Episode
ke 5 dari 6 tulisan: Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya,
Turangga, Kukila, Curiga
“Kukila”
adalah burung, sebagai “klangenan” atau hobby, untuk relaksasi. Orang tua kita
jaman dulu cukup arif dalam memahami pentingnya suasana santai. Seorang tidak
bisa didera terus dengan tugas. Ada saatnya istirahat memulihkan “balung
sungsum”.
Burung
khusus yang menjadi piaraan ksatria Jawa adalah “perkutut”. Perkutut dipiara di
rumah. Pengertiannya, rumah disamping fungsi yang telah disebut pada episode ke
dua, adalah tempat seorang ksatria bersantai. Saat melaksanakan tugas, tidak
ada kata bersantai-santai. “Fesbuk’an saat tugas tentunya tidak betul.
Istirahat dilaksanakan waktu ishoma, snack sore dan tidur malam, tapi itu bukan
berleha-leha.
Jaman
sekarang burung sudah diganti peralatan audio(visual). Bersantai banyak
alternatifnya. Pijat refleksi, karaoke, golf, renang, membaca bacaan ringan,
dan masih banyak lagi. Semua baik, sepanjang dilaksanakan “for the sake of
relaxation” bukan untuk kepentingan lain dan sesuai kemanpuan kita. Kalau
memang merasa nyaman dengan golf, mampu dan tidak untuk pamer atau yang
lainnya, apa salahnya. Kalau hanya mampu cangkrukan dengan teman-teman
sekampung sambil “omong klobot” (baca posting omomg klobot) dan merasa terhibur
serta tidak iri hati dengan yang mampu melakukan lebih, itu juga baik.
Kukila
juga melambangkan seni dan keindahan. Hobby juga bernuansa seni. Mendengarkan
musik, menyanyi, melukis, dan lain-lain. Ilmu (lihat “turangga” pada episode ke
tiga) pada hakekatnya juga seni. Ilmu tanpa seni akan menjadi kering. Dengan
memahami seni dan keindahan, otak kanan dan otak kiri akan seimbang. Sang
ksatria akan semakin luwes dalam pelaksanaan tugasnya.
LIDING DONGENG:
Memang
hanya kepada ibu saya ia menggunakan krama inggil. Saya yang kala itu masih
mahasiswa, mungkin dianggapnya masih bocah wingi sore. Mengenai “kukila ia
menjelaskan demikian”: “Wong urip kudu
nyambutgawe, nanging ya kudu duwe klangenan) supaya uripe imbang. Biyen durung
ana listrik ya ngingu manuk sing swarane apik, bisa nentremake pikiran. Manungsa
yen pikirane tentrem, uripe luwih ayem, swasanane adhem, bisa mikir luwih
premati”. (IwMM)
No comments:
Post a Comment