Monday, July 23, 2012

ORANG BODOH YANG BELUM TENTU BODOH DALAM UNGKAPAN JAWA

Dalam tulisan  Empat hal yang tidak boleh hilang dari manusia, salah satunya adalah kewasisan. Tidak punya kewasisan atau kepandaian berarti bodoh. Bagaimana orang Jawa mengomentari manusia yang bodoh ini? Dan apakah orang bodoh benar-benar tidak tahu apa-apa? Di bawah dapat dibaca beberapa paribasan Jawa untuk dijadikan pertimbangan sebelum seseorang kita diagnosa "Bodoh" something like that.
 

1. BODHO KAYA KEBO

Saya tulis dalam Kebo (1) Bodho kaya kebo. Mengapa kerbau dianggap bodoh? Mungkin saking penurutnya, tuntutannya tidak neka-neka dan gerakannya lamban. Apakah orang yang seperti ini semuanya bisa kita katakan bodoh? Jangan-jangan mereka adalah orang yang nerima.
 

2. UTEKE LANDHEP DHENGKUL

Ini juga sudah saya tulis dalam Ungkapan bahasa Jawa dengan “Dhengkul" Lutut kalau dilipat sudutnya tumpul. Kalau kita dikatakan lutut masih lebih tajam dari otak, berarti kita ini tolol sekali. Dalam bahasa Jawa ada makian: Dhengkulmu! Maksudnya memaki atas ketololan seseorang. Tetapi sekarang banyak orang salah memaki. Mengatakan “Dhengkulmu!” padahal bukan untuk tindakan tolol yang dilakukan seseorang.

Orang yang "uteke landhep dengkul" memang bodoh secara intelektual. Tetapi orang yang menggunakan kata "dhengkulmu" sebagai makian, barangkali lebih bodoh lagi.
 

3. ORA POLO ORA UTEK
 
Polo artinya sama dengan otak. Kalau kita dikatakan “ora polo ora utek” artinya kita dianggap amat tolol dan barangkali memang betul-betul tolol.
 

4. COBOLO MANGAN TEKI

Cobolo artinya bodoh sekali. Dahulu orang merendahkan diri dengan mengatakan “kawula ingkang cobolo” Teki adalah sejenis rumput. Kalau dikatakan “cobolo mangan teki” maksudnya orang bodoh tidak layak makan nasi. Pantasnya makan rumput. Lalu siapa yang biasanya makan rumput? Kasihanilah kerbau karena jawabnya adalah “kerbau”.

Ada ceritera tentang orang pandai duduk-duduk di teras rumah pada malam hari ditemani pembantunya.  Orang pandai itu menunjuk ke langit sambil berkata: “Planet Yupiter di atas kalau saya tembak dengan meriam dengan peluru yang kecepatannya tinggi, maka peluru itu baru akan mendarat di Yupiter setelah 4000 tahun”. Pembantunya bertanya: “Lalu dosanya Yupiter apa tuan? Kok sampai ditembak dengan meriam? Kalau seperti ini, yang sebenarnya bodoh si tuan atau si pembantu?

Dalam ceritera di atas, si pembantu memang cobolo yang ora polo ora utek dan kalau punya otak barangkali landhep dhengkul. Tetapi si Tuan barangkali lebih bodoh lagi. Mengapa ia bicara tentang Planet Yupiter kepada pembantu yang tidak makan sekolahan.

 
5. BILULU TAHU, PINTER DURUNG NGLAKONI

Bilulu artinya bodoh. Maksudnya orang bodoh yang "sering melakukan" akan  lebih pandai daripada orang pandai yang "belum pernah melakukan". Jadi orang bodoh tidak usah terlalu menyesal. Asal rajin dan sering mengerjakan maka akan trampil. Kalau kita jadi pimpinan jangan meremehkan anak buah yang tidak pandai tetapi telah bertahun-tahun mengerjakan pekerjaan yang sama. Ia punya pengalaman atas pekerjaan yang dia kerjakan.

Sebagai ilustrasi, tahun 1979 saya adalah dokter Puskesmas di Maluku Utara, belum setahun lulus dokter. Adalah anak kecil yang megap-megap mulutnya karena lobang hidungnya kemasukan binatang kecil semacam lintah. Saya kesulitan menariknya dengan pinset. Pak Mantri (perawat) tua dengan tenang mengambil sebotol eter (saat itu banyak di Puskesmas), dia tuangkan di mangkuk, didekatkan ke hidung si anak. tak lama kemudian lintah pun jatuh. Senyum-senyum ia mengatakan: Ini ilmu pengalaman saja, Pak Dokter.
 

6. KENCANA KATON WINGKA

Kencana: emas; Wingka: gerabah. Maksudnya penampilan tidak seberapa padahal orang ini hebat. Bisa saja tampil seperti orang bodoh padahal amat pandai. Hati-hati kalau ketemu orang seperti ini.

Ada satu ceritera pendukung: Seorang dari desa heran melihat gedung besar yang sedang dibangun di kota. Ia bertanya kepada orang kota yang lewat didekatnya: “Nuwun sewu, rumah ini untuk apa to mas, kok besar amat”

Si orang kota menjawab, tetapi sengaja diplesetkan: “Mau dijadikan rumah sakit jiwa, untuk menampung orang-orang gila dari desa".

Si orang desa mengangguk-angguk: “Rasanya cukup mas, kalau untuk menampung orang desa yang gila. Tapi ..... kalau untuk menampung orang gila dari kota apa ya cukup?” Si orang desa tertawa, si orang kota terperangah.

Kira-kira orang desa ini termasuk golongan “cobolo mangan teki” atau “kencana katon wingka?”
 

LIDING DONGENG

Jangan suka merendahkan sesama manusia. Salah-salah kita bisa menjadi lebih rendah dari orang yang rendah itu gara-gara ucapan kita sendiri (IwMM)

TULISAN TERKAIT: ORANG-ORANG BODOH DALAM PARIBASAN JAWA

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST