Sunday, October 28, 2012

MANUSIA HARUS PUNYA TEMAN (3): KISAH HUTAN, HARIMAU DAN MANUSIA

Pada tulisan manusia harus punya teman (2): Kisah Garuda, Naga dan Batara Sramba diceriterakan tentang persahabatan antara orang biasa dan orang berkedudukan tinggi yang punya sifat utama dan sembada. Sedangkan pada  tulisan Manusia harus punya teman (1): Kisah kura-kura, kera, dan ketam, menjelaskan persahabatan antara dua orang yang setingkat. Maka pada posting ini dikisahkan bagaimana kalau persahabatan yang sudah ada itu retak.
 
Kisah ini dapat dibaca pada Serat Panitisastra, karya Yasadipura II, pada pupuh ke3, tembang gambuh bait ke 4 s/d 11 sebagai berikut:
 
(4) Ing pawong mitra tuhu, aywa kadi Sang Singa rehipun, lan Sang Wana atut arukun ing nguni, reksa rineksa akukuh, mulya kalike balero,
 
(5) Sayekti nora wurung, rinusak dening manusya gupuh, binabadan ginaganan dadya tegil, parandene alas iku, ngresula kanggonan ing mong.
 
(6) Iya Sang Singa iku, mangsa nuli mangiha rahayu, pasthi enggal pinaten ing manungsyeki, parandening marang ingsun, asring pangucapen awon.
 
(7) Mangkana singa gupuh, kesah saking ing panggenanipun, tilar wana memereng tepining tegil, tan antara gya kadulu, mring wong desa awawartos.
 
(8) Sanjang myang tangganipun, prapta sagagamane gumrubyug, singa sampun kinepung rinujak mati, pinurak ing manusya gung, rikang sapejahireng mong.
 
(9) Sang wana mari sintru, ilang kumarane sonya sampun, binabadan dening wong desa sirnanting, dene wus tanpa pakewuh, babyane wus mecethot.
 
(10)Tan rininga dhusun, singa wana sareng rusakipun, macan mati alas binabad tinegil, yeku alaning tumuwuh, bangkelan waon-waonan.
 
(11) Rebut reh rebut unggul, palaning tan rukun nora arus, prayogane sagung aurip puniki, darbea mahasraya nung, tegese kang winiraos.
 
 
Adapun terjemahan bebasnya sebagai berikut:
 
 
PERSAHABATAN ANTARA HARIMAU DAN HUTAN
 
Dikisahkan bahwa pada awalnya hutan dan harimau merupakan dua sahabat karib, amat rukun dan saling menjaga. Hutan menyediakan pangan sekaligus tempat perlindungan bagi harimau, dan harimau menjaga hutan dari gangguan tangan-tangan jail manusia. Manusia tidak segampang itu merusak hutan karena dihuni harimau.
 
Entah siapa yang menjadi provokator, persahabatan itu pada akhirnya retak. Barangkali hutan merasa “take and give” nya lebih menguntungkan harimau. Harimau merasa sakit hati, pergilah ia dan bermukim di tegalan pinggir hutan. Melihat harimau pergi, hutan tidak berupaya mencegah, malah dalam hati mengkata-katai: “Dasar harimau suka ngomong jelek, di tempat terbuka apa kamu akan selamat, pasti dibunuh manusia. Hutan lupa akan pepatah “rukun agawe santosa, crah marahi bubrah”. Putus arang sudah, persahabatan lama antara harimau dan hutan
 
 
HARIMAU DIBUNUH MANUSIA, HUTAN DIRUSAK MANUSIA

Tak lama kemudian harimau yang berada di tegalan pinggir desa pun ketahuan manusia yang segera kabar-kabar ke penduduk sedesa. Rame-rame orang membawa senjata, harimau dikepung dan menemui ajalnya. Hutan melihat dari jauh “Nah, salahmu sendiri. Tanpa harimau, aku tidak patheken,” barangkali demikian pikirnya. Hutan lupa, dengan sepeninggal harimau, wibawanya pun ikut hilang. Manusia dengan leluasa masuk hutan karena menganggap hutan sekarang aman. Pohon-pohon pun ditebang, ladang diperluas. Harimau mati, hutan ikut mati. Manusia berpesta-pora.


LIDING DONGENG
 
Pada bait ke 4 disebutkan bahwa dalam persahabatan jangan seperti kisah hutan dan harimau (Disebut “singa” tetapi juga “mong”. Mong adalah dasanama harimau. Dalam terjemahan bebas semua saya tulis sebagai “harimau”). Ketika hutan “ngresula kanggonan ing “mong” (bait 5) maka harimau pun terpaksa menyingkir, “singa gupuh kesah saking panggenanipun” (bait 7). Ada masalah mestinya diselesaikan dengan semangat persaudaraan. Manusia sering lupa bahwa kebersamaan adalah kekuatan. Mestinya mereka harus mempertahankan semangat “ sabaya mukti sabaya pati”, senang sama dinikmati, sengsara sama dijalani. Yang terjadi akhirnya malah mati satu persatu karena terpecah-belah (IwMM
 

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST