Tuesday, April 8, 2014

MAKANAN (MANGSA) BATHARA KALA: SUKERTA DAN JULUNG (1)

Tulisan ini adalah lanjutan BATHARA KALA YANG DITAKUTI

Kepada Bathara Guru, Bathara Kala minta diberi makanan (tentu saja bukan sayur mayur atau hewan ternak, melainkan manusia). 

Bathara Guru pun menyadari, kalau di bebas-merdekakan dalam mencari makan, manusia di Marcapada (dunia) bisa punah. Maka diberikanlah kewenangan kepada Bathara Kala untuk memangsa manusia tetapi hanya yang memenuhi persyaratan tertentu saja. 

Tidak semua manusia boleh dimakan Bathara Kala. Walau demikian yang menjadi hak makan Bathara Kala ternyata masih banyak juga.



JANMA SUKERTA DAN JULUNG

Manusia yang menjadi makanan Bathara Kala disebut JANMA (manusia) SUKERTA (penyebab kesialan). Pengertian bebasnya: Manusia yang karena sesuatu hal sering mengalami kesialan. Dulu kalau ada orang yang hidupnya selalu apes, sering ditelusuri akar masalahnya: Jangan-jangan termasuk “Janma Sukerta”.

Adapun pengertian JULUNG menurut Bausastra Jawa, Poerwadarminta, 1939 adalah: Pinasti bakal nandang kacilakan marga lahire mbeneri wektu sing dianggep ora becik (orang yang dipastikan akan sering celaka karena lahirnya bertepatan dengan saat yang tidak baik). 

Dalam pengertian luas, JULUNG termasuk dalam katagori SUKERTA. Ada pula yang mengartikan JULUNG adalah SUKERTA.

Saya coba memudahkan (mohon maaf kalau justru menjadi lebih sulit) dengan membagi Janma Sukerta (termasuk Julung) ini menjadi empat bagian, berdasarkan:

A: Jumlah saudara kandung kita
B: Kondisi waktu kehamilan dan persalinan
C. Kelainan tubuh
D: Saat-saat yang tidak baik

Pembahasannya sebagai berikut:


A. JANMA SUKERTA BERDASAR JUMLAH SAUDARA KANDUNG KITA:

Tentunya hal ini baru bisa diketahui setelah ibu kandung kita tidak lagi melahirkan anak (Kalau mau tepat tentunya setelah menopause). Merujuk ke Serat Bauwarna, Ki Padmasusastra, 1898 dapat saya sampaikan sebagai berikut:


1. ANAK TUNGGAL
Ontang-Anting: Anak satu-satunya, anak tunggal, anak semata wayang (wayang kulit matanya hanya satu). 


2. DUA BERSAUDARA

a. Uger-uger Lawang
Ada yang menyebut hanya “Uger-uger” saja tanpa tambahan kata “lawang”: Dua bersaudara laki-laki semua.

b. Kembang Sepasang
Ada yang menyebut “Sekar Sepasang”: Dua bersaudara perempuan semua.

c. Kedhana Kedhini
Dua bersaudara, laki-laki dan perempuan


3. TIGA BERSAUDARA

a. Sendhang kapit pancuran
Tiga bersaudara, yang sulung dan bungsu laki-laki sedang penengahnya perempuan: Laki-laki – Perempuan – Laki-laki.

b. Pancuran kapit sendhang
Tiga bersaudara, yang sulung dan bungsu perempuan, penengahnya laki-laki: Perempuan – Laki-laki – Perempuan


4. EMPAT BERSAUDARA

a. Saramba
Empat bersaudara, laki-laki semua

b. Sarimpi
Empat bersaudara perempuan semua


5. LIMA BERSAUDARA

a. Pancala Putra atau Pandawa
Lima bersaudara, laki-laki semua

b. Pancala putri atau Pandawi
Lima bersaudara, perempuan semua

c. Padangan 
Lima bersaudara, empat laki-laki satu perempuan

d. Pipilan atau Pandawa Ipil-ipil
Lima bersaudara, empat perempuan satulaki-laki


LIDING DONGENG

Dapat kita lihat bahwa peluang menjadi Janma Sukerta berdasar jumlah saudara kandung kita adalah

Bila jumlah saudara kandung (termasuk diri kita) di bawah enam
Bila jenis kelamin tidak lengkap laki-laki dan perempuan
Bila salah satu jenis kelamin hanya satu

Dapat kita pahami bahwa pada masa itu derajat kesehatan masyarakat masih rendah. Angka kematian masih tinggi, demikian pula program imunisasi dan Keluarga Berencana belum ada. Jaringan pelayanan kesehatan belum sampai ke Desa. 

Dengan demikian dapat kita maklumi mengapa orang jaman dulu pada umumnya punya anak banyak. Bukan hanya pandangan bahwa “banyak anak banyak rejeki” melainkan juga merupakan upaya: Kalau ada yang mati, masih ada penerus keturunan yang lain, lengkap laki-laki dan perempuan. Kalau semuanya mati, akan diterima sebagai suratan takdir.



TULISAN TENTANG BATHARA KALA SELENGKAPNYA

2 Makanan (Mangsa) Bathara Kala: Sukerta dan Julung (1)   

1 comment:

boingjoker@gmail.com said...

Kula lair antawis jam 5-6 enjing. Menapa kalebet julung mekar? Pripun menawi kula ngagem nami julukan julung mekar! Sae/angsal napa mboten? Kula dereng nate dipun ruwat, menapa kedah dipun ruwat? Matur nuwun Pak Iwan.


Most Recent Post


POPULAR POST