Wednesday, December 26, 2012

SERAT RAMA DAN ASTA BRATA (5): BATHARA ENDRA

Melanjutkan Serat Rama dan Asta Brata (4): Wajibing raja agawe tuladan becik,  pada tulisan ke 5 ini kita masuk ke “Asta Brata” yang sebenarnya. Empat tulisan yang sebelum ini adalah prolognya, mengapa Sri Rama memberika pembekalan kepada Gunawan Wibisana dengan “elinga Bathara wolu”. Dalam bahasa manajemen strategis, kalau Visinya adalah “Pulihna praja Ngalengka” dengan nilai-nila (value): Wiweka, netepi sarat dan reh ayu kramaniti, maka Asta Brata melalui “bathara wolu” di atas adalah “Strategi”nya.
 
Kita kembali dulu ke tulisan pertama, Serat Rama dan Asta Brata (1): Sri Rama Menyerahkan Tahta Alengkadiraja Kepada Gunawan Wibisana, dr. Rusmono dalam arahannya tentang Asta Brata, tidak menyebut dewanya terlebih dahulu, melainkan delapan “Laku” nya, yang merupakan apa yang dikuasai oleh dewa tersebut. Mungkin kalau ceramahnya dua abad lalu dimana hampir semua orang (Jawa) masih kenal sosok wayang dengan karakternya, beliau akan menyebut wayangnya dulu.
 
Dalam Serat Rama, Yasadipura I menyebut nama dewa dan sifat-sifatnya, tanpa menyebut sebagai dewa apa (mungkin dianggap semua orang sudah tahu). Kita mulai dengan Batara Endra.
 
 
BATARA ENDRA: NGUDANAKEN WEWANGI ING SABUMI
 
Pada bait ke 19 pupuh Pangkur disebutkan bahwa Bathara Endra ngudanakên wêwangi ing sabumi. Hujan ibarat wewangian di bumi. Siapa orangnya yang tidak menunggu datangnya hujan, buktinya kalau hujan  tidak datang-datang berbagai upacara dilakukan manusia, termasuk yang agak aneh, memandikan kucing.
 
Selanjutnya dikatakan dana sumêbar sumawur  mêratani sajagad memberikan gambaran bahwa seorang pemimpin harus adil. Air menyebar kemana-mana dengan permukaan yang tetap rata, berarti sifat air tidak pilih kasih, tidak “emban cindhe emban siladan”.
 
Sifat mêratani sajagad ini dipertegas dengan kata-kata selanjutnya kawaratan gung alit sadayanipun pan ora amilih janma. Air tidak milih-milih, siapapun manusianya, perlakuannya sama. Ia akan berikan kepada siapa saja: kesejukan, kesegaran dan kebersihan (jangan lupa bahwa air adalah pembersih yang utama. Semua yang dekil sdan bau etelah diguyur air akan menjadi berseri dan wangi.
 
Bathara Endra adalah dewa yang menguasai air termasuk hujan Maka dikatakan laku yang pertama adalah “Laku hambeging Endra” (kalau kita pakai nama dewanya) atau “Laku hambeging tirta” (kalau kita ambil watak yang dimiliki atau kekuasaan yang dipegang Bathara Endra”. Selengkapnya bait ke 19 sebagai berikut:

 
 
LIDING DONGENG
 
Gambar: en.loadtr.com
Pada baris pertama dan ke dua bait 20 disebutkan: “iku yayi lakokêna | sawadyane kabèh amot ing bumi Itulah “yayi” (adik) yang harus dilakukan, mengambil sifat air, semua termuat di bumi ini. Menghidupi semuanya secara sama rata.
 
Ada teman yang menanyakan “kalau terjadi air bah (banjir) berarti kan air meluap dan tidak termuat?” betul air meluap dari pandangan kita. Meluapnya air bukan kesalahan Bathara Endra (Indra), melainkan kesalahan manusia yang memperlakukan bumi secara tidak betul. Atau mungkinkah Bathara Endra menghukum manusia? Yang menghukum manusia ada lagi yang lain. Bathara Endra tidak pernah menghukum atau menyusahkan orang. Sekali lagi kalau orang merasa terhukum karena air, maka hal tersebut karena salahnya sendiri. Kerusakan lingkungan termasuk “global warming” adalah akibat kelakuan manusia.

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST