Saturday, November 17, 2012

GUGON TUHON, TIDAK SEKEDAR “ORA ILOK” (10): SIKAP TUBUH

Melanjutkan tulisan: Gugon tuhon, tidak sekedar “ora ilok” (9): Menyapu dan cuci piring, kita beralih ke “sikap tubuh” yang umumnya merupakan cerminan dorongan hati dan kita lakukan tanpa sadar. Sikap tubuh dengan demikian merupakan "bahasa tubuh" (body language). Beberapa contoh bahasa tubuh yang yang menimbulkan kesan atau interpretasi kurang baik antara lain sebagai berikut:
 
 
 
1. AJA SOK MALEROK, BESUK ANA KANANE, MATANE MUNDHAK DICUKIL MALAEKAT
 
“Mlerok” sulit diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kurang lebihnya dapat diartikan melirik sekaligus membelalak.
 
Setidaknya ada dua kemungkinan kesan yang timbul dari si penerima “plerokan”. Pertama yang mlerok sedang marah, atau tidak berkenan terhadap sesuatu hal, sedangkan yang kedua adalah sikap kemanja-manjaan sekaligus genit. Hal ini banyak dilakukan kaum wanita. Merupakan bahasa tubuh yang kurang baik dan dapat menimbulkan salah terima. Ancamannya melibatkan Malaikat. Nanti setelah mati, matanya dicukil Malaikat.
 
 
2. AJA SOK MENCEP, BESUK ANA KANANE LAMBENE MUNDHAK DIGUNTING MALAEKAT
 
“Mencep” adalah mencibir, penjelasannya sama dengan ”mlerok”. Karena ini urusan bibir, maka setelah mati bibirnya akan digunting Malaikat.
 
 
 
3. AJA SOK NUDING NGANGGO TANGAN KIWA, MUNDHAK ORA ILOK
 
Bagi orang Jawa, penggunaan tangan kiri menunjukkan sifat “degsura” (tidak tahu sopan santun). Walaupun hanya menunjuk, jangan menggunakan tangan kiri. Ancamannya tidak melibatkan malaikat. Cukup “ora ilok”. Jadi gradasinya masih lebih rendah dibanding butir 1 dan 2 di atas
 
 
4. AJA SOK NAMPANI NGANGGO TANGAN KIWA, MUNDHAK ORA ILOK
 
Penjelasannya sama dengan butir 3 di atas. Menerima sesuatu dengan menggunakan tangan kiri termasuk perilaku “degsura”.
 
 
 
5. AJA SOK SANGGA UWANG, MUNDHAK NYANGGA SUSAHE WONG PATANG PULUH
 
Bertopang dagu menunjukkan hati sedang susah atau sedang dirundung masalah. Kalau kita tidak sedang susah, untuk apa “sangga uwang”, nanti dikira sedang bersedih hati. Dilihat orang juga kelihatan tidak pantas.
 
Supaya kita sadar maka diingatkan dengan ancaman, bahwa orang suka "sangga uwang" nanti akan menanggung susahnya 40 orang. Kan malah tambah tidak enak.
 
 
 
6. AJA SOK SADHAKEP, MUNDAK DIEDOHI RIJEKI
 
“Sedakep” atau berpangku-tangan sepanjang kita tidak sedang kedinginan, juga menunjukkan situasi orang sedang susah. Disamping itu berpangku tangan mempunyai konotasi "acuh kepada sekitar" sekaligus tidak energik.  
 
Penjelasannya sama dengan butir 6 di atas. Supaya kita ingat bahwa "sedhakep" itu merupakan bahasa tubuh yang kurang pantas, maka diberi ancaman sederhana tetapi tidak enak: Dijauhi rejeki.
 
 
KESIMPULAN
 
Bahasa tubuh menujukkan isi hati kita. Mengontrolnya memang sulit. Dengan kesadaran bahwa isi hati yang tercermin dalam bahasa tubuh bisa dijadikan petunjuk orang lain untuk memahami “mood” kita saat itu, mudah-mudahan kita dapat mengontrolnya. Orang Jawa secara alamiyah sudah diajar untuk “samudana” Tetap riang walau sedang berang, tetap ramah walau sedang gundah. Dibantu sedikit ancaman melalui gugon tuhon, mudah-mudahan berhasil (IwMM)
 

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST