Melanjutkan Serat Rama dan Asta Brata (4): Wajibing raja agawe tuladan becik, pada
tulisan ke 5 ini kita masuk ke “Asta Brata” yang sebenarnya. Empat tulisan yang
sebelum ini adalah prolognya, mengapa Sri Rama memberika pembekalan kepada
Gunawan Wibisana dengan “elinga Bathara
wolu”. Dalam bahasa manajemen strategis, kalau Visinya adalah “Pulihna
praja Ngalengka” dengan nilai-nila (value): Wiweka,
netepi sarat dan reh ayu kramaniti,
maka Asta Brata melalui “bathara wolu” di atas adalah “Strategi”nya.
Kita
kembali dulu ke tulisan pertama, Serat Rama dan Asta Brata (1): Sri Rama
Menyerahkan Tahta Alengkadiraja Kepada Gunawan Wibisana, dr. Rusmono dalam arahannya
tentang Asta Brata, tidak menyebut dewanya terlebih dahulu, melainkan delapan “Laku”
nya, yang merupakan apa yang dikuasai oleh dewa tersebut. Mungkin kalau ceramahnya
dua abad lalu dimana hampir semua orang (Jawa) masih kenal sosok wayang dengan
karakternya, beliau akan menyebut wayangnya dulu.
Dalam
Serat Rama, Yasadipura I menyebut nama dewa dan sifat-sifatnya, tanpa menyebut
sebagai dewa apa (mungkin dianggap semua orang sudah tahu). Kita mulai dengan
Batara Endra.
BATARA
ENDRA: NGUDANAKEN WEWANGI ING SABUMI
Pada
bait ke 19 pupuh Pangkur disebutkan bahwa Bathara Endra ngudanakên wêwangi
ing sabumi. Hujan ibarat
wewangian di bumi. Siapa orangnya yang tidak menunggu datangnya hujan, buktinya
kalau hujan tidak datang-datang berbagai
upacara dilakukan manusia, termasuk yang agak aneh, memandikan kucing.
Selanjutnya
dikatakan “dana sumêbar
sumawur mêratani sajagad” memberikan gambaran bahwa seorang pemimpin harus adil.
Air menyebar kemana-mana dengan permukaan yang tetap rata, berarti sifat air
tidak pilih kasih, tidak “emban cindhe
emban siladan”.
Sifat
“mêratani sajagad” ini dipertegas
dengan kata-kata selanjutnya “kawaratan gung alit
sadayanipun pan ora amilih janma”. Air tidak
milih-milih, siapapun manusianya, perlakuannya sama. Ia akan berikan kepada
siapa saja: kesejukan, kesegaran dan kebersihan (jangan lupa bahwa air adalah
pembersih yang utama. Semua yang dekil sdan bau etelah diguyur air akan menjadi
berseri dan wangi.
Bathara
Endra adalah dewa yang menguasai air termasuk hujan Maka dikatakan laku yang pertama adalah “Laku
hambeging Endra” (kalau kita pakai nama dewanya) atau “Laku hambeging tirta” (kalau kita ambil watak yang dimiliki atau
kekuasaan yang dipegang Bathara Endra”. Selengkapnya bait ke 19 sebagai
berikut:
LIDING
DONGENG
Gambar: en.loadtr.com |
Pada baris
pertama dan ke dua bait 20 disebutkan: “iku yayi lakokêna |
sawadyane kabèh amot ing bumi” Itulah
“yayi” (adik) yang harus dilakukan, mengambil sifat air, semua termuat di bumi
ini. Menghidupi semuanya secara sama rata.
Ada teman yang menanyakan “kalau terjadi air bah (banjir) berarti kan air
meluap dan tidak termuat?” betul air meluap dari pandangan kita. Meluapnya air
bukan kesalahan Bathara Endra (Indra), melainkan kesalahan manusia yang
memperlakukan bumi secara tidak betul. Atau mungkinkah Bathara Endra menghukum
manusia? Yang menghukum manusia ada lagi yang lain. Bathara Endra tidak pernah
menghukum atau menyusahkan orang. Sekali lagi kalau orang merasa terhukum
karena air, maka hal tersebut karena salahnya sendiri. Kerusakan lingkungan
termasuk “global warming” adalah akibat kelakuan manusia.
Dilanjutkan ke Serat Rama dan Asta Brata (6): Bathara Yama
No comments:
Post a Comment