Tuesday, July 10, 2012

SAPA TEMEN NEMU TEMEN. AJA NGANGGEP MOKALE GANTHAMU

Sifat “Temen” telah dijelaskan pada tulisan Wasiyat dalem KGPAA Mangkukegara III:Temen, Mantep, Gelem, Nglakoni, Aja Kagetan, Aja Gumunan. Dalam tulisan ini, "Siapa mengerjakan dengan sungguh-sungguh akan sungguh-sungguh memperoleh. Jangan menganggap tidak mungkin apa yang kau lakukan". Demikian kurang-lebih terjemahan judul di atas,  salah satu judul tulisan dalam Gagasan Prakara Tindaking Ngaoerip, R Kartawibawa, Balai Pustaka, 1921.

Banyak orang bekerja setengah hati, melihat beban yang tinggi. Kalau sudah seperti ini berarti kegagalan sudah di depan pintu. Bagaimana R Kartawibawa mengulasnya, saya terjemahkan di bawah ini. Mohon diperhatikian bahwa tulisan ini dibuat tahun 1921, sehingga contoh-contohnya mungkin sudah terlalu kuno.

Andaikan betul bahwa dunia ini milik manusia, mengapa manusia tidak mampu memetik manfaatnya. Sesuatu kalau memang diinginkan betul-betul, dan kita menetapkan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan, pasti akan berhasil. Sesuatu yang tidak mungkinsebenarnya tidak ada.

Kata-kata “tidak mungkin” adalah ucapan orang dulu-dulu kalau menjelaskan kegamangan untuk mengerjakan sesuatu pada masa itu. Orang sekarang tidak boleh berkata “tidak mungkin” atas sesuatu yang dia ingin capai. Mengatakan “tidak mungkin” adalah tanda-tanda orang “menyerah kalah, yang menunjukkan piciknya nalar. Siapa yang suka dikatakan picik nalarnya, kecil hatinya atau lemah tekadnya? Kalau tidak suka, ya jangan menghidupkan kata “tidak mungkin”.

Kalau orang dulu tidak mampu, apa orang sekarang juga harus tidak mampu? Kalau mengatakan demikian, berarti kan merendahkan diri sendiri. Cobalah lihat: telepon, telegram, kereta api, kapal laut, kapal terbang, sepeda, kamera. Semua itu sekian tahun yang lalu dianggap barang tidak mungkin.

Manusia sekarang telah mampu terbang ke angkasa, bahkan bisa menyimpan suara. Hal-hal yang orang dulu membayangkan saja tidak pernah. Yang namanya roda saja dulu tidak terpikirkan. Walau demikian semua sekarang ada, malah menjadi benda harian yang dimiliki semua orang

Pada masa itu kita mengatakan “mustahil” bisa melihat "makhluk halus" (lelembut)  yang menyebabkan penyakit pes atau kholera, atau mengetahui apa saja yang ada di dalam setetes air. Hal itu karena kita tidak punya alat dan ilmunya. Tetapi para ahli yang punya niat sungguh-sungguh dan benar-benar tekun, pada akhirnya menemukan bakteri penyebab pes dan kolera, yang ternyata bukan lelembut.

Orang yang ingin sembuh dari sakit tetapi tidak sungguh-sungguh berobat, malah jadi lama sakitnya, karena upayanya kurang “temen”. Oleh sebab itu kalau kita punya kehendak yang baik, jangan mundur hanya dengan kegagalan satu dua kali. Ulangilah lagi.

Itulah yang ditulis oleh R Kartawibawa 81 tahun yang lalu. Ingat Archimedes dengan hukum Archimedes tentang berat jenis? Ketika itu ia diminta Hiero dari Syracuse untuk mengetahui kemurnian mahkotanya. kala itu ia curiga jangan-jangan emasnya dikorupsi si pandai emas dan dicampur logam lain. Tidak secepat itu Archimedes menemukan solusinya. Sampai akhirnya saat ia berendam dan menyadari bahwa air di bath tube nya meluap. Sekarang ia tidak hanya bisa mengukur berat tetapi juga volume. Dan kemurnian emas pun dia temukan. Lari-lari ia berteriak “eureka”. Jadi: sapa sing temen, “Eureka” (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST