Monday, April 9, 2012

SUBASITA JAWA (6): BICARA


 
Benar kata peribahasa “Berbicara peliharalah lidah” atau “Mulutmu harimau kamu”, maknanya kita harus hati-hati dengan pembicaraan kita. Dalam “Serat Subasita” bukan “isi” pembicaraan yang dibahas melainkan “cara” kita bicara

Apa saja yang termasuk “degsura” dalam cara kita bicara?

Pertama, adalah “bicara dengan suara keras”. Tatakrama Jawa memang mengajarkan agar kita tidak bicara keras-keras, apalagi kalau posisi kita dekat dengan teman bicara kita.

Ke dua, adalah “bicara dengan berbisik-bisik” apalagi kalau ada orang lain lagi disamping teman bisik-bisik kita. Ada peluang kita disangka “ngrasani” orang itu. Kalau memang ada pembicaraan yang bersifat rahasia, keluar dulu ke tempat lain supaya tidak dicurigai bicara yang bukan-bukan.

Ke tiga, jangan bicara sambil tertawa karena termasuk degsura. Tidak bolehkan kita tertawa? Boleh-boleh saja kalau memang ada yang lucu, tapi bukan kita tertawa sambil bicara. Sudah semestinya pula kita tidak tertawa atas apa yang kita bicarakan. Yang tertawa mestinya teman bicara kita. Kalau toh kita harus tertawa, ya setelah selesai bicara. Tertawa dalam pitutur Jawa harus “empan papan”

Ke empat, bicara “celometan” didepan orang tua dan wanita adalah “degsura”. Wanita boleh mengusir laki-laki yang bicara “celometan”.

Ke lima, tidak bicara multitafsir di depan wanita. Multitafsir berarti mengandung rahasia, konotasinya hati kita tidak bersih. Walaupun wanita itu sudah akrab seperti saudara, tetap dianggap “murang tata”.

Ke enam, memotong pembicaraan orang lain. Jadi dengarkan dulu sampai orang selesai bicara, baru menimpali. Memotong atau menyela apalagi kemudian mengambil alih adalah tindakan degsura. Bila kita terlanjur memotong kemudian sadar akan kesalahan kita, cepat-cepatlah mohon maaf.

Ada teman orang Jawa juga, bertanya: Apa orang Jawa kalau ngomong harus ditata ya. Sebenarnya juga tidak tetapi ada tatakrama dalam bicara khususnya menghadapi orang yang lebih tua dan wanita. Walau demikian sifat anteng, meneng dan jatmika adalah yang lebih baik, paling tidak menurut ukuran dulu.
 
Sambungan dari: Subasita Jawa (5): Marah

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST