun masehi).
 
Setiap tahun ada namanya. Karena siklusnya 8 tahunan maka nama tahun juga ada delapan: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, Jimakir, dan kembali ke Alip lagi. Demikian pula Tahun Dal juga akan kembali setiap 8 tahun.
 
 
TAHUN DAL JUGA ADA DI SULAWESI SELATAN
 
Yang menarik, perhitungan delapan tahunan ini juga digunakan orang Melayu Makassar sebagai patokan tanda-tanda perubahan tahun. Penamaannya pun juga nyaris sama hanya urutannya yang berbeda, yaitu tahun: Alif, Ha, Jim, Zei, Awal, Ba, Wawu dan Dal.
 
Kalender yang digunakan adalah penanggalan Arab (Qomariyah), Penggunaan bahasa berbasis Arab sama dengan perhitungan Windu dalam kalender Jawa. Hanya urutannya tidak sama.  Jelasnya dapat dibaca pada tulisan berjudul: Tanda-tanda Perubahan Tahun dan Hari-hari Naas dalam Pengetahuan Orang Melayu Makassar, Sulawesi Selatan di melayuonline.com dengan link
 
 
 
LIDING DONGENG
 
Tahun Dal memang istimewa. Bapak Ibu dapat membacanya di Aktualita Jogja yang telah disebutkan di atas, disinggung pula pada tulisan Sekaten Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan link
 
Nabi Muhammad SAW pun menurut perhitungan mundur (Saat Rasulullah dilahirkan, tahun Jawa belum ada) orang Jawa juga dilahirkan pada tahun Dal.
 
Teman-teman yang tidak paham nama-nama tahun Jawa pada umumnya bisa nylekop “tahun Dal” dengan segala salah-kaprahnya. Gambar di bawah mudah-mudahan dapat lebih menjelaskan siklus tahun Jawa.

 
 
Gambar di atas juga menunjukkan bahwa tahun Jawa juga memiliki siklus 4 winduan sehingga ada empat nama untuk kurun waktu satu windu: Windu Adi, Windu Kuntara, Windu Sengara dan Windu Sancaya.
 
Bila Bapak Ibu memperhatikan kalender yang ada perhitungan Jawanya, maka pada bulan Nopember tahun 2013 ini kebetulan pas pergantian tahun (Hijriah dan Jawa) pas juga pergantian Windu (Jawa). Kurang-lebih ada tulisan sebagai berikut:

 
 
Bapak Ibu pasti mengerti bahwa yang dimaksud adalah: Dalam bulan Nopember 2013 (Mulai 5 Nopember: 1 Sura) kita meninggalkan tahun Jimakir dan Windu Kuntara, bergeser ke tahun Alip, Windu Sengara. Perlu dicatat tanpa harus percaya, bahwa dalam urusan ramal-meramal (tanpa perlu dimasukkan dalam hati secara mendalam): Windu Kuntara ditengeri dengan banyaknya perilaku baru yang aneh-aneh (barangkali betul). tapi bukankan Windu Kuntara sudah kita tinggalkan dan kita sekarang masuk di Windu Sengara yang katanya banyak banjir. (Iwan MM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST