Terkait dengan posting
berjudul “Sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi pati” maka “bathuk” (dahi;
jidat) bagi orang Jawa memang merupakan bagian tubuh yang istimewa. Posisinya
yang strategis, berada di depan atas dan permukaan yang cukup luas menjadikan “bathuk” cepat
terlihat. Bagian kepala yang sering terbentur dan benjol juga “bathuk”. Dalam
sholat pun sujud kita tidak sempurna kalau “bathuk” tidak rata menyentuh bumi.
Teman-teman yang saya sebut “ahli sujud” dapat kita tandai dengan adanya bagian
“bathuk”nya yang hitam kebiruan.
Ungkapan Jawa selain
“Sadumuk bathuk sanyari bumi” yang menggunakan kata “bathuk” antara lain dapat
dipirsani di bawah ini:
1.
Dalam “krama inggil” bathuk disebut “palarapan”
“Larap” adalah hiasan
emas yang pipih dan lebar, tempatnya di dahi. Pada jaman dulu banyak orang
menggunakan “larap” di dahi mereka. “Bathuk” disebut “palarapan” pengertiannya:
“bathuk” adalah lokasi penempatan “larap”.
2.
Bathuk sebagai “panyandra” kecantikan wanita
Dalam ungkapan Jawa
kita kenal kata “Bathuke nyela cendhani” (Sela: Batu; Cendhani: Marmer).
Maksudnya adalah dahi yang halus dan memancarkan cahaya seperti batu marmer.
Pernah saya baca kamus Inggris-Jawa, “bathuk nyela cendhani” adalah “Classic
ideal forehead” (tentusaja untuk wanita Jawa), dengan penjelasan “Marble like
forehead”
3.
Thukmis dan laki-laki thukmis
“Thukmis” adalah
akronim Jawa, bukan "kerata basa" dengan rumus Jawa (menggunakan suku kata terakhir masing-masing
kata) yang kepanjangannya adalah: “Bathuk klimis” (Klimis: amat bersih dan
bercahaya). Artinya sama dengan “Nyela cendhani” yang "marble like forehead" di atas. Dahi indah yang
tentusaja dimiliki wanita cantik. Perlu digaris-bawahi bahwa kata
“thukmis” tidak digunakan untuk memuji kecantikan wanita seperti “nyela
cendhani” di atas, melainkan untuk mencela kelakuan laki-laki.
Seorang laki-laki
dikatakan “Thukmis” kalau ia tidak tidak tahan melihat wanita cantik alias
gampang jatuh hati setiap melihat wanita yang “bathuknya klimis” atau cantik.
Setiap melihat wanita cantik, ada saja caranya untuk mendekati, berkenalan dan
seterusnya.
§
Bathuk
nonong: Bathuk (dahi) yang menonjol
§ Bathuk banyak: (banyak: angsa) Bathuk
yang amat nonong
§
Bathuk
lengar: (lengar: lebar, digunakan khusus untuk dahi). Teman yang punya “bathuk
lengar” ini sering diguyoni” bahwa bathuknya bisa untuk mendarat helikopter,
alias bathuk “helipad” apalagi kalau plus botak.
Demikianlah beberapa
ungkapan Jawa yang menggunakan kata “bathuk”. Bila masih ada satu lagi, maka
“bathuk” bisa digunakan sebagai "pisuhan" atau makian. Bagian kepala memang sering digunakan
untuk memaki: Endhasmu, gundhulmu, matamu, cangkemu, demikian pula ada “pisuhan”
(makian) bathukmu. Makian ini rasanya lebih bernuansa “canda”. Misalnya saja
kita omong seronok lalu teman menimpali dengan kata “bathukmu”. Jadi tidak usah terlalu dipikirkan apalagi dilanjutkan
dengan adu mulut atau adu jotos. (IwMM)
No comments:
Post a Comment