Pernah saya posting
dalam FB Nguri-uri Basa Jawa tentang KOPLAK dan KOPLAKAN ini. Kemudian ada
teman yang menyadur dalam Bahasa Indonesia dan memuatnya dalam Kompasiana.
Rupanya banyak juga teman yang tertarik dengan kedua kata ini. Saya coba
menelusuri lebih lanjut melalui tanya sana-sini dan mencari rujukan dari browsing
sana-sini juga. Yang jelas kedua kata ini: Koplak dan Koplakan sudah ada sejak
jaman dulu.
KOPLAK DARI ASPEK BAHASA
Menurut Bausastra
Jawa, Poerwadarminta, 1939, Koplak berarti:
(1) Isi buah yang
sudah terlepas dari kulitnya: Contohnya buah keluak pada waktu masih muda
daging buah melekat pada kulit buah. Ketika sudah tua, daging buah mengerut dan
lepas dari kulit buahnya. Kalau dikocak-kocak maka akan terdengar suara koplak
koplak. Buah keluak yang tua bagus untuk bumbu rawon atau pindang, salah satu
cara mengetesnya adalah dengan dikocak-kocak, koplak koplak atau tidak.
(2) Kocak: Misalnya
jirigen berisi air yang tidak penuh, telur busuk, kalau digoncang-goncang juga
akan terdengar suara koplak-koplak.
(3) Dalam peribahasa
Jawa, kita kenal kalimat: Kocak tandhane lukak. (Lukak:
kosong; Kocak: Konotasinya dengan bunyi). Kocak tandhane lukak pengertiannya
adalah orang banyak ngomong (kocak) padahal sebenarnya bodoh (lukak). Perlu dicatat
bahwa yang digunakan adalah kata “kocak” bukannya “koplak”
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa KOPLAK pengertian harfiahnya adalah sesuatu yang tidak penuh,
sedangkan pengertian kiasannya adalah untuk otak manusia yang bodoh tapi banyak
omong.
KOPLAK DALAM BAHASA GAUL JAWA
Jaman sekarang orang
gila atau gendheng dikatakan koplak.
Yang ini sebenarnya menyimpang. Koplak itu gambaran orang bodoh yang banyak
ngomong. Orang bodoh diibaratkan kepalanya besar otaknya kecil, sehingga kalau
kepala digoyang-goyang terdengar koplak-koplak. Bodoh tidak sama dengan gendheng.
Di bawah adalah
kutipan dari: http://kamusgaul.com/kamus/koplak,
dapat dilihat bahwa pengertian koplak dengan mengambil makna dari peribahasa “kocak
tandhane lukak” tidak menyimpang dari arti koplak pada jaman dulu.
(1) “KOPLAK” merupakan
bahasa gaul anak Jogja/Jawa Tengah yang punya makna Idiot, gila, tapi lebih
pada konotasi lucu.
(2)
Menyebut seseorang karena perilaku atau bicaranya cenderung ngawur tapi merasa
benar, keren dan cerdas, padahal tidak.
(3)
Contoh Penggunaan kata: Pokoknya dia koplak banget deh, atau yang lebih condong
ke sarkastis adalah: dasar koplak loe, kalau ngomong asal njeplak!
Kesimpulannya adalah:
Penggunaan kata “koplak” yang banyak kita dengar saat ini tidak melenceng dari
makna aslinya (dalam kiasan), yaitu: “Kocak tandhane lukak” dengan pengertian:
Kocak = Koplak. Bila kita dikata-katai dengan “koplak kamu!” Jangan keburu
marah, karena saling mengkoplak dalam artian canda adalah biasa diantara teman.
NAMA DUSUN
Teman saya Dr.
Soemartono Samadikoen, SpM memposting gambar tugu kecil bertulisan “Dusun
Koplak” di kelompok FB MamaConga: Mantan Mahasiswa (Kedokteran) Complex Ngasem,
Yogyakarta. Pertanyaan beliau kurang lebih: “Kok bisa dinamai “Koplak” ya? Karena
di FB ya berhenti disitu. Tetapi kalau kita bahas sambil jagongan, kira-kira
lanjutannya adalah: “Apa warga dusun tersebut koplak semua?”
Komentar teman-teman juga
“ting clebung” pertanda tidak ada
yang tahu. Saya yang lahir di Yogya ndilalah
juga ora dhong, padahal dusun
koplak itu bukan dusun terpencil. Semua orang pasti tahu Jalan Kaliurang. Dusun
Koplak berada di Jalan Kaliurang Km 14,5 ke arah Kaliurang, dekat dengan kampus
UII (Universitas Islam Indonesia). Dusunnya indah, hijau, banyak tempat layak
kunjung dan kuliner layak santap.
Yang jelas, Dusun
Koplak ada di Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. (Gambar tugu diambil dari http://www.baltyra.com/)
Mengapa namanya Dusun
Koplak, mudah-mudahan ada sesepuh disana yang berkenan menjelaskan. Ada teman
di komunitas FB Nguri-uri Basa Jawa yang memberi uraian: Mungkin pada jaman
dulu banyak warga desanya yang berprofesi kusir Andhong atau Dokar. Atau ada
pangkalan Andhong/Dokar disitu.
Mengapa bisa dikaitkan
dengan Kereta kuda? Dapat dibaca di lanjutan tulisan ini MENELUSURI KOPLAK SAMPAI KE KOPLAKAN (2): KOPLAKAN DARI MASA KE MASA (Iwan MM)
No comments:
Post a Comment