Tuesday, June 19, 2012

JER BASUKI MAWA BEYA


Kalimat “Jer Basuki Mawa Beya” amat akrab bagi telinga orang Jawa, khususnya yang di Provinsi Jawa Timur. Demikian tinggi maknanya sehingga kalimat tersebut tertera di bawah Lambang Daerah Jawa Timur yang ditetapkan dengan Perda. Ringkasnya kalimat “Jer Basuki Mawa Beya” mengandung arti “Untuk mencapai kebahagiaan diperlukan pengorbanan”

Pernah saya tulis dalam Sundah mandah: Memahami “Jer Basuki Mawa Beya”, bahwa sebenarnya sejak kanak-kanak kita sudah dididik untuk memahami bahwa “kebahagiaan butuh kerja keras” dalam hal ini melalui permainan. Dalam “Sundah mandah” sawah baru kita peroleh setelah berjuang. Intinya, manungsa dhemen enak lan kapenak, nanging kudu nukoni kangelan dhisik. Masalahnya apakah ada yang menjelaskan kepada anak-anak tersebut makna dibalik permainan “sundah mandah”, jangan-jangan tidak ada. Lebih-lebih pada jaman sekarang, apakah masih ada anak-anak yang bermain “sundah mandah”?
Dalam bahasa Jawa kata “Basuki” mengandung arti selamat sejahtera, lahir dan batin. sesuatu yang menjadi cita-cita orang Jawa pada umumnya. Dasanama (sinonim) dari kata “basuki” dalam bahasa Jawa cukup banyak. Karena nama dianggap mengandung makna, maka orang Jawa banyak (paling tidak pada masa itu) memberi nama anaknya yang mengandung makna selamat dan sejahtera. Contohnya: Basuki, Lestari, Slamet, Raharja, Rahayu, Sugeng, Widada, Wilujeng, Yuwana. bahkan bisa didobel, misalnya Slamet Raharja.

Guna mencapai “Basuki” diperlukan “Beya”, yang artinya adalah biaya. Mendengar kata “biaya” maka yang pertama kali terlintas dalam otak kita pasti “uang”. Memang semua butuh uang, dan tidak sedikit. Ada dua guyonan yang semua orang sudah tahu, yaitu pada waktu tawar-menawar tarip dengan tukang becak: (1) Sewu njaluk slamet (seribu minta selamat) dan  (2) Sewu tanpa rem (seribu tidak pakai rem). Ungkapannya sederhana, tapi silakan didalami, ternyata maknanya dalam.

Uang memang sakti. Tetapi sesakti-saktinya uang, ia tidak menyelesaikan masalah. Seorang teman yang sekarang sudah meninggal dunia, pernah mengatakan: “Uang itu pokok, tapi tidak prinsip. Jangan dibalik bahwa uang itu prinsip tapi tidak pokok. Maknanya lain”.

“Mawa beya” berarti membutuhkan biaya. “Beya” disini tidak berarti uang, walaupun pada jaman sekarang semuanya perlu dihitung dengan uang. ”Beya” dapat diartikan “input” untuk mencapai “basuki”.  Pemikiran kita, waktu kita, kerja keras kita, pengorbanan kita, semua adalah input. Semua adalah modal. Tidak ada sesuatu yang turun begitu saja dari langit. Semuanya harus digali sendiri oleh manusia dari bumi.  Kita tidak boleh “njagakake endhoge si blorok” dan orang yang “thenguk-thenguk nemu kethuk” memang ada tetapi kasuistik saja. Amat langka kejadiannya. Apalagi kalau dikaitkan dengan pembangunan, jelas tidak mungkin.

“Jer Basuki Mawa Beya” adalah pesan untuk kita semua: Perorangan, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Semangat “Jer Basuki Mawa Beya” membangunkan kita semua untuk meningkatkan keikhlasan berkorban, meningkatkan partisipasi dalam mengisi kemerdekaan yang telah kita bayar dengan “beya” darah dan air mata. (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST