Sunday, April 21, 2013

PENCARI BERITA DAN PENYEBAR GOSIP DALAM PARIBASAN JAWA

Dalam ungkapan bahasa Indonesia kita kenal “berita burung” yang artinya kurang lebih berita berita tidak jelas (karena kita tidak tahu bahasa burung) dan menyebar secara cepat (karena burung bisa terbang). Gampangnya kita sebut saja “Desas desus” atau lebih keren “rumor”. Dalam ungkapan bahasa Inggris kita kenal “fish story”. Ceritera penangkap ikan. Tangkapan sejengkal bisa diceriterakan jadi sedepa.
 
Bagi orang yang “kagetan dan gumunan” maka “berita burung” yang menjadi “fish story” ini bisa menjadi malapetaka bagi yang diberitakan. Bahkan R. Ngabehi Ranggawarsita sendiri mengakui pernah jadi korban berita seperti ini. Dalam Serat Kalatidha, pupuh Sinom bait ke empat dapat dibaca:
 
Dasar karoban pawarta; Bebaratun ujar lamis; Pinudya dadya pangarsa; Wekasan malah kawuri; Yan pinikir sayekti; Mundhak apa aneng ngayun; Andhedher kaluputan; Siniraman banyu lali; Lamun tuwuh dadi kekembanging beka
 
Semua ini ulah orang yang suka cari berita sekaligus menyebarkannya. Hendaknya kita selalu waspada kalau ada berita-berita yang sampai ke telinga kita. Sudah terlanjur GR ternyata tidak betul. Dari jaman Pak Harto dulu kalau mau pergantian kabinet selalu ada guyonan: “Jangan tinggalkan telepon siapa tahu .....”.
 
Sebenarnya nenek moyang kita sudah mengingatkan melalui paribasan supaya kita tidak “karoban pawarta” seperti yang dialami R Ngabehi Ranggawarsita, sepanjang kita menghayati maknanya. Dibawah dapat diwaos beberapa contoh paribasan tersebut sebagai berikut:
 
 
A. BAGAIMANA BERITA TERSEBAR
 
1. KULAK WARTA ADOL PRUNGON
 
Kulak artinya membeli. Yang dimaksud adalah membeli atau mencari berita (warta). Adol adalah menjual, dalam hal ini menjual atau mengedarkan apa yang ia dengar (prungon). Jelasnya memang ada orang yang punya perilaku seperti ini: Mendengar dari suatu tempat dan diceriterakan kembali di tempat lain; tentunya sudah diuyah asemi (diberi bumbu). Lengkapnya dapat dibaca di posting Kulak warta adol prungon. Bagaimana cara mereka mencari berita? Bisa wawancara langsung seperti wartawan, melalui gossip arisan, dan masih banyak lagi termasuk dua contoh di bawah:
 
2. NGEDOM-EDOM
 
Dom atau edom artinya jarum. Jarum adalah benda kecil yang tidak kelihatan kalau tidak diperhatikan. Perilakunya menyusup diantara kain. Ngedom-edom adalah perilaku orang yang suka cari keterangan dengan secara diam-diam mencuri dengar pembicaraan orang lain.
 
3. TRENGGILING API MATI
 
Dalam upaya menyelamatkan diri dari musuh, trenggiling punya cara khusus: Melingkar sehingga kelihatan seperti mati (Api, api-api: pura-pura). Dalam peribahasa ini adalah orang yang curi dengar pembicaraan secara tidak kentara. Lebih tidak kentara dari ngedom-edom. Misalnya pura-pura asyik main gadget, baca koran, dll padahal curi dengar. Hati-hati juga dengan orang yang sliwar-sliwer di dekat kita: Bisa pembantu sampai staf. Selengkapnya dapat dibaca di posting Trenggiling api mati.
 
4. KARNA BINANDHUNG
 
Karna adalah telinga; Arti harfiahnya adalah Telinga dirangkap. Maksudnya adalah telinga kita menerima berita tidak langsung dari sumbernya melainkan mendengar dari orang lain. Dalam bahasa Jawa juga kita kenal dengan kata “gethok-tular”.
 
5. LIDHAH SINAMBUNG
 
Merupakan pasangan dan sama artinya dengan “karna binandhung”. Karna yang mendengar dan lidah yang meneruskan. Jadi berita tersebar dari mulut ke mulut.
 
 
B. JAUHNYA PENYEBARAN  
 
1. SADAWA-DAWANE LURUNG ISIH DAWA GURUNG
 
Lurung: Lorong; Gurung: Tenggorokan; Dawa: Panjang. Dalam paribasan ini pengertian “dawa” adalah “jauhnya (penyebaran)”. maksudnya adalah: Berita pasti menyebar. Berita yang tersebar dari “gurung” walau panjang “gurung” tidak sampai sejengkal, akan masih lebih panjang (jauh) penyebarannya daripada “lurung” yang memang panjang. Tersebar jauh dalam arti jarak sekaligus jauh dari yang sebenarnya.
 
 
C. KEBENARAN BERITA
 
1. ORA ANA KUKUS TANPA GENI
 
Sama dengan peribahasa Indonesia: Tiada asap tanpa api, yang artinya tiada asap tanpa api. Adanya asap (berita yang tersebar) pastilah ada api (yang menjadi penyebabnya). Kita perlu bijak menyikapi hal ini karena besarnya asap tidak selalu berbanding lurus dengan besar api. Kayu basah kalau dibakar maka asapnya akan lebih banyak dari apinya.
 
 
Mengapa berita bisa jauh dari kenyataan hal ini disebabkan: Berita bukan dari tangan pertama, perjalanan berita sudah cukup panjang melalui “karna binandhung” dan “lidhah sinambung” serta beritanya juga tidak jelas seperti mendengar tembang dari kejauhan, hanya rawat-rawat (lamat-lamat) kedengaran vokalnya. Apalagi berita tersebut disampaikan orang berjualan yang menyampaikan berita yang dia dengar di jalan (bakul sinambi wara). Pastinya: Kabar tersebut belum jelas kebenarannya.
 
3. UNDHAKING PAWARTA SUDANING KIRIMAN
 
Undhak: meningkat; Undhaking: meningkatnya; Suda: berkurang; Sudaning: berkurangnya. Pengertiannya: Berita berbanding terbalik dengan kenyataan. Makin besar pemberitaan makin kecil kebenarannya.
 
 
LIDING DONGENG
 
Hari-hari kita terganggu dengan berita-berita yang belum tentu benar. Diantara kita ada yang cuek dengan berita-berita seperti ini, namun ada juga yang menanggapi serius bahkan terbakar karenanya  (mohon baca: Provokator dan yang diprovokasi dalam paribasan Jawa).
 
Yang penting kita sadar bahwa ada orang yang hobi “kulak warta adol prungon”. Ia akan cari berita dengan berbagai cara, antara lain: “Ngedom-edom” dan “trenggiling api mati”. Berita akan tersebar melalui cara “karna binandhung” dan “lidhah sinambung” sehingga kita bisa kaget bahwa berita cepat tersebar jauh ibarat “sadawa-dawane lurung isih dawa gurung”.
 
Jangan mudah terprovokasi, karena walaupun “ora ana kukus tanpa geni” tetapi berita yang umumnya berasal dari “tembang rawat-rawat” yang diedarkan oleh “bakul sinambi wara ini” pada umumnya sesuai dengan rumus “undhaking pawarta sudaning kiriman” (Iwan MM)
 
 

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST