Melanjutkan
tulisan Kata majemuk (1): Banyak yang punya makna filosofi, jangan dibolak-balik penggunaannya, betul prediksi saya bahwa Darman menanyakan
tentang kata-kata lain yang senada dengan “kurang
luwih” tidak sampai seminggu setelah menghadiri acara khitanan yang saya
ceriterakan kemarin dulu. Dia awali dengan: “Kita katakan Esuk sore, rina wengi karena pagi datang lebih awal daripada sore, dan
siang muncul lebih awal daripada malam. Lainnya apa lagi, Mas?”
DAFTAR KATA YANG SUDAH JADI
GANDENGANNYA DAN MAKNA FILOSOFISNYA
Bagaimana
menata urutan kata majemuk ini, mana yang diletakkan di depan dan mana yang di
belakang, bisa kita gunakan tiga kata kunci sebagai berikut:
Pertama: Pesan utama diletakkan di depan.
Diutamakan dalam hal apa? Ini yang harus pakai “rasa” karena ada peringatan
atau pesan yang tersembunyi di dalamnya. Mari kita lihat bersama-sama.
Kedua: Yang “lebih” (dalam hal apa saja, berkonotasi
positif maupun negatif) terkait dengan pesan utama kita letakkan di depan
Ketiga: Yang “ada” lebih awal mendahului yang
“ada” belakangan.
Di
bawah adalah daftar (bersumber dari Serat Warnasari, Ki Padmasusastra, 1925)
yang kemudian saya email ke Darman. Sebagian yang ingat, saya sampaikan
langsung, karena Darman “ngeyel” bahwa ia lebih suka mendengan “sesorah” dari
manusia hidup daripada mencermati benda mati (maksudnya laptop).
A
ABANG IRENG, ABANG PUTIH, ABANG BIRU
dll: Secara umum
warna merah (abang) lebih disukai daripada warna yang lain. Anak kecil bila
diberi mainan berbagai warna akan mengambil yang merah lebih dahulu.
ADHEM PANAS: Dingin lebih disukai daripada panas
AGAL ALUS: Lebih mudah agal (kasar) daripada halus. Bukankah kita lebih senang halus?
Dalam hal ini kesenangan kalah dengan kemudahan, dan kelazimannya memang kita
mengatakan “agal alus”
AKEH SATHITHIK: Orang lebih menginginkan banyak
(akeh) daripada sedikit (sathithik)
ALA BECIK: lebih mudah melakukan panggawe ala (perbuatan tidak baik)
daripada perbuatan baik (becik)
ANAK BOJO: Kita harus hati-hati menafsirkannya
supaya tidak salah terima. Secara umum makhluk hidup punya instink
mengembangkan keturunan. Sehingga anak akan lebih penting daripada bojo. Korbankan
semua untuk anak, Anak harus dididik dengan baik, sekolahkan setinggi mungkin
sehingga harkat dan martabat keluarga akan meningkat. (Lihat juga “garwa putra”
di bawah).
ANAK PUTU: Anak lebih dahulu ada daripada putu
(cucu)
B
BAPA BIYUNG: Lebih berkuasa bapa (bapak) daripada
biyung (ibu)
BATHIIK LURIK: Kain batik lebih banyak dipakai dalam
acara resmi daripada kain lurik
BEBED IKET: Orang bisa pergi keluar rumah hanya
pakai bebed (kain panjang untuk laki-laki), tetapi tidak mungkin keluar rumah
pakai iket (ikat kepala, blangkon) saja.
BEBEK PITIK: mengapa bebek didahulukan karena
keperkasaannya. Bila kita melihat bebek yang digembalakan, maka proporsi bebek
jantan terhadap bebek betina amat kecil. Katakan 1 banding 25. Ayam (pitik)
jantan tidak akan mampu menandingi keperkasaan bebek. Kalau ada satu jago untuk
sepuluh ayam betina sudah terlalu banyak.
BEGJA CILAKA: Harapan manusia hanyalah begja
(keberuntungan) bukan cilaka (sial). Orang yang sedang sial (cilaka) pun akan
mengharapkan suatu saat bisa begja (beruntung)
BENER LUPUT: Yang dicari manusia adalah bener
(benar) kalau meleset jadi luput (salah). Contoh sederhana adalah mengerjakan
soal ujian
BERAS PARI: Pari (padi) memang ada lebih dahulu
daripada beras, tetapi Beras sudah menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk
manusia, sedangkan pari dikatakan belum. Harus diolah lebih dahulu, bahkan
sebagian kembali ke sawah menjadi benih
BREH GEMI: lebih mudah breh (boros) daripada
gemi (hemat)
BUMI LANGIT: Yang kita injak adalah bumi, yang
kita pandang adalah langit. Bumi lebih dekat dan nyata daripada langit.
BUNGAH SUSAH: Orang mengejar bungah (senang) bukan
susah. Lihat “begja cilaka”
D
DHARAT LAUT: Karena manusia (utamanya Jawa)
kebanyakan hidup di daratan maka akan lebih mudah berurusan dengan darat
daripada di laut
DHEDHAK MERANG: Lebih berharga dedak daripada merang
DINA PASARAN: Dina (hari: Senin, Selasa, dst)
adalah untuk kehidupan di kota, sedangkan pasaran (Pon, wage, dst) untuk
kehidupan orang di desa. Dalam hal ini kota didahulukan. Adanya pasaran karena
ada dina. Dina bisa berdiri sendiri tanpa pasaran.
E
EMPUK ATOS: Lebih enak empuk (lunak) daripada
atos (keras)
ENDHEK DHUWUR: (sering disingkat: dhekwur): lebih
kuat yang pendek (endhek) daripada yang tinggi (dhuwur). Bayangkan sebatang
pohon tinggi dan pendek bila diterjang badai.
ENTHONG IRUS: Enthong (untuk mengambil nasi) lebih
diperlukan daripada irus (untuk mengaduk sayuran waktu memasak).
ESUK SORE: pagi (esuk) datang lebih awal
daripada sore
G
GAMPANG ANGEL: Sudah jelas, lebih mudah gampang
daripada sulit (angel)
GARWA PUTRA: Sama dengan “anak bojo” di atas, bedanya yang ini dalam bahasa Jawa krama
inggil. “Anak bojo” yang basa Jawa ngoko digunakan untuk orang
kebanyakan sedangkan “Garwa putra” yang krama inggil
untuk kalangan atas. Yang menarik adalah posisi katanya yang terbalik. Maknanya
cukup mendalam, pituturnya pun tersembunyi dalam semu. Untuk kalangan atas
(katakan pejabat) maka garwa (isteri) lebih penting daripada anak. Pejabat
menjadi sorotan. Kalau berganti-ganti isteri namanya “cacat” dan menjadi
sorotan publik termasuk media. Untuk
orang kebanyakan biasanya tidak berperilaku macam-macam dalam hubungan suami
isteri, maka pesannya adalah untuk lebih
mengutamakan anak. Jangan sampai kurang gizi, beri pendidikan moral yang baik,
sekolahkan setinggi-tingginya sehingga kelak
berguna bagi keluarga, bangsa dan negara.
GEDHE CILIK: Normatifnya ya sama penting. Disini
penjelasannya lebih diperlukan orang besar (gedhe) daripada orang cilik (kecil)
dengan mengambil contoh kalau senapati (panglima perang) gugur maka anak buah
bisa tercerai berai. (Baca “kawula gusti” pada posting berikut)
GENDHONG PIKUL: Kalau kita melihat penjual di pasar
tradisionil utamanya di desa, maka wanita membawa barangnya dengan digendong
dan laki-laki dengan dipikul. Dalam hal ini wanita didahulukan daripada
laki-laki. Disamping itu tingkat kesulitan menggendong lebih susah karena
melekat di punggung, sehingga didahulukan daripada pikul. Berbicara dengan
menggunakan kata “gendhong pikul”
berarti berurusan dengan gender laki-laki dan perempuan. Bedakan dengan “nggendhong
ngindhit”. Nggendhong (dibawa
di belakang punggung) dan ngindhit (dibawa
dengan posisi barang di pinggang) adalah cara yang umumnya dilakukan perempuan
dalam membawa barang. Nilainya sama, dengan kelaziman nggendhong diletakkan di
depan; adapun maknanya adalah bebasan yang
menggambarkan beban manusia. Sudah nggendhong
masih ngindhit.
J
JALER ESTRI: Laki-laki lebih kuasa daripada
perempuan
JEMBAR CIYUT: Lebih berharga yang jembar (luas)
daripada yang ciyut (sempit)
JUNGKAT SURI: Lebih awal jungkatan (bersisir)
daripada suren (menggunakan serit). Catatan: Serit untuk cari kutu kepala)
Dilanjutkan
ke KATA MAJEMUK (3): “GANDHENGING BASA” DAN MAKNA FILOSOFINYA (B)
No comments:
Post a Comment