Melanjutkan Serat Rama dan Asta Brata (5): Bathara Endra, Dewa ke dua yang disebut dalam Serat Rama adalah Bathara Yama atau
dikenal juga dengan nama Bathara Yamadipati, dewa pencabut nyawa yang
membuat semua orang kedher.
Bila Bathara Endra bersifat adil, maka Bathara Yama
dalam hal ini yang menegakkan keadilan. Dalam Serat Rama, tugas Yama sebagai
pencabut nyawa diarahkan ke pembersih
kejahatan dan penegak keadilan.
Bathara Yama melaksanakan tugasnya berdasar protap
(prosedur tetap) yang berlaku sesuai dengan tupoksinya (tugas pokok dan fungsi)
yaitu “milara krama ala” (menghukum yang berperilaku tidak baik).
Dalam menegakkan keadilan, ia juga juga tidak mau pilih-pilih (Nora ngetung kadang warga), yang jahat akan dibunuh (yen durjana den pateni). Mengenai hal ini dapat dibaca pada pupuh Pangkur bait ke 20 mulai baris ke 3, sebagai berikut:
Dalam menegakkan keadilan, ia juga juga tidak mau pilih-pilih (Nora ngetung kadang warga), yang jahat akan dibunuh (yen durjana den pateni). Mengenai hal ini dapat dibaca pada pupuh Pangkur bait ke 20 mulai baris ke 3, sebagai berikut:
MULAI KELAS
GUREM SAMPAI KAKAP DIOBRAK ABRIK SAMPAI KE AKAR-AKARNYA
Bathara Yama
menegakkan undang-undang demi mengayomi rakyat. Semua yang kelakuannya tidak
baik akan diobrak-abrik (barang kang laku
dursila ingupaya kabèh dèn osak-asik). Diusir dari tempat tinggalnya, kalau tertangkap akan
dibunuh. Semua yang mengotori kerajaan akan dihabisi (reregeding praja pinrih biratipun). Demikianlah cara kerja Bathara
Yama memelihara kerajaan (rumeksa
prajadi). Lengkapnya dapat dibaca pada bait ke 21 sebagai berikut:
Bahwa
Bathara Yama tidak pilih-pilih, disebutkan pada bait ke 22 tentang maling,
orang-orang yang dekat dengan kejahatan (ingkang
sandhing panggawe ala) dan sejenisnya dibersihkan tuntas (sajinise tumpes tapis). Selanjutnya
disimpulkan pada baris pertama dan kedua bait ke 23 bahwa pemimpin harus berani
membersihkan dunia dari kejahatan, barulah ia menjadi bathara Yama yang
sebenarnya. Lengkapnya bait ke 22 dan 23 sebagai berikut:
CATATAN
Agak sulit memadankan Bathara Yama dengan salah satu delapan “laku”
kepemimpinan sesuai dengan karakter alam semesta. Sebagai contoh Bathara Indra yang menguasai air sudah klop dengan Laku hambeging tirta. Demikian pula dewa yang lain pada tulisan berikutnya.
Untuk Bhatara Yama, kira-kira dan memang tinggal yang satu ini yaitu “Laku
Hambeging Kartika” (Bintang) walaupun Yama bukan dewa bintang dan bintang bukan lambang kematian. Satu hal yang sama adalah bintang relatif tidak bergeser dari tempatnya sehingga menjadi pedoman arah di malam hari. Yama sebagai pencabut nyawa dan penghenti kejahatan juga tidak pernah bergeser maupun ditawar. Manusia jadi takut berbuat jahat tetapi juga ayem karena ada yang mengayomi. Manusia juga tidak bingung karena tahu kemana ia ia harus mencari perlindungan.
Dilanjutkan
ke Serat Rama dan Asta Brata (7): Bathara Surya
No comments:
Post a Comment