Friday, September 6, 2013

PERILAKU LAKI-LAKI DALAM PARIBASAN JAWA

Paribasan Jawa demikian kayanya. Perilaku laki-laki dalam kaitan dengan kelaki-lakiannya pun ada dalam paribasan, seperti contoh di bawah.
 
 
A. SUKA MENGGANGGU PEREMPUAN
 
1. BRAMARA MANGUN LINGGA
 
Gambaran laki-laki yang gemagus (suka jual tampang) khususnya dihadapan wanita yang menarik hatinya. (Bramara: kumbang; Mangun: membentuk supaya serasi; Lingga: Bisa diartikan tubuh atau kemaluan laki-laki).
 
2. NGRABEKAKE SIKUT
 
Laki-laki yang sengaja menjenggol wanita ditempat keramaian. Diibaratkan dengan mengawinkan (rabi, ngrabekake) siku (sikut). Mungkin anak muda jaman sekarang akan komentar: “nyenggol saja kok sampai jadi paribasan”. Ya, jaman dulu bisa nyenggol memang sudah hebat.
 
3. NGOYAG-OYAG TURUS IJO
 
Ngoyag-oyang: mengguncang-guncang; Turus: Batang tanaman yang masih kecil; Ijo: Hijau. Pengertiannya: Laki-laki yang suka mengganggu gadis yang belum dewasa.
 
4. NGRUSAK PAGER AYU: Mengganggu wanita yang sudah bersuami
 
5. ANGRONG PASANAKAN: Menyukai istri saudara atau teman
 
 
B. ADA MAKSUD TIDAK LANGSUNG
 
1. NUGRAHA ATI KIRDA
 
Nugraha: Ganjaran; Kirda: Krida. Maksudnya: Seorang laki-laki yang memberi sesuatu pada seorang wanita (bukan saudara sendiri) dengan maksud supaya wanita tersebut menyukainya.
 
2. SAWAT ABALANG WOHE
 
Sering juga dikatakan: Nyawat mbalang wohe. Disini ada dua kata yang artinya sama yaitu sawat dan balang, yaitu sesuatu yang dipakai untuk melempar. Dalam hal ini pengertian harfiah kalimat tersebut adalah: Kita melempar dengan sesuatu (katakanlah: batu) untuk mendapatkan buahnya (woh).
 
Maksud paribasan ini: Kita mendekati seorang wanita melalui saudaranya, supaya lebih mudah. Jelasnya: Pakai perantara. Anak muda sekarang mungkin akan tanya: “Kok pakai perantara segala?” Ya, jaman memang sudah beda. Jaman dulu untuk berkenalan dengan lawan jenis sama-sama malunya.
 
 
C. MENIKAH SAMA SIAPA?
 
1. ASU MUNGGAH ING PAPAHAN
 
Munggah: naik; Papahan: dalam bahasa jawa yang lain disebut “paga” (semacam rak untuk menaruh makanan dan atau perlengkapan makan). Menggambarkan seorang laki-laki yang menikahi janda saudara tuanya.
 
Dalam paribasan lain yang sama artinya desebut juga dengan: NUNGGAK BOJO.
 
2. KURUNG MUNGGAH LUMBUNG: Pembantu dijadikan isteri.
 
3. ANAK-ANAKAN TIMUN
 
Mengambil anak angkat, setelah dewasa dijadikan isteri. Mengapa menggunakan “timun” sebagai sanepa, kita bisa merujuk ke tanaman mentimun. Waktu buahnya masih kecil kita rawat baik-baik, setelah besar kita makan. Mengapa bukan mengambil contoh terong atau durian? Barangkali mentimun yang sudah masak lebih pantas untuk digendong-gendong. Kalau tidak, mengapa ada gadis cantik yang namanya Timun Emas, bukan Terong Emas?
 
4. NYUNGGI LUMPANG KENTHENG
 
Nyunggi: membawa barang ditaruh di atas kepala; Lumpang kentheng: Lumpang besar dari batu. Bisa kita bayangkan betapa beratnya, dan untuk apa disunggi-sunggi segala. Maksud paribasan ini adalah seorang laki-laki yang cari isteri dengan derajat lebih tinggi (misalnya: kebangsawanan, kekayaan, intelektual). Tujuannya cari shelter alias nunut mukti. Ternyata pengayoman yang dia peroleh tidak imbang dengan beban yang ia sangga. (diibaratkan dengan “nyunggi lumpang kentheng”).
 
 
D. LAKI-LAKI YANG DI BAWAH TELAPAK KAKI PEREMPUAN
 
1. DICEKOKI INDHING (KUDHUNG INDHING)
 
Dicekoki: Contohnya anak yang tidak mau minum obat (mungkin karena pait) lalu diminumkan secara paksa oleh orang tuanya. Indhing: Kain yang digunakan wanita saat datang bulan (pembalut wanita).
 
Paribasan ini menggambarkan laki-laki yang kalah wibawa dengan isterinya. Hanya menurut saja apa kata isterinya.
 
2. GONDHELAN PONCODING TAPIH, NGETUTAKE PONCODING TAPIH dan KESASABAN TAPIH
 
Tiga paribasan, agak sama, dan memang maksudnya sama. Gondhelan: berpegangan; Ngetutake: mengikuti; Kesasaban: ketutupan, tertutup oleh ... ; Tapih: kain panjang yang dipakai wanita.
 
Pengertiannya sama dengan contoh pertama, yaitu laki-laki yang isterinya lebih berwibawa sehingga ia hanya ikut apa kata isterinya.
 
 
LIDING DONGENG
 
“Begitulah laki-laki, dan apapun yang dia lakukan pada awal, banyak yang akhirnya tekuk lutut di sudut kerling wanita”. Demikian Mas Parmo mengomentari penjelasan saya saat istirahat pada acara kerjabakti tujuhbelasan yang lalu. Lalu dia sambung lagi: “Pokoke aja dadi wong LANANG KEMANGI”.
 
“Apa maneh iku Mas?” Tanya Mbah Harjo yang hari itu ikut meramaikan suasana kerjabakti RT.
 
“Wong lanang sing jirih (penakut)”. Jawab Mas Parmo dengan suara dikeraskan.
 
“Lire piye kemangi kok dadi jirih?” Mbah Harjo mengejar dengan pertanyaan. (catatan: pengertian “LIR” dapat dirujuk ke tulisan Sering ditanyakan: Lir atau Nir
 
“Ya embuh, kit biyen ngertiku ya ngono kuwi”. Mas Parmo mulai kisinan. Barangkali Bapak Ibu ada yang tahu, mengapa laki-laki penakut disanepakan dengan KEMANGI?


 

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST