Saturday, August 18, 2012

BUNGAH LAN SUSAH (5): DIRUSAK OLEH “MERI” DAN “PAMBEGAN”

Melanjutkan tulisan Bungah lan susah (4): Tiap orang ukurannya tidak sama, saat itu arloji saku Baskara sudah menunjukkan lewat pukul sembilan malam. Sudah larut untuk ukuran orang kecil di desa, lebih-lebih esok pagi-pagi mereka harus memulai lagi rutinitas kehidupan, guna memenuhi panggilan ana dina ana sega; ana awan ana pangan maka untuk urip dan mangan harus nyambutgawe.

“Maaf mbok, malam sudah larut. Tapi saya masih ingin tanya satu lagi”.

“Lha mangga. Kalau saya bisa menjawab, dan panjenengan bungah, saya lebih bungah lagi”.

“Orang hidup ngoyak (mengejar) drajat, semat dan kramat itu salah apa tidak?”

“Namanya orang hidup ya harus mencari ketiganya, ndara, tapi kalau boleh jangan ngoyak, yang lebih bener NGGOLEK (mencari) bukan NGOYAK (mengejar)”.


MERI DAN PAMBEGAN

“Tetapi kenapa mbok, kebanyakan cara orang NGGOLEK umumnya dengan NGOYAK?"

Mbok Sadrana tersenyum. “jawabnya sederhana Ndara, karena ia punya karep yang dirusak oleh rasa MERI dan PAMBEGAN”. Selanjutnya mbok Sadrana menjelaskan secara sederhana:

1.    MERI atau “iri” adalah perasaan kalah. Misalnya kalah pandai, kalah disayangi, kalah cantik, kalah uangnya dan lain-lain

2.    PAMBEGAN adalah perasaan harus menang. harus menang kaya, menang terhormat, menang cantik, menang pandai,  dan sebagainya

3.    Perasaan kalah dan harus ingin menang ini meracuni hidup manusia. Sehingga ia jungkir balik harus mengejar yang ini ini atau supaya tidak  menjadi seperti itu. Akibatnya tidak sekedar NGGOLEK, tapi NGOYAK. Kalau perlu NGGOROK leher orang pun akan dilakukan.

4.    Kalau rasa MERI dan PAMBEGAN ini bisa dihilangkan, hidup orang akan tenteram. Ia akan NGGOLEK tanpa NGOYAK derajat, semat dan kramat. Ia bisa nggolek dengan tenteram pula karena tidak dihantui perasaan kalah dan ingin menang.

Baskara mengangguk-angguk mengerti. Sifat MERI dan PAMBEGAN lah penyakit yang merusak hidup manusia. Ia ganti bertanya pada pak Sadrana: “Pak Sadrana, siapa sebenarnya mbok Sadrana ini? Dia seorang wanita yang amat bijak sekaligus pandai".


SUAMI ISTERI SADRANA

Pak Sadrana menjelaskan bahwa mbok Sadrana waktu muda dulu ikut priyayi yang baik di kota. Melihat gadis dusun ini cukup cerdas, maka bendaranya mengajari macam-macam ketrampilan dan kagunan:  memasak, baca tulis bahkan tembang-tembang macapat. Karena ia ketengen (disayangi), pintar dan cantik, lama-lama  timbullah rasa meri dan pambegan diantara pembantu-pembantu yang lain. Akhirnya mbok Sadrana tidak kuat dan memilih mencari kedamaian hidup, pulang ke desa. Walaupun bendaranya berusaha mencegah, Tetapi tekad mbok Sadrana sudah bulat.

Baru kali ini Baskara mendengar mbok Sadrana tertawa, kemudian ia menimpali ceritera suaminya: “Pak Sadrana sendiri teman satu desa yang menjadi tukang kebun bendara kami. Melihat saya pulang dia ikut pulang lalu kami menikah. Anak kami tiga, sudah cekel gawe. semua. Walau tidak jadi priyayi tetapi kami bungah sekali”.

Ada kelebihan lain dari suami isteri Sadrana. Pak Sadrana pandai memetik “siter”  (alat musik Jawa) dan mbok Sadrana pandai nembang. Keahlian ini sering bisa memberikan penghasilan tambahan kalau ada permintaan untuk menambah semaraknya acara-acara keluarga di desanya.

Setelah mendapat kode dari isterinya, Pak Sadrana mengeluarkan siter dari biliknya. Bersila di bawah, Pak Sadrana memetik siternya sambil melagukan solo tembang Pucung dari Serat Wedhatama.

angkara gung nèng ôngga anggung gumulung | gêgolonganira | tri loka lêkêre kongsi | yèn dèn umbar ambabar dadi rubeda ||

Irama berubah ke tembang Pangkur, dan mbok Sadrana melanjutkan, masih dari Serat Wedhatama,

socaning jiwangganira | jêr katara lamun pocapan pasthi | lumuh asor kudu unggul | sumungah sêsongaran | yèn mangkana kêna ingaran katungkul | karêm ing rèh kaprawiran | nora enak iku kaki ||

LIDING DONGENG

Baskara menangkap pesan yang tersirat dari tembang yang dilantunkan suami isteri itu.

1.    Dari Pak Sadrana ia mendapat pesan bahwa nafsu angkara yang bergulung dalam jiwa kita, kalau diumbar akan menimbulkan masalah besar (angkara gung neng angga anggung gumulung ....... yen den umbar ambabar dadi rubeda). Biang rubeda tersebut  adalah setan yang bernama “Angkara”

2.    Kemudian Mbok sadrana mengingatkan kembali tentang orang yang terlena dengan sifat MERI dan PAMBEGAN, tidak mau kalah, harus unggul ( .....  lumuh asor kudu unggul .... yen mangkana kena ingaran katungkul). Itulah dua jenis racun yang disebar setan berjejuluk ANGKARA: Yang pertama LUMUH ASOR dan yang kedua KUDU UNGGUL

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST