Melanjutkan Asta Brata (1): Sri Rama Menyerahkan tahta Alengkadiraja Kepada Gunawan Wibisana, saat itu Gunawan Wibisana sebenarnya
sedang dalam kegalauan. Tiga saudara kandungnya tewas: Rahwana, Kumbakarna dan
Sarpakenaka. Bagaimanapun, ia amat mencintai keluarganya. Wibisana juga malu kepada Kumbakarna, kakaknya,
yang punya sikap sama dengan dia, yaitu tidak sependapat dengan tindakan
Rahwana. Pada akhirnya Kumbakarna memang maju perang juga. Bukan membela
kakaknya melainkan membela tanah airnya. Ia berperang dengan kesadaran tinggi
untuk “bela negara”.
Satu dari tiga ksatria utama dalam Serat Tripama anggitan Sri Mangkunegara IV adalah Kumbakarna, bersama Patih Suwanda
(Bambang Sumantri) dan Adipati Karna Narpati Ngawangga
SRI RAMA YANG BIJAK
Perintah utama Sri Rama kepada Gunawan
Wibisana dapat dibaca pada bait ke 9
pupuh Pangkur: “pulihna praja
Ngalêngka”. Sri Rama melihat
bahwa ada sesuatu yang tidak betul dalam pemerintahan Rahwana. Ia berperang
melawan Rahwana sebenarnya demi mengambil kembali Dewi Shinta, Istrinya, yang
diambil paksa oleh Rahwana. Sepeninggal Rahwana, Rama tidak akan membiarkan
Alengkadiraja menjadi seperti negeri yang dikalahkan garuda. Maka ia
perintahkan kepada Wibisana: “pulihna praja Ngalêngka”.
Apa yang harus dipulihkan? Perlu diingat
bahwa Ngalengka adalah kerajaan raksasa. Pada baris ke dua dan seterusnya masih
dalam pupuh ke 9 disebutkan bahwa yang harus dipulihkan adalah keselamatan dan
kesejahteraan para raksasa. Dijelaskan bahwa raksasa banyak yang masih muda dan
bodoh (mudha punggung). Kalau tidak
dibimbing, wajar saja kalau banyak yang memiliki hati durjana. Oleh sebab itu,
kumpulkanlah, didiklah, kuasailah mereka supaya memurut dan menghentikan
tingkah laku murkanya di bumi ini. Demikianlah kurang-lebihnya terjemahan bebas
bait ke 9 yang lengkapnya sebagai berikut:
Sri Rama memang memiliki sifat tidak
pendendam, apalagi kepada rakyat yang tidak bersalah. Tetapi Sri Rama juga
melihat, kalau rakyat dibiarkan liar tanpa pimpinan tanpa pembinaan, pasti akan
menjadi liar dan tidak terkendali.
LIDING DONGENG
Bila kita mendapat promosi memegang suatu
teritorial, kita pasti akan berusaha menjadi orang yang amanah. Hanya saja cara
melaksanakan amanah bisa berbeda-beda. Ada yang melaksanakan dengan kekerasan
dan mengarah ke sifat diktator. Hasilnya kelihatan terkendali, tetapi setiap
saat bisa saja meledak. Oleh sebab itu, Sri Rama meminta Gunawan Wibisana untuk
waspada, tetap dilandasi tatakrama dan tidak melanggar pituturnya sendiri.
Dapat dibaca pada tulisan selanjutnya: Serat Rama dan Astabrata (3): Memimpin Harus : “Krama Tuhu” dan “Aja Atinggal Sarat” (IwMM)
No comments:
Post a Comment