Sapa nandur ngundhuh.
Peribahasa ini mengandung makna yang dalam. Barang siapa menanam ia akan
menuai. Bergantung apa yang ditanam: kebaikan atau kejahatan. Bahkan bisa lebih
berat panenannya, sesuai peribahasa Barang siapa menabur angin akan menuai
badai. Oleh sebab itu, hidup sebaiknya diisi dengan menanam kebaikan.
Celaka karena
perbuatan sendiri tidak selalu perkara kejahatan kepada orang lain. Melanjutkan
tulisan ORANG-ORANG YANG SENGSARA KARENA PERBUATANNYA SENDIRI DALAM PARIBASAN JAWA (1), di bawah adalah beberapa contoh orang yang apes karena kemurkaan,
niat buruk sendiri dan kurang kewaspadaan, serta satu lagi justru karena
kebaikannya. Kiranya dapat dijadikan rujukan:
C. CELAKA KARENA KEMURKAAN SENDIRI
1. BRAKITHI ANGKARA MADU
Brakithi: Semut. Madu
disukai semut. Menggambarkan orang yang celaka karena barang yang amat disukai.
2. BRAKATHA ANGKARA GENI
Brakatha: laron.
Laron suka mendatangi cahaya termasuk api. Pengertiannya sama dengan diatas,
orang yang celaka karena barang yang dia sukai.
Menggarisbawahi butir
1 dan 2: Contoh sederhana adalah orang yang suka makan. Pas musim durian kita
diundang ke desa yang sedang panen durian. Makan sepuasnya karena gratis.
Malamnya sakit perut karena kebanyakan durian.
Contoh yang lebih canggih adalah
mencuri uang, mulai dari mencopet sampai korupsi, kemudian ketahuan dan
ditangkap.
3. SONA BELANG MATI AREBUT MANGSA
Sona: anjing. Berbeda
dengan butir 1 dan 2 yang bersifat perorangan, disini adalah antara dua orang
atau lebih (digambarkan sebagai anjing) yang saling berebut (karena contohnya
anjing maka yang diperebutkan “mangsa). Mengapa harus berebut kalau tidak
karena kemurkaannya. Risikonya yang berebut sama-sama babak belur. Dapat dibaca
pada posting Manusia harus rukun: kisah dua orang pemburu.
4. JANMA MATI MURKA
Janma: manusia.
Menegaskan bahwa orang murka akan celaka.
5. MBURU UCENG KELANGAN DHELEG
Mengejar yang kecil (diibaratkan ikan uceng) kehilangan yang besar (diibaratkan ika dheleg: Ikan kutuk/ ikan gabus). Dapat dibaca di Mburu uceng kelangan dheleg).
6. MBUWANG RASE NEMU LUWAK
Bisa disebut juga dengan MBUWANG RASE NEMU KUWUK. Pengertiannya membuang yang jelek (diibaratkan rase) dapat yang lebih jelek (diibaratkan musang atau kucing jantan liar, tua). Dapat dibaca di Mbuwang rase nemu kuwuk.
D. AKIBAT PUNYA NIAT BURUK
5. MBURU UCENG KELANGAN DHELEG
Mengejar yang kecil (diibaratkan ikan uceng) kehilangan yang besar (diibaratkan ika dheleg: Ikan kutuk/ ikan gabus). Dapat dibaca di Mburu uceng kelangan dheleg).
6. MBUWANG RASE NEMU LUWAK
Bisa disebut juga dengan MBUWANG RASE NEMU KUWUK. Pengertiannya membuang yang jelek (diibaratkan rase) dapat yang lebih jelek (diibaratkan musang atau kucing jantan liar, tua). Dapat dibaca di Mbuwang rase nemu kuwuk.
D. AKIBAT PUNYA NIAT BURUK
1. MENTHUNG KOJA KENA SEMBAGINE
Saudagar India pada
jaman dulu disebut “koja”. Sedangkan “sembagi” adalah kain mahal dari luar
negeri. Pengertian “menthung’ (memukul) dalam paribasan ini adalah menipu.
Pikirannya sudah berhasil menipu. Bukan sembarangan, karena pada jaman dulu
saudagar India (koja) terkenal mahir dalam transaksi jual beli. Padahal yang
kena cuma pakaiannya (sembagi). Jelasnya: merasa berhasil menipu padahal
ketipu.
2. BUDHUK KAWUK
Budhuk: Penyakit kulit menahun. Kawuk: tubuh yang sudah tua; mencela padahal diri sendiri lebih jelek dari yang dicela. Pengertiannya: Berbuat tidak baik akhirnya terkena diri sendiri.
Budhuk: Penyakit kulit menahun. Kawuk: tubuh yang sudah tua; mencela padahal diri sendiri lebih jelek dari yang dicela. Pengertiannya: Berbuat tidak baik akhirnya terkena diri sendiri.
E. TERLALU BAIK
Agak aneh juga bahwa
orang terlalu baik juga bisa sengsara. Adalah ungkapan bahasa Inggris yang
pernah saya dengar, tetapi tidak dapat ditemukan kembali rujukannya: To be a little bad is better than to be good.
Menjadi agak buruk masih lebih baikan daripada menjadi baik.
1. BLABA WUDA
Blaba: pemurah; Wuda:
telanjang. Karena terlalu pemurah malah diri sendiri kekurangan. Contoh ringan
(pernah saya tulis dalam salah satu posting), waktu di Somalia untuk mengambil
hati orang-orang disana saya suka menawari rokok (waktu itu saya masih
merokok). Alih-alih mengambil satu batang dia ambil bisa sampai 5 batang.
Akibatnya saya tidak punya rokok. Padahal di kancah perang seperti itu cari
rokok susah.
2. WELAS TEMAHAN LALIS
Welas: menaruh belas
kasihan; Lalis: Hilang, mati. Pengertiannya: menaruh belas kasihan kepada
seseorang, yang akhirnya menyengsarakan diri sendiri. Hal ini umumnya terjadi
karena yang diwelasi bukannya membalas budi tetapi membalas dengan kejahatan.
Kembali kita
diingatkan dengan kisah sapi yang menolong buaya, kemudian buaya justru akan
memakan si sapi. Kalau tidak ada kancil disitu, barangkali si sapi yang welas kepada buaya akan lalis.
Catatan: Peribahasa
ini sering disalahucapkan dengan: Welas
tanpa alis.
LIDING DONGENG
Orang yang celaka
apakah karena ucapan, kesombongan, kemurkaan, punya niat buruk atau karena
hatinya terlalu baik, pada intinya karena kurang waspada. Adalah satu
peribahasa Jawa: NGIDAK GENI BLUBUKAN.
Geni blubukan adalah api kayu atau arang yang tertutup
abu, sehingga apinya tidak kelihatan. Bisa dibayangkan apabila orang yang tidak
mengenakan alas kaki dan berjalan tidak hati-hati kemudian menginjak geni blubukan ini. Pasti melepuhlah
telapak kaki.
Dilanjutkan ke
ORANG-ORANG YANG MEMANG HARUS APES DALAM PARIBASAN JAWA
No comments:
Post a Comment