Monday, November 7, 2011

KELENGKAPAN KSATRIA JAWA PARIPURNA: WISMA, WANODYA, TURANGGA, KUKILA, CURIGA (3) - WANODYA


Wanodya” adalah wanita. Wanita dalam arti sesungguhnya yaitu perempuan maupun wanita sebagai singkatan dari “wani ing tata” (wani: berani), komitmen pada aturan. Wanita sebagai perempuan adalah istri. Istri dalam bahasa Jawa disebut “garwa” dan garwa adalah kependekan dari “sigaraning nyawa”, belahan jiwa. Dalam pengertian Jawa tidak ada belahan jiwa selain isteri.

Laki-laki dan perempuan adalah pasangan yang saling melengkapi. Tanpa yang satu, satunya tidak akan sempurna. Ada kutub positif, ada kutub negatif, demikian pula ada unsur ying dan ada unsur yang. Ketidakseimbangan antara dua unsur menyebabkan orang menjadi sakit. Wanita adalah tempat laki-laki “curhat”. Wanita tempat laki-laki “curhat” adalah wanita yang ada di dalam :wisma”nya, rumahnya. Dan wanita yang ada di dalam rumah sang ksatria, haruslah istrinya.
Dalam pengertian laki-laki Jawa yang tak tahu diri, istri adalah “kanca wingking” (wingking: belakang; bagian belakang rumah). Sementara ia kalau pamit mau ke kamar kecil, mengatakan “Badhe dateng wingking”, mau ke belakang. Lebih hebat lagi kalau berkunjung ke rumah keluarga atau teman bersama isteri, sang laki-laki masuk lewat pintu depan dan isterinya lewat samping atau belakang. Jaman seperti ini seharusnya sudah berlalu. Eyang-eyang dahulu pun sebenarnya tidak pernah menasihati seperti ini.
Sebagai teman satu kasur, kapada wanita (baca: isteri) seharusnyalah curhat lahir dan batin. Sebagai teman satu dapur, disitulah wanita (baca: isteri) mengurus ksatrianya dengan makanan bergizi, empat sehat lima sempurna yang seimbang menu gizinya. Sehingga “hero” kita senantiasa siap tempur dengan kondisi fisik yang prima.
Disitulah, pulang bertugas, sang ksatria kembali ke wismanya, ketemu isterinya. Menyelesaikan pertanggung-jawaban tugasnya, mendapatkan ide-ide baru, dan ketika mendapat tugas baru ia melaksanakan tugasnya dengan lebih kreatif dan inovatif. Wanita (isteri) adalah sumber motivasi dan inspirasi. Bila anda “wanita” jangan dibalik bahwa dengan demikian wanita dapat sekaligus boleh mempengaruhi dan mengarahkan laki-laki dalam melaksanakan tugasnya.
 
LIDING DONGENG
Pak tua itu melanjutkan penjelasannya: “Wanita aja mbok tegesi liya kejaba garwa. Garwa iku sigaraning nyawa. Aja kleru negesi kanca wingking. Kowe weruh apa ing perangan awakmu sisih buri (wingking). Sing weruh ya bojomu, mulane diarani kanca wingking. Wong lanang aja isin rembugan karo bojo, dheweke ngerti luwih akeh tinimbang kowe”.  (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST