Melanjutkan tulisan: Gugon tuhon, tidak sekedar “ora ilok” (5): Perilaku makan (B), maka perilaku minum kita pun juga tidak
luput dari “wewaler” walaupun tidak sebanyak perilaku makan. Di bawah adalah beberapa contoh perilaku
bagaimana seharusnya kita minum setidaknya pada jaman dulu, karena pada masa
sekarang kita memang sudah tidak banyak melakukan dengan cara tersebut.
1. YEN NENGAH-NENGAHI MADHANG AJA SOK NGOMBE
Siapapun
kalau ditengah-tengah makan merasa tersekat (Jawa: kesereten) ya harus minum. Maksud
orang-orang tua dulu adalah: Orang yang makan sampai tersekat menunjukkan kita
tergesa-gesa. Belum lembut dikunyah sudah keburu ditelan. Kelanjutan dari tersekat
sering diikuti kecegukan yang kalau apes tidak mau segera berhenti. Orang yang melihat bisa punya perasaan campur aduk antara jijik, kasihan dan ingin tertawa. Larangan
minum di tengah makan menyiratkan dua pesan:
a. Dalam mengerjakan sesuatu kita tidak boleh
tergesa-gesa. Contoh disini adalah “makan” dengan indikator ketergesa-gesaan yaitu
“minum” ditengah makan.
b. Mencegah supaya kita tidak berperilaku “murang tata”
yang menjijikkan. Dalam hal ini indikatornya adalah “cegukan” akibat makan tergesa-gesa
“Irus”
semacam sendok agak besar bergagang panjang, dulu terbuat dari tempurung
kelapa, bergagang bambu. Digunakan sebagai alat penciduk dan pengaduk saat
memasak makanan. Kalau “irus” kita gunakan untuk alat minum, tentunya terjadi
kontaminasi dari ludah kita ke irus tersebut. Kalau toh kemudian dicuci bersih,
kesan orang yang melihat tetap menjijikkan. Perilaku ini kaitannya dengan
etika.
3. AJA SOK NUCUP BANYU KENDHI, MUNDHAK ORA ILOK
Leher dan
mulut “kendi” sering ditempati semut atau binatang kecil lainnya. Kalau
langsung kita “cucup” khawatirnya binatang-binatang tersebut yang "ndilalah" pas kebetulan
ada di situ, ikut tertelan. Seandainya air kendi kita tuang dulu sedikit ke tanah, baru
kita “cucup” mulutnya, memang merupakan tindakan hati-hati tetapi tetap tidak
benar karena tidak etis dan tidak higienis. Kotoran dan mungkin bibit penyakit
yang ada di mulut kita melalui "cucupan" ke mulut kendi, pasti akan mencemari air dalam kendi. Padahal air didalam kendi
disdiakan untuk minum beberapa orang.
4. AJA SOK ANGLONGGA (ANGGOGOK) BANYU KENDHI, MUNDHAK
ORA ILOK
Sama dengan
angka 3 di atas. Bedanya yang di atas mulut kita menempel ke mulut kendi,
sedangkan yang ini ada jarak antara mulut kendi dan mulut kita. Minum dengan cara ini sama halnya
dengan menuang air ke ember. Baiknya disini tidak terjadi kontaminasi. Buruknya
ada di tatakrama. Jelek sekali dilihat orang. Bayangkan saja kepala kita
mendongak ke atas, mulut terbuka lebar, mungkin mata kita membelalak, lalu
dituang air dari atas. Bunyi mulut yang celegukan menelan air juga tidak nyaman
di telinga orang. Kemudian akan ada sisa air yang terciprat ke dagu dan pipi kita,
kita usap dengan tangan. Wah, orang semakin jijik sama kita. Kalau mau minum
air kendi ya baiknya pakai gelas atau cangkir.
KESIMPULAN
Dalam hal
minum tidak terlalu banyak masalah. Umumnya kita minum tidak bersama-sama orang
lain, menggunakan cangkir atau gelas. Dua hal yang perlu diperhatikan adalah:
Etika dan Kontaminasi. Jaga sopan santun dan jangan mencemari air minum. Banyak
sekali penyakit yang ditularkan melalui air, dan banyak bibit penyakit yang
hidup di air. (IwMM)
Dilanjutkan
ke: Gugon tuhon, tidak sekedar “ora ilok” (7): Perilaku duduk
No comments:
Post a Comment