Kurang paham juga saya ketika ditanya kenapa “Dhengkul” (lutut) dalam ungkapan Jawa dikaitkan dengan sesuatu yang lemah. Mungkin tidak dalam bahasa Jawa saja. Dalam bahasa Indonesia kita kenal kata “bertekuk lutut” yang artinya menyerah kalah. Padahal lutut adalah bagian tubuh yang penting. Bayangkan saja kalau sendi lutut kita yang merupakan sendi besar, kena rematik. Pasti kita tidak mampu jalan.
Mau cari sesuatu yang bisa “diothak-athik gathuk” untuk lutut kok ya tidak ketemu-ketemu. Satu-satunya referensi justru dari Afrika, kalau tidak salah proverb dari Senegal yang mengatakan: “Hati tidaklah sama dengan lutut yang bisa dibengkokkan”. Barangkali karena lutut bisa dibengkokkan, maka konotasinya lemah.
Di bawah adalah beberapa ungkapan bahasa Jawa yang menggunakan kata “dhengkul” berikut terjemahannya:
1. “Pawitan Dhengkul”. Maksudnya modal (pawitan) dengkul. Saya singgung dalam “Bandha bau, bandha-bau dan bandha bandhu, bahwa bandha-bau tidak sama dengan modal dengkul. Orang bermodal dengkul memang merupakan orang yang dikatakan “babarpisan ora pawitan” (samasekali tidak ada modalnya, baik uang maupun tenaga).
2. “Ngiket-iket dhengkul”. (Iket: Ikat kepala). Memberi ikat kepala kepada dengkul. Arti yang sama adalah “Nasabi dhengkul” (Nasabi: menutupi). Artinya orang yang lebih memprioritaskan keluarga atau temannya. Bahasa populernya sekarang KKN.
3. Terkait dengan butir 2 di atas kita kenal pula “Dhengkul iket-iket(an)”. Dengkul pakai ikat kepala. Maksudnya orang yang tidak cakap tetapi diberi kedudukan (mungkin karena ada unsur “kedekatan”) atau orang yang tidak ada manfaatnya samasekali. Bedanya dengan butir 2 di atas: yang pertama adalah orang yang memprioritasikan KKN dalam memilih sedangkan yang kedua adalah orang yang dipilih dari hasil KKN.
4. Kemudian terkait butir 3 diatas maka ada ungkapan “Landhep dhengkul” (Landhep: tajam). Dengkul (yang bulat tidak tajam); dikatakan bahwa dhengkul masih lebih tajam. Biasanya untuk mengkata-katai orang yang telmi, bodoh. “Otaknya landhep dhengkul.
5. “Ngekep dhengkul” (Ngekep: memeluk). Artinya orang pemalas, tidak mau kerja. “Gaweyane (pekerjaannya) mung (hanya) ngekep dhengkul”.
6. “Kendhangan dhengkul”. (Kendang: gendang. Pemain gendang biasanya memukul gendang dengan duduk bersila. Tetapi disini bukan memukul gendang karena memang tidak ada gendang. Yang dipukul kedua lututnya). Maksudnya orang yang sedang enak-enakan tidak bekerja (Bukan karena malas tetapi karena pekerjaannya sudah selesai; tidak seperti orang pemalas yang kerjaannya hanya "ngekep dhengkul")
2. “Ngiket-iket dhengkul”. (Iket: Ikat kepala). Memberi ikat kepala kepada dengkul. Arti yang sama adalah “Nasabi dhengkul” (Nasabi: menutupi). Artinya orang yang lebih memprioritaskan keluarga atau temannya. Bahasa populernya sekarang KKN.
3. Terkait dengan butir 2 di atas kita kenal pula “Dhengkul iket-iket(an)”. Dengkul pakai ikat kepala. Maksudnya orang yang tidak cakap tetapi diberi kedudukan (mungkin karena ada unsur “kedekatan”) atau orang yang tidak ada manfaatnya samasekali. Bedanya dengan butir 2 di atas: yang pertama adalah orang yang memprioritasikan KKN dalam memilih sedangkan yang kedua adalah orang yang dipilih dari hasil KKN.
4. Kemudian terkait butir 3 diatas maka ada ungkapan “Landhep dhengkul” (Landhep: tajam). Dengkul (yang bulat tidak tajam); dikatakan bahwa dhengkul masih lebih tajam. Biasanya untuk mengkata-katai orang yang telmi, bodoh. “Otaknya landhep dhengkul.
5. “Ngekep dhengkul” (Ngekep: memeluk). Artinya orang pemalas, tidak mau kerja. “Gaweyane (pekerjaannya) mung (hanya) ngekep dhengkul”.
6. “Kendhangan dhengkul”. (Kendang: gendang. Pemain gendang biasanya memukul gendang dengan duduk bersila. Tetapi disini bukan memukul gendang karena memang tidak ada gendang. Yang dipukul kedua lututnya). Maksudnya orang yang sedang enak-enakan tidak bekerja (Bukan karena malas tetapi karena pekerjaannya sudah selesai; tidak seperti orang pemalas yang kerjaannya hanya "ngekep dhengkul")
Itulah enam ungkapan dengan kata “dhengkul” yang berbau kelemahan dalam berbagai hal. Oh ya ada satu yang menunjukkan kekuatan. “Adhengkul paron” (Paron: landasan besi yang dipakai landasan para pandai besi). Artinya lutut yang amat kuat (lututnya Gatotkaca). Dan pernahkah mendengan makian: “Dhengkulmu!!”, ya sesuatu makian yang kasar berbau lucu. Dan teman saya dari Surabaya protes: “Kurang satu mas, Rawon tutup dhengkul” (IwMM)
No comments:
Post a Comment