Manusia
memang macam-macam perilakunya. Ada yang nekad karena tidak pakai pikiran, ada
juga yang awalnya heboh, kemudian tidak ada kelanjutan. Keduanya lebih banyak
gagalnya daripada sukses.
Bila
dua jenis manusia di atas setidak-tidaknya masih menunjukkan “gerak” walau
hasilnya tidak ada, maka ada manusia ketiga yang justru kesulitan bergerak.
Akibatnya keberhasilan juga sulit diraih. Bahkan lebih sial lagi, bila yang
pertama dan kedua kemungkinan tidak mengalami “stress”. Maka yang terakhir ini
bisa stress berat.
Tulisan
ini adalah lanjutan ANTARA KEHENDAK DAN TINDAKAN DALAM PARIBASAN JAWA (2): YANG GRUSA-GRUSU DAN YANG ANGIN-ANGINAN.
ORANG YANG SERBA SALAHA. MAJU EWUH MUNDUR KEPALUH
Ewuh:
Tidak mudah melaksanakannya; Paluh: Lumpur. Pengertian paribasan ini adalah:
hal-hal yang kalau dikerjakan banyak susahnya, tetapi kalau dihentikan akan
mengalami kerugian.
Contoh
sederhana adalah orang yang kredit sepeda motor. Ia sudah berhitung dengan
cermat: Bisa bayar DP dan bisa menyisihkan uang untuk bayar cicilan. Sialnya “Luwak mangan tales, awak lagi apes”, ia
kena PHK padahal cicilan sudah ditengah jalan. Menghentikan cicilan berarti
kehilangan motor, mau meneruskan cicilan uangnya tidak ada.
B. MAJU TATU MUNDUR AJUR
Tatu:
luka; Ajur: Hancur. Paribasan ini sama artinya dengan butir A di atas, hanya
kadarnya lebih berat (bedakan perbandingan antara ewuh dan tatu, serta
antara kepaluh dan ajur). Mau maju atau mundur, apapun yang
diupayakan akan gagal.
Contoh
aktual jaman sekarang untuk kedua paribasan di atas adalah yang terkait dengan “Anggaran
Perubahan” untuk pengadaan barang (pemerintah). Waktunya banyak yang mepet
dengan akhir tahun anggaran, padahal proses pengadaan (tender) tidaklah pendek.
Ada cara lain yang lebih pendek yaitu Penunjukan Langsung (PL), tetapi proses PL
ini harus memenuhi persyaratan yang tidak gampang. Kalau nekad melanggar aturan, walau penyerapan anggaran saat ini kelihatannya baik, tahun
depan bisa berhadapan dengan aparat penegak hukum. Sebaliknya bila pengadaan tidak dilakukan, berarti
penyerapan jelek dan salah-salah tahun depan tidak diberi anggaran. Pilih mana?
C. ANCIK-ANCIK PUCUKING ERI
Mau
maju hasilnya ewuh atau tatu, mau mundur risikonya kepaluh atau ajur. Hidup menjadi seperti ANCIK-ANCIK PUCUKING RI (berdiri di
ujung duri). Sudah terluka dan sakit, setiap saat bisa tergelincir. Sama pengertiannya
dengan peribahasa Indonesia: Seperti telur di ujung tanduk.
LIDING DONGENG
Bagaimanapun
orang yang dalam kondisi “maju ewuh
mundur kepaluh” atau “maju tatu
mundur ancur” masih punya pilihan: Maju atau mundur” walau sama-sama tidak
enak. Tetapi pada akhirnya manusia harus memilih. Kalau bingung menentukan
pilihan, ada baiknya mencari penasihat yang baik.
Sri
Bathara Kresna adalah penasihat Pandawa. Nasihat paling terkenal adalah yang
diberikan kepada Harjuna menjelang perang Bharatayuda (Selanjutnya dikemas
dalam Bhagawad Gita). Dalam hal ini Sri
Kresna berhasil menghilangkan keraguan Harjuna yang dikenal sebagai lelananging jagad, tetapi ketika harus
menghadapi perang besar ia bingung antara perang atau tidak perang, karena yang
dihadapi adalah keluarga, leluhur dan guru sendiri.
Berbeda
dengan orang yang dalam kondisi “ancik-ancik
pucuking eri”. Ia tidak bisa maju atau mundur. Ia menderita karena kakinya
sakit dan luka akibat tertusuk duri, dan setiap saat bisa tergelincir. Nasihat tidak
menyelesaikan masalah, satu-satunya jalan adalah MENGENTASKAN orang ini dari
duri yang menjadi tempat ia berpijak
Contoh
ancik-ancik pucuking eri adalah kondisi
orang miskin. Anak kurang gizi umumnya berasal dari keluarga miskin. Adalah seorang
petugas gizi yang dengan semangat
memberi nasihat tentang menu gizi seimbang dan empat sehat lima sempurna kepada
ibu-ibu yang termasuk kelompok Gakin. Dalam
hati si ibu gakin berguman: “Kok mikir
lima sehat, Bisa nempur (beli beras) bae
wis syukur”.
Nasihat
bagaimanapun perlu, tetapi untuk menolong orang-orang miskin yang ancik-ancik
pucuking eri ini marilak kita merujuk ke Piwulang Sunan Drajat dan Pengentasan kemiskinan: “Menehana teken marang wong kang wuta. Menehana mangan marang wong kang
luwe. Menehana busana wong kang wuda. Menehana ngiyup wong kang kudanan”
No comments:
Post a Comment