Episode
ke 4 dari 6 tulisan: Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya,
Turangga, Kukila, Curiga.
Wanodya” adalah wanita. Wanita dalam arti
sesungguhnya yaitu perempuan maupun wanita sebagai singkatan dari “wani ing
tata” (wani: berani), komitmen pada aturan. Wanita sebagai perempuan adalah
istri. Istri dalam bahasa Jawa disebut “garwa” dan garwa adalah kependekan dari
“sigaraning nyawa”, belahan jiwa. Dalam pengertian Jawa tidak ada belahan jiwa
selain isteri.
Laki-laki dan perempuan adalah pasangan yang saling melengkapi. Tanpa yang satu, satunya tidak akan sempurna. Ada kutub positif, ada kutub negatif, demikian pula ada unsur ying dan ada unsur yang. Ketidakseimbangan antara dua unsur menyebabkan orang menjadi sakit. Wanita adalah tempat laki-laki “curhat”. Wanita tempat laki-laki “curhat” adalah wanita yang ada di dalam :wisma”nya, rumahnya. Dan wanita yang ada di dalam rumah sang ksatria, haruslah istrinya.
Laki-laki dan perempuan adalah pasangan yang saling melengkapi. Tanpa yang satu, satunya tidak akan sempurna. Ada kutub positif, ada kutub negatif, demikian pula ada unsur ying dan ada unsur yang. Ketidakseimbangan antara dua unsur menyebabkan orang menjadi sakit. Wanita adalah tempat laki-laki “curhat”. Wanita tempat laki-laki “curhat” adalah wanita yang ada di dalam :wisma”nya, rumahnya. Dan wanita yang ada di dalam rumah sang ksatria, haruslah istrinya.
Dalam
pengertian laki-laki Jawa yang tak tahu diri, istri adalah “kanca wingking”
(wingking: belakang; bagian belakang rumah). Sementara ia kalau pamit mau ke
kamar kecil, mengatakan “Badhe dateng wingking”, mau ke belakang. Lebih hebat
lagi kalau berkunjung ke rumah keluarga atau teman bersama isteri, sang
laki-laki masuk lewat pintu depan dan isterinya lewat samping atau belakang.
Jaman seperti ini seharusnya sudah berlalu. Eyang-eyang dahulu pun sebenarnya
tidak pernah menasihati seperti ini.
Sebagai
teman satu kasur, kapada wanita (baca: isteri) seharusnyalah curhat lahir dan
batin. Sebagai teman satu dapur, disitulah wanita (baca: isteri) mengurus
ksatrianya dengan makanan bergizi, empat sehat lima sempurna yang seimbang menu
gizinya. Sehingga “hero” kita senantiasa siap tempur dengan kondisi fisik yang
prima.
Disitulah,
pulang bertugas, sang ksatria kembali ke wismanya, ketemu isterinya.
Menyelesaikan pertanggung-jawaban tugasnya, mendapatkan ide-ide baru, dan ketika mendapat tugas baru ia
melaksanakan tugasnya dengan lebih kreatif dan inovatif. Wanita (isteri) adalah
sumber motivasi dan inspirasi. Bila anda “wanita” jangan dibalik bahwa dengan
demikian wanita dapat sekaligus boleh mempengaruhi dan mengarahkan laki-laki
dalam melaksanakan tugasnya.
LIDING DONGENG
Pak
tua itu melanjutkan penjelasannya: “Wanita
aja mbok tegesi liya kejaba garwa. Garwa iku sigaraning nyawa. Aja kleru negesi
kanca wingking. Kowe weruh apa ing perangan awakmu sisih buri (wingking). Sing weruh
ya bojomu, mulane diarani kanca wingking. Wong lanang aja isin rembugan karo
bojo, dheweke ngerti luwih akeh tinimbang kowe”. (IwMM)
No comments:
Post a Comment