Ada orang yang membuat kita merasa nyaman bila berada didekatnya. Kita merasa ayom, ayem dan akhirnya tenteram. Tidak banyak orang yang bisa seperti ini, tetapi ada. Mungkin orang ini tidak pernah membaca Serat Wedhatama, pupuh Sinom bait pertama tentang tuladha laku utama dari Panembahan Senopati, yang pernah saya tulis dalam “Serat Wedhatama: Bagaimana Sri Mangkunegara IV memotivasi para muda” sebagai berikut”
(1) nulada laku utama | tumrape ing tanah Jawi | wong agung ing Ngèksigônda
| Panêmbahan Senapati | kapati amarsudi | sudaning hawa lan nêpsu | pinêsu tapa brata | tanapi ing sari
ratri | amêmangun karyenak tyasing sasama ||
“Amemangun
karyenak tyasing sesama”
artinya berbuat untuk menyenangkan hati sesama manusia. Berbuat seperti ini
tidak mudah karena dituntut kemampuan mengendalikan diri. Oleh sebab itu
Panembahan Senopati “siang ratri”
(siang malam) selalu “amarsudi sudaning
hawa lan nepsu”
"Amemangun karyenak tyaseing sesama" tidak lepas dari ucapan-ucapan kita yang tidak sekedar untuk "ngayem-ayemi" tetapi benar-benar merupakan "Sabda Amreta" (Sabda: ucapan; A: tidak; Mreta: mati), ucapan yang benar-benar menyegarkan hati dan menumbuhkan semangat kehidupan.
RESEP
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
“Amemangun
karyenak tyasing sesama”
adalah “resep” dalam pergaulan dengan sesama manusia, siapapun mereka. Adapun
contoh yang diberikan Sri Mangkunegara IV tentang apa yang dilakukan Panembahan
Senopati adalah “samangsane pasamuan;
amamangun marta martani (Pasamuan: berkumpul dengan orang lain; Marta:
sifat lembah manah, sabar; Martani: dalam bahasa kawi adalah memberi kabar
baik), yang dapat dilihat pada pupuh Sinom bait ke dua sebagai berikut:
(2) samangsane
pasamuwan | mêmangun marta martani |
sinambi ing sabên môngsa | kala-kalaning asêpi | lêlana tèki-tèki | gayuh
geyonganing kayun | kayungyun êninging tyas | sanityasa pinrihatin | puguh
panggah cêgah dhahar lawan nendra ||
Kesimpulan: Resepnya
adalah “amemangun karyenak tyasing
sesama” melalui “memangun marta
martani”. Lalu apa yang harus dilakukan? Beri pigura, jadikan hiasan
dinding di ruang kerja kita? Bisa bernasib menjadi hiasan tanpa makna kalau
kita tidak tahu apa yang harus dikerjakan dan tamu yang harus kita layani tidak
tahu maksudnya. Lebih-lebih kata-katanya dalam bahasa Jawa yang masih
bernafaskan bahasa Sansekerta/Kawi.
OPERASIONALISASI
“MEMANGUN MARTA MARTANI”
Semua orang punya cara
masing-masing untuk membuat nyaman sesama, yang kurang lebih dapat diringkas
sebagai berikut:
- Sifat
SUSILA ANOR RAGA: Perilaku santun dengan tutur kata lembut didukung
pilihan bahasa yang pas dan sesuai dengan bahasa tubuhnya. Jangan sampai
bahasa tubuh berseberangan dengan ucapan kita. Kita banyak melihat motto
yang tertempel di tempat-tempat pelayanan umum, misalnya “Senyum, Salam
dan Sapa”. Bagus, asal jangan
sampai senyumnya dipaksakan dalam wajah muram dan sapaan datar.
- Sifat
BERBUDI: Luber budinya. Artinya suka memberi. Memberi tidak harus uang
atau sembako. Semua yang bernuansa memberi dan berbagi adalah manifestasi
sifat berbudi
- Sifat BAWA LAKSANA: Kesamaan antara ucapan dan tindakan. Tidak ada orang yang merasa nyaman berdekatan dengan manusia yang “kakehan gludhug kurang udan”.
“Memangun
marta martani” adalah
pesan untuk pemimpin dan pelayan masyarakat. Bila tugas kita melayani
masyarakat, misalnya saja kita adalah petugas Puskesmas, Rumah Sakit, maupun
institusi pemberi layanan lainnya, marilah kita “mulat sarira”, introspeksi apakah dalam melayani pengunjung kita
sudah “memangun marta martani”.
TANTANGANNYA
BESAR
“Memangun marta
martani” ternyata tidak gampang. Bisa saja terjadi bahwa kita merasa sudah
memberikan yang terbaik, masih dimaki-maki. Sudah bertindak profesional, masih
digoblok-goblokkan. Bisa karena miskomunikasi, misinterpretasi atau mis mis
lainnya. Oleh sebab itu pada awal tulisan ini telah disebutkan bahwa kita harus
selalu “amarsudi sudaning hawa lan nepsu”. Bila tidak mampu, bisa berkelahi
dengan klien, dan ini memalukan.
Sri Mangkunegara IV
cukup arif dalam hal ini. Dalam pupuh Pangkur bait ke 5 bahwa sejatinya
penerapan ilmu kita hanyalah untuk membuat orang senang (sanyatane mung weh reseping ati). Hati harus tetap dingin, tetap
senang walau dikatakan tolol (bungah
ingaran cubluk). Hati tetap gembira walau dihina (sukeng tyas yen den ina). Orang hidup jangan seperti si tolol yang
suka omong gede, maunya hari-hari dipuji (nora
kaya si punggung anggung gumrunggung; ugungan sadina-dina). Lengkapnya
sebagai berikut:
(5) mangkono ngèlmu kang nyata | sanyatane
mung wèh rêsêping ati | bungah
ingaranan cubluk | sukèng tyas yèn
dèn ina | nora kaya si punggung anggung gumunggung | ugungan sadina-dina |
aja mangkono wong urip ||
KSATRIA
UTAMA HARUS PANDAI MENARIK HATI SESAMA
Walaupun tantangannya
besar, apabila kita ingin menjadi manusia utama, maka setiap saat kita harus
mengasah dan membersihkan budi (saben ri kalamangsa; mangsah amemasuh budi).
Tujuannya adalah untuk melaksanakan perilaku keksatriaannya (laire anetepi; ing
reh kasatriyanipun). Apakah itu? Susila anor raga dan “wignya met tyasing
sesami. (wignya: berani; Mèt:
dalam bahasa Kawi artinya mengambil hati), dengan kata lain seorang ksatria
harus pandai mengambil hati sesama, tentusaja dengan pegangan sikap susila anor
raga, bukan yang lain. Demikianlah menurut pupuh Sinom bait ke 17 yang
lengkapnya sebagai berikut:
(17) mangkono janma utama | tuman-tumanêm ing sêpi | ing sabên ri kala
môngsa | mangsah amêmasuh budi | laire anêtêpi | ing rèh kasatriyanipun |
susila anor raga | wignya mèt tyasing
sêsami | yèku aran wong barèk berag agama ||
PENUTUP:
JANGAN MENURUTI KEMAUAN SENDIRI
Berupaya menyenangkan
hati sesama tantangannya besar. Belum tentu orang senang walaupun kita sudah
berupaya “do the best”. Kita adalah manusia yang selalu mengatakan “kesabaran
ada batasnya”. Tetapi kalau tujuan kita adalah “amemangun karyenak tyasing
sesama”, kendalikanlah diri. Jangan perlihatkan ketidaksenangan kita, tetaplah
bertutur kata santun dengan wajah manis, sinamun
ing samudana, sesadon ingadu manis , sesuai pesan dalam pupuh pangkur bait
ke 3 sebagai berikut:
(3) gugu karêpe priyangga | nora nganggo pêparah lamun angling |
lumuh ingaran
balilu | ugêr guru alêman | nanging janma ingkang wus waspadèng sêmu | sinamun
ing samudana | sêsadon ingadu manis || (IwMM)
1 comment:
Sangat bermanfaat
Post a Comment