Dalam
Serat Wulangreh, pupuh Pangkur bait ke 13 Sri Pakubuwana IV menyebutkan jangan sampai kita ketempelan watak yang tidak sepantasnya menempel
dalam diri manusia. Watak tersebut tidak layak (arus) menyatu dalam diri manusia. Sebaiknya kita melakukan hal-hal yang patut dan dapat dijadikan contoh untuk diikuti. Lengkapnya bait ke 13 sebagai berikut:
Jumlah watak tersebut ada enam, disebut dan dijelaskan berturut-turut pada bait berikutnya yaitu yang ke 14 sd 17: Lonyo, lemer, genjah, angrong pasanakan, nyumur gumuling dan ambuntut arit. Lengkapnya dapat dibaca pada gambar di bawah:
Adapun pengertian dari masing-masing watak tersebut adalah:
1. LONYO
Adapun pengertian dari masing-masing watak tersebut adalah:
1. LONYO
Disebutkan
pada bait ke 14 pada gambar di samping, “pan wong lonyo nora kêna dipun êtut; monyar-manyir tan antêpan”. Maksudnya adalah orang yang mulutnya
tidak bisa dipegang. Mencla-mencle, tidak bisa dipercaya
2. LEMER
2. LEMER
Disebutkan
pada baris terakhir bait ke 14 dan baris pertama bait ke 15 pafa gambar di samping “dene lèmèrên puniki; parapenginan têgêsnya”. Maksudnya orang yang tidak setia. Kalau laki-laki “sèdhèng”
kalau perempuan dikatakan “laku ngiwa”. Selingkuh.
3. GENJAH
Disebutkan pada baris ke dua bait ke 14 di atas: “genjah iku cecegan barang kardi”. Maksudnya adalah: Mendahului pekerjaan sebelum waktunya. (Genjah dalam dunia tumbuh-tumbuhan pengertiannya adalah tanaman yang cepat tumbuh menjadi besar)
4. ANGRONG PASANAKAN
Disebutkan pada baris ke 3 sd 7 bait ke 15 di atas: “angrong pasanak liripun; rêmên olah miruda; mring rabine sadulur miwah ing batur; mring sanak myang pasanakan; sok sênênga dèn ramuhi”. Maksudnya suka mengganggu istri saudara dan pembantu
5. NYUMUR GUMULING
Disebutkan pada baris 1 sd 4 bait ke 16 di atas: “nyumur gumuling têgêsnya; ambêlawah datan duwe wêwadi; nora kêna rubung-rubung; wêwadine dang wutah”.
Maksudnya orang yang tidak bisa simpan rahasia. Kalau kumpul dengan orang lain maka rahasia yang dia tahu ditumpahkan.
3. GENJAH
Disebutkan pada baris ke dua bait ke 14 di atas: “genjah iku cecegan barang kardi”. Maksudnya adalah: Mendahului pekerjaan sebelum waktunya. (Genjah dalam dunia tumbuh-tumbuhan pengertiannya adalah tanaman yang cepat tumbuh menjadi besar)
4. ANGRONG PASANAKAN
Disebutkan pada baris ke 3 sd 7 bait ke 15 di atas: “angrong pasanak liripun; rêmên olah miruda; mring rabine sadulur miwah ing batur; mring sanak myang pasanakan; sok sênênga dèn ramuhi”. Maksudnya suka mengganggu istri saudara dan pembantu
5. NYUMUR GUMULING
Disebutkan pada baris 1 sd 4 bait ke 16 di atas: “nyumur gumuling têgêsnya; ambêlawah datan duwe wêwadi; nora kêna rubung-rubung; wêwadine dang wutah”.
Maksudnya orang yang tidak bisa simpan rahasia. Kalau kumpul dengan orang lain maka rahasia yang dia tahu ditumpahkan.
6. AMBUNTUT ARIT
Disebutkan
pada baris ke 5 sd 7 bait ke 16 dan baris ke 1 sd 2 bait ke 17 di
atas: “buntut arit puniku pracekanipun; abênêr ing pangarêpan; nanging
garèthèl ing wuri. sabarang kang dipun ucap; nora wurung amrih olèh pribadi”.
Maksudnya orang yang enak di depan tetapi di belakang jadi masalah. meniru bentuk arit (sabit) yang lengkung. Dalam percakapan bahasa Jawa sehari-hari jaman sekarang, orang yang “mbuntut arit” ini dikatakan punya perilaku yang “mbendhol mburi”.
KESIMPULAN
Maksudnya orang yang enak di depan tetapi di belakang jadi masalah. meniru bentuk arit (sabit) yang lengkung. Dalam percakapan bahasa Jawa sehari-hari jaman sekarang, orang yang “mbuntut arit” ini dikatakan punya perilaku yang “mbendhol mburi”.
KESIMPULAN
Demikianlah
6 watak yang seharusnya tidak dimiliki manusia: Yang terkait dengan perilaku
mulut adalah Omong mencla-mencle, mendahului sebelum waktunya, mulut bocor
tidak bisa simpan rahasia, omong enak di depan tetapi di belakan menelikung.
Adapun yang terkait dengan perilaku “thukmis” adalah suka menyeleweng dan
mengganggu isteri orang. Sri Pakubuwana IV menekankan:
(1)
Janganlah
kita ketempelan watak tidak pantas tersebut “aja nêdya katempelan; ing wêwatêk kang tan pantês ing
budi” (Bait
ke 13 baris ke 1 dan 2)
(2)
Janganlah
meneladani ke enam watak tersebut “aja anêdya telad; mring watêkan
nênêm prakara puniku”
(Bait ke 17 baris ke 5) dan
(3)
Berupayalah
(walau sulit) ibarat mengapungkan emas di air “sayogyane ngupayaa; lir mas tumimbul ing warih”
(IwMM)
No comments:
Post a Comment