Dalam
tulisan Serat Wulangreh: Den ajembar, dem amot lawan den mengku, dapat dibaca
bahwa manusia perlu meneladani sifat samodera yang mampu dan mampu menampung
semuanya baik sampah maupun bukan sekaligus menyimpan harta karun yang tak
ternilai besarnya. Demikian pula dikatakan oleh Sri Pakubuwana IV dalam Serat
Wulangreh, pupuh Pocung bait ke 12 sebagai berikut:
12. dèn ajêmbar dèn amot lawan dèn mêngku | dèn pindha sagara | tyase ngêmot ala bêcik | mapan ana
pêpancène sowang-sowang ||
Pengertiannya
kurang lebih sebagai berikut: JEMBAR adalah luas. Di dunia ini yang paling luas
adalah samodera. AMOT sama dengan MOMOT yaitu memuat tapi tidak sekedar memuat,
harus memuat dengan aman. Dewasa ini yang banyak terjadi adalah “ora amot nanging tetep dimomot”. Kalau
yang dimaksud kendaraan, maka yang terjadi adalah rawan celaka. Tulisan ini adalah lanjutan dari Serat Rama dan Asta Brata (10): Bathara Kuwera
BATHARA BARUNA: SAISINING RAT KAWENGKU
Penguasa “samodera” adalah Bathara Baruna yang dalam
Serat Rama anggitan Yasadipura I tertera pada pupuh Pangkur bait ke 33 dan 34.
Dikatakan pada bait ke 33 bahwa Bathara Baruna menguasai
semua ilmu (guna-guna kagunan kabeh
ginelung), mampu mengikat semua yang ada di jagad ini (angapusa isining rat). Bathara Baruna mau dan mampu menampung
semuanya, bukannya tanpa dilandasi kewaspadaan. Kewaspadaan Bathara Baruna amat
tinggi (putus wiweka kaeksi). Merujuk
ke Serat Wedhatama: Den awas, den emut, den memet yen arsa momot, maka
kemampuan MOMOT Bathara Baruna dilandasi AWAS, EMUT dan MEMET.
Selanjutnya ditegaskan lagi pada bait ke 34 bahwa Bathara
Baruna mampu memuat apa saja di dalam jagad ini (saisining rat kawengku) tanpa ragu-ragu (tempuhing sarana datan kegah-keguh). Semua ditampung, yang baik
maupun yang buruk (kesthi kang ala arja).
Lengkapnya bait ke 33 dan 34 sebagai berikut:
LIDING DONGENG
Dalam
Asta Brata kita kenal Laku Hambeging Samodra atau Laku Hambeging Baruna.
Seorang pemimpin harus memahami dan meneladani sifat sifat samodra khususnya
dalam hal daya tampung yang tinggi terhadap apa saja yang dikirim dari daratan.
Kiriman dari daratan tidak selamanya enak dan mengenakkan.
Pemimpin
harus mampu menampung semuanya baik “good news” maupun “bad news”. Aspirasi
masyarakat bisa bermacam-macam, gejolak di masyarakat juga bisa beraneka-ragam
baik jenis maupun kadarnya. Seorang pemimpin harus mampu mengatasi, harus mampu
mengambil keputusan dengan bijak.
Kata
kuncinya adalah SAISINING RAT KAWENGKU, KESTHI KANG ALA ARJA menurut bait ke 34
pupuh Pangkur dalam Serat Rama, dengan dilandasi JEMBAR, AMOT dan MOMOT, tanpa
meninggalkan AWAS, EMUT dan MEMET sesuai pesan dalam Serat Wulangreh dan Serat
Wedhatama di atas (IwMM).
Dilanjutkan ke Serat Rama dan Asta Brata (12): Bathara Brama
Dilanjutkan ke Serat Rama dan Asta Brata (12): Bathara Brama
No comments:
Post a Comment