Urip (hidup), Mangan (Makan) dan Nyambutgawe (bekerja) ketiganya saling terkait. Masih saya ambil dari tulisan R Kartawibawa, Tulungagung dalam buku Gagasan Prakara Tindaking Ngaoerip, cetakan Balai Pustaka, 1921. Ada tiga tulisan tentang hal ini dalam buku tersebut yang merupakan pitutur buat kita semua:
1. Uripe uwong iku sarana mangan, nanging aja urip mung arep mangan
2. Urip iku obah, wong urip kudu nyambutgawe
3. Wong ora nyambutgawe ora wajib mangan
Saya coba sarikan apa yang disampaikan R Kartawibawa sebagai berikut:
URIPE UWONG IKU SARANA MANGAN
Semua yang pada waktu dilahirkan kecil bisa tumbuh kembang menjadi besar karena ada intake dari luar yang disebut makanan. Makanan tidak bisa dihentikan setelah pertumbuhan menjadi besar selesai karena selalu ada sel-sel tubuh yang aus dan harus diganti.. Makanan dalam hal ini dibutuhkan tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak/aus. Energi yang dikeluarkan manusia juga butuh bahan bakar yang diambil dari makanan. Misalnya darah kita mengalir, kita bernapas, berpikir dan lebih-lebih kalau kita perlu menggunakan energi fisik. Jadi supaya fungsi tubuh kita berjalan normal, kita butuh makanan.
AJA URIP MUNG AREP MANGAN
Ada istilah “Ngawula wadhuk” yang pengertiannya orang hidup yang hanya memuaskan perut, alias makan saja, malas kerja. Pernah saya tulis dalam madhangisingturu, orang hidup jangan hanya makan (madhang), ngising (berak) dan turu (tidur), seharusnya orang hidup itu juga madhangi (memberi penerangan) sing turu (yang tidur, dalam pengertian orang yang masih dalam kegelapan).
R Kartawibawa mengatakan: Walaupun demikian, orang hidup jangan hanya mengedepankan makan. Yang namanya makanan tidak begitu saja tersedia didepanmu. Harus diupayakan lebih dahulu dengan mengeluarkan “daya, kekuatan badan dan pikiran”. Manusia kalau ingin makan ya harus melakukan sesuatu dulu. Jangan mau makannya tidak mau upayanya. Mana ada aturan seperti itu
URIP IKU OBAH
Semua orang pasti tahu “jam”. Jam yang jarum dan roda-rodanya bergerak disebut hidup. Kalau diam namanya mati. Dapur (pada masa itu bahan bakar utama masih kayu) kalau kayunya diam disebut mati. Kalau kayunya menyala berarti hidup. Pabrik yang mesin dan buruhnya diam dikatakan mati. Air tergenang dan diam dikatakan air mati. Demikian pula manusia. Kalau diam berarti mati. Kalau ada gerakan berarti hidup.
Jadi jelas sekali “obah” adalah tanda-tanda adanya kehidupan. Berlian mungkin tidak bergerak. Tetapi kalau mengeluarkan cahaya gemerlapan, maka itulah tanda hidup dari berlian. Matahari, bulan, bintang dan semua isi jagad, semuanya hidup, karena bergerak. Ada yang gerakannya jelas ada pula yang tidak kentara. dalam kaitan dengan "mangan" maka "sapa ubet ngliwet, sapa obah mamah"
WONG URIP KUDU NYAMBUTGAWE
Manusia mempunyai dua jenis kehidupan, yaitu kehidupan tubuhnya dan kehidupan manusianya. Hidupnya tubuh adalah napasnya, panca indranya, dan gerakan tubuhnya. Sedang hidupnya sebagai manusia adalah apa yang dia lakukan sehari-harinya, dengan kata lain “bekerja”.
Memang benar bahwa orang bisa hidup sebagai manusia karena tubuhnya hidup. Tetapi hidup sebagai manusia harus membawa misi, mengandung makna hakekatnya sebagai manusia di dunia: memberi manfaat kepada dirinya sendiri juga memberi manfaat kepada orang lain.
Manusia yang tidak melakukan apa-apa, tidak ikut menyemarakkan kehidupan di dunia, hanya “urip-uripan” (tidak hidup betul). Siapa yang ingin dikatakan “hidup” harus bekerja. Bekerjanya manusia melalui aktifitas fisik dan aktifitas otak. Kalau bisa dua-duanya bekerja: otak dan fisik dan harus bermanfaat untuk orang lain. walaupun ada paribasan Ana dina ana sega, ana awan ana pangan tetapi bukan berarti melegalkan paribasan thenguk-thenguk nemu kethuk maupun njagakake endhoge si blorok.
WONG ORA NYAMBUTGAWE ORA WAJIB MANGAN
WONG ORA NYAMBUTGAWE ORA WAJIB MANGAN
Yang satu ini yang paling tidak enak. Orang mau makan memang harus menempuh kesulitan, yaitu mencari makan melalui kerja keras. Orang yang bekerja hanya dengan otak saja, aktivitas fisiknya kurang, sering ada gangguan, nafsu makannya kurang, kepalanya pening. Adapun orang yang banyak menggunakan pekerjaan fisik misalnya bertani, aliran darahnya lancar, ototnya bekerja maksimal, keringat mengalir deras, racun-racun tubuh keluar, badannya pun sehat segar dan nafsu makan meningkat walau yang dimakan kurang enak. (Kisah tentang ini dapat dibaca di Bungah lan susah (2): Karep selalu mulur dan mungkret)
Sebaliknya orang yang tidak bekerja baik otak maupun fisik mestinya tidak terjadi apa-apa dalam tubuhnya. Bagian tubuh yang aus dan rusak pun mestinya sedikit, jadi tidak butuh banyak penggantian. Bagian tubuh yang aus karena tidak terbuang lama-lama mengumpul jadi racun, menimbulkan sakit, nafsu makan akhirnya hilang, lama-lama mati juga.
Jadi jelas, kalau kita ingin enak makan ya harus bersusah-payah dulu, bekerja. Orang yang kurang keras pekerjaannya, tidak enak makannya, sedangkan orang yang tidak mau bekerja, tidak wajib makan.
No comments:
Post a Comment