Sunday, June 2, 2013

ANTARA KEHENDAK DAN TINDAKAN DALAM PARIBASAN JAWA (3): YANG SERBA SALAH

Manusia memang macam-macam perilakunya. Ada yang nekad karena tidak pakai pikiran, ada juga yang awalnya heboh, kemudian tidak ada kelanjutan. Keduanya lebih banyak gagalnya daripada sukses.
 
Bila dua jenis manusia di atas setidak-tidaknya masih menunjukkan “gerak” walau hasilnya tidak ada, maka ada manusia ketiga yang justru kesulitan bergerak. Akibatnya keberhasilan juga sulit diraih. Bahkan lebih sial lagi, bila yang pertama dan kedua kemungkinan tidak mengalami “stress”. Maka yang terakhir ini bisa stress berat.
 
 
 
ORANG YANG SERBA SALAHA. MAJU EWUH MUNDUR KEPALUH
 
Ewuh: Tidak mudah melaksanakannya; Paluh: Lumpur. Pengertian paribasan ini adalah: hal-hal yang kalau dikerjakan banyak susahnya, tetapi kalau dihentikan akan mengalami kerugian.
 
Contoh sederhana adalah orang yang kredit sepeda motor. Ia sudah berhitung dengan cermat: Bisa bayar DP dan bisa menyisihkan uang untuk bayar cicilan. Sialnya “Luwak mangan tales, awak lagi apes”, ia kena PHK padahal cicilan sudah ditengah jalan. Menghentikan cicilan berarti kehilangan motor, mau meneruskan cicilan uangnya tidak ada.
 
 
B. MAJU TATU MUNDUR AJUR
 
Tatu: luka; Ajur: Hancur. Paribasan ini sama artinya dengan butir A di atas, hanya kadarnya lebih berat (bedakan perbandingan antara ewuh dan tatu, serta antara kepaluh dan ajur). Mau maju atau mundur, apapun yang diupayakan akan gagal.
 
Contoh aktual jaman sekarang untuk kedua paribasan di atas adalah yang terkait dengan “Anggaran Perubahan” untuk pengadaan barang (pemerintah). Waktunya banyak yang mepet dengan akhir tahun anggaran, padahal proses pengadaan (tender) tidaklah pendek. Ada cara lain yang lebih pendek yaitu Penunjukan Langsung (PL), tetapi proses PL ini harus memenuhi persyaratan yang tidak gampang. Kalau nekad melanggar aturan, walau penyerapan anggaran saat ini kelihatannya baik, tahun depan bisa berhadapan dengan aparat penegak hukum. Sebaliknya bila pengadaan tidak dilakukan, berarti penyerapan jelek dan salah-salah tahun depan tidak diberi anggaran. Pilih mana?
 
 
C. ANCIK-ANCIK PUCUKING ERI
 
Mau maju hasilnya ewuh atau tatu, mau mundur risikonya kepaluh atau ajur. Hidup menjadi seperti ANCIK-ANCIK PUCUKING RI (berdiri di ujung duri). Sudah terluka dan sakit, setiap saat bisa tergelincir. Sama pengertiannya dengan peribahasa Indonesia: Seperti telur di ujung tanduk.
 
 
LIDING DONGENG
 
Bagaimanapun orang yang dalam kondisi “maju ewuh mundur kepaluh” atau “maju tatu mundur ancur” masih punya pilihan: Maju atau mundur” walau sama-sama tidak enak. Tetapi pada akhirnya manusia harus memilih. Kalau bingung menentukan pilihan, ada baiknya mencari penasihat yang baik.
 
Sri Bathara Kresna adalah penasihat Pandawa. Nasihat paling terkenal adalah yang diberikan kepada Harjuna menjelang perang Bharatayuda (Selanjutnya dikemas dalam Bhagawad Gita). Dalam hal ini Sri Kresna berhasil menghilangkan keraguan Harjuna yang dikenal sebagai lelananging jagad, tetapi ketika harus menghadapi perang besar ia bingung antara perang atau tidak perang, karena yang dihadapi adalah keluarga, leluhur dan guru sendiri.
 
Berbeda dengan orang yang dalam kondisi “ancik-ancik pucuking eri”. Ia tidak bisa maju atau mundur. Ia menderita karena kakinya sakit dan luka akibat tertusuk duri, dan setiap saat bisa tergelincir. Nasihat tidak menyelesaikan masalah, satu-satunya jalan adalah MENGENTASKAN orang ini dari duri yang menjadi tempat ia berpijak
 
Contoh ancik-ancik pucuking eri adalah kondisi orang miskin. Anak kurang gizi umumnya berasal dari keluarga miskin. Adalah seorang  petugas gizi yang dengan semangat memberi nasihat tentang menu gizi seimbang dan empat sehat lima sempurna kepada ibu-ibu yang termasuk kelompok Gakin.  Dalam hati si ibu gakin berguman: “Kok mikir lima sehat, Bisa nempur (beli beras) bae wis syukur”.
 
Nasihat bagaimanapun perlu, tetapi untuk menolong orang-orang miskin yang ancik-ancik pucuking eri ini marilak kita merujuk ke Piwulang Sunan Drajat dan Pengentasan kemiskinan: “Menehana teken marang wong kang wuta. Menehana mangan marang wong kang luwe. Menehana busana wong kang wuda. Menehana ngiyup wong kang kudanan”

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST