Salah
satu sasaran dalam pembangunan milenium (Millennium Development Goals atau
disingkat MDG) adalah memerangi kebodohan.
Kebodohan amat erat hubungan timbal-baliknya dengan kemiskinan. Makin miskin orang akan makin bodoh, sebaliknya makin bodoh orang akan makin miskin.
Kebodohan amat erat hubungan timbal-baliknya dengan kemiskinan. Makin miskin orang akan makin bodoh, sebaliknya makin bodoh orang akan makin miskin.
Dalam
paribasan Jawa hal-hal mengenai orang bodoh ini juga diungkap sebagaimana
beberapa contoh di bawah:
A. ORANG BODOH
1. COBOLO MANGAN TEKI
Cobolo berarti bodoh dan teki adalah rumput teki. Maksud peribahasa ini: Orang bodoh tidak sepantasnya makan nasi tetapi makan rumput teki. Siapa yang makan rumput? Dalam hal ini adalah kerbau.
2. BODHO KAYA KEBO.
A. ORANG BODOH
1. COBOLO MANGAN TEKI
Cobolo berarti bodoh dan teki adalah rumput teki. Maksud peribahasa ini: Orang bodoh tidak sepantasnya makan nasi tetapi makan rumput teki. Siapa yang makan rumput? Dalam hal ini adalah kerbau.
2. BODHO KAYA KEBO.
Di
atas disebutkan Cobolo mangan teki dan yang makan rumput teki adalah kerbau.
Berarti orang bodoh diibaratkan seperti kerbau. Mengapa kerbau dianggap bodoh?
Dapat dibaca pada posting Kebo (1): Bodho kaya kebo
3. ORA POLO ORA UTEK
3. ORA POLO ORA UTEK
Polo
sama dengan utek, yaitu otak. Paribasan ini menggambarkan orang yang amat tolol
sehingga dikatakan tidak punya otak.
4. ORA WERUH ALIP BENGKONG dan ORA WERUH PA PINCANG
Menggambarkan orang yang buta aksara Arab. Jaman dulu orang Jawa juga belajar mengaji walau tidak seintensif seperti sekarang ini.
Bahkan kala itu lebih banyak orang yang buta aksara latin daripada aksara Arab. Belajar mengaji bisa di rumah atau di pesantren dekat rumah. Sebaliknya belajar huruf latin harus masuk sekolah formal yang belum tentu ada dekat rumah. Hampir bisa dipastikan bahwa orang yang buta aksara Arab pasti juga buta aksara latin. Berarti orang ini bodoh sekali.
Sebagai catatan, untuk yang buta aksara Jawa disebut dengan ORA WERUH PA PINCANG.
5. TIMUN WUNGKUK JAGA IMBUH
Inilah salah satu gambaran nasib orang bodoh, ibarat “timun wungkuk” (timun yang kecil dan bentuknya bengkok tidak bagus; disebut juga timun “bungkik”) hanya dipakai kalau ada kekurangan, sebagai cadangan.
Semacam “imbuh” kalau kita beli sepuluh ditambah satu, tetapi dikasih yang “bungkik”. Dapat dibaca pada posting Mentimun dalam ungkapan Jawa
6. LUKAK APAPAK
Lukak berarti tidak penuh dan papak berarti mampu. Menggambarkan orang bodoh yang merasa dirinya pandai dan mampu menyelesaikan segala hal. Orang seperti ini menjadi orang bodoh yang keminter dan pasti menyebalkan.
7. JUN IKU YEN LUKAK KOCAK
Jun: tempat air; lukak: tidak penuh. Arti harfiahnya tempat air itu kalau kosong pasti kocak. Pengertiannya sama dengan “tong kosong berbunyi nyaring” yang artinya orang bodoh pada umumnya banyak omong.
8. KOCAK TANDHA LUKAK
4. ORA WERUH ALIP BENGKONG dan ORA WERUH PA PINCANG
Menggambarkan orang yang buta aksara Arab. Jaman dulu orang Jawa juga belajar mengaji walau tidak seintensif seperti sekarang ini.
Bahkan kala itu lebih banyak orang yang buta aksara latin daripada aksara Arab. Belajar mengaji bisa di rumah atau di pesantren dekat rumah. Sebaliknya belajar huruf latin harus masuk sekolah formal yang belum tentu ada dekat rumah. Hampir bisa dipastikan bahwa orang yang buta aksara Arab pasti juga buta aksara latin. Berarti orang ini bodoh sekali.
Sebagai catatan, untuk yang buta aksara Jawa disebut dengan ORA WERUH PA PINCANG.
5. TIMUN WUNGKUK JAGA IMBUH
Inilah salah satu gambaran nasib orang bodoh, ibarat “timun wungkuk” (timun yang kecil dan bentuknya bengkok tidak bagus; disebut juga timun “bungkik”) hanya dipakai kalau ada kekurangan, sebagai cadangan.
Semacam “imbuh” kalau kita beli sepuluh ditambah satu, tetapi dikasih yang “bungkik”. Dapat dibaca pada posting Mentimun dalam ungkapan Jawa
6. LUKAK APAPAK
Lukak berarti tidak penuh dan papak berarti mampu. Menggambarkan orang bodoh yang merasa dirinya pandai dan mampu menyelesaikan segala hal. Orang seperti ini menjadi orang bodoh yang keminter dan pasti menyebalkan.
7. JUN IKU YEN LUKAK KOCAK
Jun: tempat air; lukak: tidak penuh. Arti harfiahnya tempat air itu kalau kosong pasti kocak. Pengertiannya sama dengan “tong kosong berbunyi nyaring” yang artinya orang bodoh pada umumnya banyak omong.
8. KOCAK TANDHA LUKAK
Kocak:
berbunyi; Lukak: tidak penuh. Arti harfiahnya sesuatu yang berbunyi (maksudnya
tempat air yang kita kocak-kocak) pertanda tempat air tersebut kosong. Maknanya
hampir sama dengan yang di atas, hanya dibalik. Yang pertama kalau kosong pasti
banyak omong, sedangkan yang ini kalau banyak omong, pasti kosong.
9. KENDEL NGRINGKEL DHADHAG ORA GODHAG
9. KENDEL NGRINGKEL DHADHAG ORA GODHAG
Kendel:
berani; ngringkel: meringkuk; dhadhag: tanggung-jawab; godhag; mengejar.
Maknanya: Mengaku dirinya berani dan pandai ternyata takut dan bodoh
10. KUMENTHUS ORA PECUS.
10. KUMENTHUS ORA PECUS.
Kumenthus:
Merasa sok jagoan (dapat dibaca pada posting Serat Wulangreh: Kumenthus dan kumaki); Pecus: Becus. Pengertiannya: Punya banyak kesanggupan tetapi tidak
mampu menyelesaikan
11. ORA GOMBAK ORA KUNCUNG AMBEGE KAYA TUMENGGUNG
Gombak dan kuncung adalah potongan rambut untuk anak-anak. Menggambarkan orang miskin dan tidak punya kemapunan apa-apa tetapi merasa dirinya amat tinggi. Dalam hal ini diibaratkan dengan Gombak dan Kuncung versus Tumenggung.
B. ORANG BELUM PENGALAMAN YANG DIANGGAP BODOH.
11. ORA GOMBAK ORA KUNCUNG AMBEGE KAYA TUMENGGUNG
Gombak dan kuncung adalah potongan rambut untuk anak-anak. Menggambarkan orang miskin dan tidak punya kemapunan apa-apa tetapi merasa dirinya amat tinggi. Dalam hal ini diibaratkan dengan Gombak dan Kuncung versus Tumenggung.
B. ORANG BELUM PENGALAMAN YANG DIANGGAP BODOH.
Orang
baru atau orang muda umumnya memang belum punya pengalaman dan sering dianggap
bodoh. Padahal tidak selalu demikian tetapi memang demikianlah yang terjadi.
Ada beberapa sebutan untuk mereka yang masih muda dalam usia maupun pengalaman
ini.
1. DURUNG GADUK KUPINGE menggambarkan orang yang masih dianggap kanak-kanak. Konon dulu untuk mengetes anak sudah cukup umur untuk sekolah adalah dengan menyuruh anak tersebut melingkarkan tangan kanannya di atas kepala dan mencoba meraih telinga sebelah kiri. Kalau belum sampai (durung gaduk) maka dianggap masih terlalu muda.
1. DURUNG GADUK KUPINGE menggambarkan orang yang masih dianggap kanak-kanak. Konon dulu untuk mengetes anak sudah cukup umur untuk sekolah adalah dengan menyuruh anak tersebut melingkarkan tangan kanannya di atas kepala dan mencoba meraih telinga sebelah kiri. Kalau belum sampai (durung gaduk) maka dianggap masih terlalu muda.
2. BOCAH WINGI SORE (anak kemarin sore) menggambarkan
orang yang sudah dewasa tetapi dianggap kanak-kanak karena masih muda dan belum
punya pengalaman.
3. DURUNG BISA SISI atau DURUNG BISA MBUWANG UMBEL. Anak kecil apalagi bayi memang belum
bisa membuang ingusnya sendiri (umbel: ingus; sisi: membuang ingus). Kalau kita
punya anak masih kecil dan kena pileg, dulu sebelum ada alat pengisap (ingus)
maka ada ibu yang mengisap dengan mulutnya. Seorang muda yang dikatakan durung
bisa sisi berarti betul-betul anak muda yang masih amat hijau dalam pengalaman.
4. DURUNG ILANG PUPUK LEMPUYANGE. Dulu anak kecil banyak yang diberi
semacam “pupuk” (larutan padat seperti bubur) dari tumbukan lempuyang di dahinya. Kalau
orang dikatakan demikian berarti masih dianggap kanak-kanak yang belum memiliki
pengalaman.
LIDING DONGENG
Orang bodoh perlu dikasihani dan harus dientaskan dari kebodohannya. Dengan demikian ia akan memiliki ilmu, bisa bekerja lebih baik, mendapat penghasilan lebih baik, meningkatkan pendidikannya, dan seterusnya, berhentilah lingkaran setan kemiskinan dan kebodohan.
Tetapi ada juga orang bodoh yang tidak mau mengakui kalau dirinya bodoh bahkan merasa dirinya paling pintar. Orang seperti ini walau amat menyebalkan harus dibangunkan dari mimpi buruknya.
Disisi lain kalau kita pandai sekaligus merasa pandai, jangan segampang itu merendahkan orang-orang muda dan orang-orang tidak berpengalaman.
Belum tentu dalam kemudaan dan kemiskinan pengalaman mereka tidak mampu melakukan sesuatu yang besar. (Iwan MM)
TULISAN TERKAIT:
ORANG BODOH YANG BELUM TENTU BODOH DALAM UNGKAPAN JAWA
LIDING DONGENG
Orang bodoh perlu dikasihani dan harus dientaskan dari kebodohannya. Dengan demikian ia akan memiliki ilmu, bisa bekerja lebih baik, mendapat penghasilan lebih baik, meningkatkan pendidikannya, dan seterusnya, berhentilah lingkaran setan kemiskinan dan kebodohan.
Tetapi ada juga orang bodoh yang tidak mau mengakui kalau dirinya bodoh bahkan merasa dirinya paling pintar. Orang seperti ini walau amat menyebalkan harus dibangunkan dari mimpi buruknya.
Disisi lain kalau kita pandai sekaligus merasa pandai, jangan segampang itu merendahkan orang-orang muda dan orang-orang tidak berpengalaman.
Belum tentu dalam kemudaan dan kemiskinan pengalaman mereka tidak mampu melakukan sesuatu yang besar. (Iwan MM)
TULISAN TERKAIT:
ORANG BODOH YANG BELUM TENTU BODOH DALAM UNGKAPAN JAWA
No comments:
Post a Comment