Melanjutkan
tulisan Sanepa: membandingkan secara terbalik (1), sebaiknya saya ulang lagi
khususnya bagi Bapak Ibu yang belum membaca tulisan pertama, bahwa “sanepa”
adalah perbandingan, boleh kita katakan sebagai pengibaratan yang menyangatkan tetapi
penyampaiannya dibalik. Sebagai contoh kalau kita katakan “ambune arum jamban”
berarti jamban masih lebih harum. Dengan demikian yang kita hadapi adalah bau yang amat tidak sedap.
Hal ini
memperkuat rasa “semu” orang Jawa, ada berbagai cara untuk mengatakan sesuatu
secara tidak langsung. Menjadi Jawa ada dua pilihan ucapan. Mau mengatakan
“ambune arum jamban” yang berarti tidak langsung, atau mau lugas dengan
mengatakan “ambune bacin” dan sebagainya.
Di
bawah adalah lanjutan beberapa “sanepa” yang telah saya tulis pada tulisan yang
lalu:
DHUWUR KENCUR: Pohon kencur tidak bisa tinggi.
Bandingkan dengan tanaman empon-empon yang lain. Kencur adalah yang paling
pendek. Jadi kalau dikatakan “dhuwur kencur” berarti gambaran dari sesuatu yang
pendek. Biasanya ya manusia Sebagai tambahan ada gugon tuhon Jawa, seorang yang
bekerja dengan peluang karier (misalnya pegawai negeri), tidak disarankan
menanam kencur di halaman rumahnya. Nanti pangkatnya tidak naik-naik. Nanti
pangkatnya “dhuwur kencur”.
GEDHE GUREM: Gurem adalah kutu ayam yang amat
kecil. Sesuatu yang dikatakan gedhe gurem, mengibaratkan sesuatu yang amat
kecil. Gurem saja masih lebih gedhe.
JERO TAPAK MERI: Meri adalah anak bebek yang masih
kecil. Pasti ringan sekali dan kalau menapak di tanah maka tak akan kelihatan
bekas-bekas telapak kakinya. Disini dikatakan bahwa tapak (jejak kaki) meri
(anak bebek) saja masih lebih dalam. Berarti sesuatu yang amat dangkal
KANDEL KULIT BAWANG: Menggambarkan sesuatu yang amat
tipis. Kita tahu kulit bawang amat tipis. Yang satu ini dianggap lebih tipis
daripada kulit bawang.
KEDHEP TESMAK: Tesmak adalah kacamata. Mana ada
kacamata bisa berkedip. Dalam sanepa ini dikatakan bahwa kacamata masih kedhep
(berkedip). Berarti gambaran dari orang yang melihat dengan melotot
(mentheleng) seolah tidak kedip seperti kacamata. Pernahkah Bapak Ibu mendengar
ucapan “Tesmak bathok mata mlorok ora
ndhedelok?” Ini bukan sanepa tetapi dapat menjelaskan “kedhep tesmak”
sekaligus menyindir. Penjelasannya sebagai berikut: Kacamata yang dipakai
sebesar tempurung kelapa (bathok) tapi aya ya bisa melihat? Padahal matanya
mlorok (melotot, kedhep tesmak). Kurang apa lagi? Tapi ..... ora ndhedelok
(tidak melihat). Jadi apa yang dilihat? Jaman sekarang mungkin banyak orang
yang seperti ini.
KUNING SILIT KUALI: Pantat kuali pasti hitam, apalagi
kalau dipakai memasak di tungku kayu. Itupun masih lebih kuning. Orang yang
hitam sering dikatakan demikian.
KURU SEMANGKA: Sudah jelas bahwa semangka yang
bundar gemuk dikatakan masih lebih kurus. Gambaran untuk orang yang amat tambun
LANDHEP DHENGKUL: Pernah saya tulis dalam Ungkapan bahasa Jawa dengan dhengkul. Adalah gambaran orang yang amat bodoh. Dengkul
kalau kita raba, permukaannya tidak tajam. Kalau otak kita dikatakan “landhep
dhengkul” berarti kita dianggap bodoh.
LEGI BRATAWALI: Sebagai jamu, bratawali dikenal amat
pahit. Jadi kalau dikatakan bratawali masih manis berarti barang itu amat
pahit. Ucapan yang menyakitkan sering dikatakan “legi bratawali”
PAIT MADU: Madu dikatakan masih lebih pahit. Apa
yang lebih manis dari madu? Sebuah senyuman, khususnya untuk perempuan: Eseme
pahit madu.
PERET BETON: Beton adalah
biji nangka. Dikatakan disini biji nangka yang licin itu masih kalah licin. Berarti
sesuatu yang amat licin. Apa yang licin? Konon yang paling licin adalah
manusia, misalnya orang yang omongannya tidak bisa dipegang. Setidaknya ada
tiga cara orang Jawa menyebut orang-orang licin seperti Patih Sangkuni ini:
Pertama kalau mau langsung kita katakan saja “Ngati-ati wong iku akale akeh, aja nganti kapusan”. Kalau mau agak
langsung kita katakan: “Ngati-ati wong
iku lunyu kaya welut”. Jadi kita katakan licin dengan mengambil perumpamaan
seperti belut yang memang amat licin. Adapun yang ke tiga kalau kita mau tidak
langsung, maka kata-kata: “Ngati-ati wong
iku gunemane peret beton” adalah yang paling pas.
RESIK PECEREN: Got (peceren) biasanya kotor. Jadi
kalau got masih dikatakan bersih lalu betapa kotor barang yang dimaksud. Tetapi
karena tidak mau langsung maka kita katakan “resik peceren”. Ditambah dengan
kata-kata “arum jamban” akan merupakan kombinasi dari kotor dan bau yang cukup
mengerikan untuk dibayangkan.
RINDHIK KIRIK (ASU) DIGITIK: Telah dijelaskan pada pendahuluan
tulisan sebelum ini
SUWE BANYU SINARING: Menyaring air (banyu) tentu amat
mudah dan cepat. Ungkapan ini menggambarkan suatu proses yang amat cepat.
Misalnya ada yang tanya: “Nunggunya lama, Mas?” Kemudian jawabannya: “O cepet
Dhik, paribasan suwe banyu sinaring”. Berarti prosesnya cepat.
SUWE MIJET WOHING RANTI: Ranti adalah buah sejenis tomat,
bentuknya bulat dan kecil-kecil Bisa dpegang denganibu jari dan jari telunjuk.
Kalau mau memijat sampai “mecothot” nyaris tanpa energi dan dalam sekejap si
kecil “ranti” sudah penyet. Artinya sama dengan “suwe banyu sinaring”. Sesuatu
yang cepat.
PENUTUP:
Demikianlah
contoh-contoh “sanepa” yang dapat saya tulis. Apakah ini merupakan “basa
pinathok?” Bahasa yang sudah dipathok? Ya memang sudah demikian adanya, kalau
bisa jangan diubah-ubah kata-katanya. Kalau sudah pinathok berarti termasuk
“paribasan?” Betul. Semua bahasa yang sudah tetap pemakaiannya adalah
paribasan. Tinggal nanti masuk yang mana: bebasan, saloka atau sanepa.
Bolehkah
kita mengembangkan kata-kata baru? Siapa
yang tidak membolehkan? Siapa tahu akan dipakai banyak orang dan menjadi “basa
pinathok?” Jangan malah hilang satu-persatu karena ditelan jaman. Yang penting
tahu kaidah “sanepa”: Membandingkan secara terbalik. Aspek logika jangan
ditinggalkan. Gunakan “rasa”. Misalnya: “Lemu
sada” (lidi) berarti sudah pasti menggambarkan orang yang kurus. Tetapi
jangan mengatakan “lemu pring’
(bambu). Ada banyak jenis bambu. Yang namanya “pring petung” justru bambu yang
amat besar. Sehingga anak yang dikatakan sebagai “bung (rebung) pring petung” adalah anak yang longgor (cepat besar
dibandingkan teman-teman sebayanya). IwanMM
No comments:
Post a Comment