Wednesday, June 5, 2013

MENGHADAPI JALAN BUNTU DALAM PARIBASAN JAWA: JANGAN BERDIAM DIRI

Terkait dengan tulisan ANTARA KEHENDAK DAN TINDAKAN DALAM PARIBASAN JAWA (3): YANG SERBA SALAH, maka perasaan “MAJU KENA MUNDUR KENA” ini menjadi amat berbahaya kalau kita tidak cepat mengambil keputusan. Bagaimanapun manusia harus bertindak. Manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan, dan manusia pada akhirnya harus memilih diantara alternatif-alternatif yang ada.
 
Di bawah adalah beberapa peribahasa yang terkait dengan hal ini, kiranya dapat dijadikan rujukan.
 
 
 
JANGAN PASRAH TANPA IKHTIAR
 
Ada paribasan yang mengatakan: KAJENANGAN KAEBORA. (Jenang: semacam dodol; Kajenangan: dibuat jenang; Ebor: adalah semacam sendok besar dengan gagang panjang, digunakan untuk mengaduk bubur kental sepaya menjadi jenang). Maksud peribahasa ini adalah: Mau diapakan saja terserah, masabodoh. Sikap yang tidak baik, seolah-olah menyerah sebelum melakukan sesuatu. Pengertian “pasrah” bukan seperti ini. Kita harus berusaha semaksimal mungkin. Hasilnya adalah kuasa Allah. Demikian pula pengertian “narima” juga bukan seperti ini: Ada narima yang tidak baik dan narima yang baik. Kita harus ambil narima yang baik, yaitu: narima setelah berupaya.
 
 
JANGAN MENINGGALKAN PEKERJAAN YANG BELUM SELESAI
 
Ada juga orang yang mengerjakan sesuatu, kemudian merasa tidak ada hasilnya lalu “mutung”, pekerjaan yang setengah selesai itu dia tinggalkan. Contoh sederhana adalah orang menggali sumur lalu dapat batu cukup besar. Ia menyerah, galian ditinggalkan dan cari tempat lain. Padahal sebenarnya ada air persis di bawah batu. Dalam paribasan Jawa dikatakan: KEBO MUTUNG ING PASANGAN. Kerbau sudah dipasangi alat pembajak, tetapi mogok berjalan.
 
 
 
MENGAPA TIDAK DICOBA LEBIH DAHULU
 
Banyak orang cepat patah semangat. Rencana mau mendaki gunung, melihat puncaknya yang tinggi menjadi gamang, lalu mengundurkan diri. Padahal belum dicoba. Banyak juga anak lulus SMA merasa “awang-awangen” mendaftar ke Fakultas favorit. Alasan paling umum adalah takut tidak diterima karena saingan banyak. Kalau memang cita-citanya ke situ, mengapa tidak dicoba lebih dahulu? Berarti kan kalah sebelum melangkah? Dalam peribahasa Jawa disebutkan: KALAH CACAK MENANG CACAK. (cacak: coba); Kalau sudah mencoba tetap gagal maka kekalahannya adalah kalah yang gagah.
 
Perlu diperhatikan disini bahwa: Mencoba bukanlah coba-coba. Mencoba tetap harus memakai perhitungan yang: Tata, titi, tatas dan titis dan dilaksanakan dengan semangat: Tatag, teteg, tangguh, tanggon, tanggap dan tutug.
 
 
 
LIDING DONGENG
 
Coba dulu, jangan menyerah begitu saja, karena buntutnya adalah “keduwung buri” (menyesal di belakang hari. “Mengapa dulu saya tidak ......” ini adalah kata-kata yang harus dihindari.
 
Sebagai catatan: Jalan macet tidak sama dengan jalan buntu. jadi jangan dijadikan alasan untuk mengatakan “telat merga macet”. Yang buntu pun harus ditembus apalagi cuma macet, harus diurai” (Iwan MM).
 
 

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST