Sunday, May 6, 2012

KEMLADHEYAN NGAJAK SEMPAL


Kemladheyan: Benalu; Sempal: Patah. Benalu, pohon yang numpang sebagai parasit, banyak kita lihat di pohon-pohon besar. Akar-akar benalu mencengkeram batang pohon yang menjadi induk semangnya, mengambil sari makanan dari pohon yang ditumpanginya. Kalau benalunya sedikit mungkin tidak masalah. Tetapi kalau kemudian menjadi besar dan banyak maka pohon induknya menjadi meranggas. Batang tempat benalu menempel bisa kering dan mati. Lama-lama patah (sempal). Tentusaja benalunya ikut jatuh dan ikut mati.

Dalam kehidupan manusia, ungkapan “kemladheyan ngajak sempal” adalah orang yang hidupnya nunut kita. Mungkin kita terima karena kasihan atau rasa persaudaraan. Lama-lama kita yang hidupnya sudah pas-pasan menjadi tidak kuat juga. Contoh paling sederhana adalah orang yang numpang di rumah kita dan kehidupannya menjadi beban kita. Ternyata dia numpang terus dan malah kita yang habis-habisan menyediakan kebutuhannya.

Tidak harus orang lain yang numpang. Anak yang tidak bekerja dan sampai dewasa masih ikut orang tua kemudian berkeluarga, mempunyai anak, sementara orang tua semakin tua, penghasilan juga semakin turun, hal ini lama-lama juga bisa menjadi “kemladheyan ngajak sempal”. Bagaimanapun orang tua pasti tidak akan tega kepada anaknya. Tetapi orang tua harus bijaksana juga dalam memandirikan anak. Anak harus dilepas, diupayakan bisa mempunyai matapencaharian sendiri, kalau perlu diberi modal. Orang tua tinggal “tut wuri handayani”. Jangan sampai terjadi orang tua mati dan anak menjadi lebih sengsara karena belum siap berdikari.

Perlu dibedakan dengan “satru mungging cangklakan”. Yang ini samasekali bukan musuh. Dia orang yang kita kenal baik, hanya dia nunut kita 100 persen sehingga kita menjadi susah karenanya. Sedangkan “musuh mungging cangklakan” adalah orang yang mau mencelakai kita dan samasekali di luar dugaan karena dia orang yang dekat dengan kita. Bisa teman dekat, bisa saudara. (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST