Ternyata
cukup banyak peribahasa Jawa yang berceritera tetang kesengsaraan, kesialan dan
kemiskinan. Apakah memang banyak orang Jawa yang punya nasib demikian sehingga
curhatnya dikeluarkan dalam bentuk peribahasa? Saya ketemu seseorang yang
berkeluh-kesah tentang nasibnya. Saya coba ubah kata-katanya dengan menggunakan
peribahasa supaya memudahkan pemahaman peribahasa tersebut, menjadi drama pendek 7 babak dengan 36 peribahasa seperti di bawah
ini:
SATU
Saya
ini kerja sudah cukup lama dan keras. Pagi sore siang dan malam (1) Ngepuh kringet, (2) Sikil digawe endhas, endhas digawe sikil, (3) “digarokake dilukokake kaya si kebo debleng” tetapi kok ya
tetap (4) “mancak wadhah tulupan”
(5) Tumenga sepa, tumungkul sepi, saya ini benar-benar seperti (6) Wong mati ora kesasaban bumi. Masa depan rasanya gelap gulita.
KETERANGAN
1. Ngepuh Kringet: (Ngepuh: memeras). Memeras keringat, kerja keras.
2. Sikil digawe endhas, endhas digawe sikil: Kaki dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki. Jungkir balik, kerja amat keras dan berat.
KETERANGAN
1. Ngepuh Kringet: (Ngepuh: memeras). Memeras keringat, kerja keras.
2. Sikil digawe endhas, endhas digawe sikil: Kaki dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki. Jungkir balik, kerja amat keras dan berat.
3.
Digarokake di lukokake kaya si kebo debleng: (Garu dan luku: peralatan membajak sawah yang biasanya “dulu” ditarik kerbau). Artinya: Kerja keras
(seperti kerbau membajak sawah)
4.
Mancak wadhah tulupan: (Mancak: menerima barang yang dilempar; tulupan: sumpit untuk menembak burung),Tulup atau
sumpit, adalah bambu yang muka belakang bolong. Maksud peribahasa ini, sudah
kerja lama tapi tidak punya simpanan, seolah tempat uang bolong.
5. Tumenga sepa tumungkul sepi: (Tumenga: mendongak ke atas; Tumungkul: menunduk kebawah; Sepa: hambar; Sepi: kosong). Kemanapun tidak ada yang dapat diharapkan.
6. Wong mati ora kesasaban bumi: (Orang mati yang belum dikubur). Hidup amat sengsara
5. Tumenga sepa tumungkul sepi: (Tumenga: mendongak ke atas; Tumungkul: menunduk kebawah; Sepa: hambar; Sepi: kosong). Kemanapun tidak ada yang dapat diharapkan.
6. Wong mati ora kesasaban bumi: (Orang mati yang belum dikubur). Hidup amat sengsara
DUA
Hidup saya ini benar-benar (7) ”ketula-tula ketali”, betul-betul sengsara, tidak ada senangnya, Ada-saja yang bikin sial. Tahu-tahu (8) “kesandhung ing rata, kebenthus ing tawang” Apa yang saya rencanakan selalu saja (9) “Ngrangsang-ngrangsang tuna; atau (10) Gayuk-gayuk tuna, nggayuh-nggayuh luput. Apa yang saya lakukan selalu (11) “matang tuna numbak luput”. Pokoknya kalau tidak tuna (kurang) ya luput (tidak kena).
KETERANGAN
7.
Ketula-tula ketali: Terlunta-lunta
dan celaka.
8.
Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang:
Tersandung di tempat rata dan terantuk langit (tawang). Tidak mungkin orang
tersandung dan terantuk seperti ini, Andaikan terjadi ya pasti di luar
perhitungan dan memang apes.
9.
Ngrangsang ngrangsang tuna.
Ngrangsang: Meraih; Tuna: kurang (tidak sampai). Semua yang diinginkan tidak
tercapai.
10.
Gayuk-gayuk tuna, gayuh-gayuh luput:
gayuk dan gayuh artinya hampir sama. “Gayuk” untuk menjangkau sesuatu yang
konkrit (misalnya mangga di pohon) dan “gayuh” untuk sesuatu yang abstrak
(misalnya cita-cita). Arti peribahasa ini sama dengan nomor 9 di atas.
11.
Matang tuna numbak luput: Watang:
galah; tuna: kurang (berarti kurang panjang); tumbak: tombak; luput: tidak
kena). Artinya sama dengan nomor 9 dan 10. Bedanya kalau nomor 9 dan 10 masih
dalam tahapan angan-angan maka yang nomor 11 ini sudah pada tingkat tindakan.
TIGA
Beberapa waktu yang lalu saya ditawari pekerjaan. Saya harus kejar-kejaran dengan waktu karena yang menawari berada di Jakarta dan deadline nya pendek. Saya naik kereta walaupun teman saya ada yang menasihati: Apa nggak seperti (12) “mburu kidang lumayu mas?” Betul juga, kereta terlambat 10 jam.Saya kejar kesana ya seperti (13) “nututi layangan pedhot”. Pekerjaan sudah diberikan orang lain. Ya begitulah nasib saya. Ongkos terbuang pekerjaan pun terbang. Ibaratnya (14) “Suduk gunting tatu loro”
KETERANGAN
12.
Mburu kidang lumayu: mengejar kijang
berlari. Mengejar sesuatu yang belum tentu ada haslnya
13.
Nututi layangan pedhot: hampir sama
artinya dengan nomor 8. Mengejar sesuatu yang sulit didapat.
14.
Suduk gunting tatu loro: Tertusuk
gunting lukanya dua. Disini artinya orang yang mengalami kesusahan yang
bersamaan.
EMPAT
Padahal saya ini sudah mendapat rekomendasi dari bekas boss saya yang dulu terpaksa mem PHK saya karena perampingan organisasi. Ibarat (15) “ana daulate ora ana begjane”. Akhirnya pekerjaan itu (16) “ucul saka kudangan”. Ada baiknya teman mantan boss saya ini juga baik. Masih jam kerja, jadi saya di suruh ke tempat lain yang juga butuh karyawan yang cocok dengan kompetensi saya. Saya buru-buru ke sana, ternyata saya jadi seperti orang (17) “golek-golek ketanggor wong luru-luru”. Tidak hanya saya yang melamar, banyak juga yang lain.
KETERANGAN
EMPAT
Padahal saya ini sudah mendapat rekomendasi dari bekas boss saya yang dulu terpaksa mem PHK saya karena perampingan organisasi. Ibarat (15) “ana daulate ora ana begjane”. Akhirnya pekerjaan itu (16) “ucul saka kudangan”. Ada baiknya teman mantan boss saya ini juga baik. Masih jam kerja, jadi saya di suruh ke tempat lain yang juga butuh karyawan yang cocok dengan kompetensi saya. Saya buru-buru ke sana, ternyata saya jadi seperti orang (17) “golek-golek ketanggor wong luru-luru”. Tidak hanya saya yang melamar, banyak juga yang lain.
KETERANGAN
15.
Ana daulate ora ana begjane: Daulat
(restu) Maksudnya sudah ada yang merestui, misalnya memberi rekomendasi,
berarti keberuntungan yang sudah di depan pintu, tetapi tidak jadi, batal atau gagal.
16.
Ucul saka kudangan: (Ucul: lepas;
Saka: dari: Kudangan: Gendongan). Artinya sama dengan di atas, gagal memperoleh
yang dicita-citakan
17.
Golek-golek ketanggor wong luru-luru:
(Golek: mencari; Luru: mencari). Artinya ketemu orang yang punya tujuan sama
LIMA
Beberapa
waktu kemudian saya ketemu teman. Dia bilang ada lowongan di tempat lain,
peluang diterima besar, tetapi pakai masa percobaan 6 bulan, tidak digaji. Wah
itu gila, untuk apa (18) “nggepuk kemiri
kopong” jadinya kan (19) “buntel kadut,
ora kinang ora udut”
KETERANGAN
KETERANGAN
18.
Nggepuk kemiri kopong: (Kopong:
kosong). Maksudnya sudah kerja keras (nggepuk kemiri) tetapi tidak ada hasilnya
(kopong)
19.
Buntel kadut, ora kinang ora udut: (Kadut:
karung bagor; Kinang: makan sirih; Udut: merokok). Artinya kerja tetapi tidak
dapat gaji, makan dan minum. Digambarkan
dengan “ora kinang ora udut”. “Buntel kadut” bisa sebagai pemanis purwakanthi
dengan “udut”, sekaligus menggambarkan orang yang bawaannya karung bagor,
tentunya tidak punya apa-apa.
ENAM
Tapi
saya tetap bersyukur kepada Allah SWT. Nasib saya belum seperti (20) “Krokot ing galeng, (21) jamur
tuwuh ing sela, atau (22) simbar tumrap
sela”.
Ada teman sama-sama (23) "kepaten pasaban", nasibnya lebih apes. Hidupnya selalu (24) "kebaya-baya". Dimana saja dia, kalau tidak (25) "kesanja baya" ya (26) "Kepengkok pager suru". Ia selalu mendapat hambatan dan gagal. (27) "Sing digendhong mrojol, sing dikandhut mrucut".
Sekarang hidupnya cuma (28) gawe luweng, ngurugi luweng” hutang hanya untuk membayar hutang. Akhirnya jadi seperti (29) “iwak kecemplung wuwu” tidak bisa lepas dari rentenir. Lama-lama bisa habis harta-bendanya, ia menjadi orang yang (30) “kleyang kabur kanginan, (31) kandhang langit bantal ombak kemul mega”.
KETERANGAN
Ada teman sama-sama (23) "kepaten pasaban", nasibnya lebih apes. Hidupnya selalu (24) "kebaya-baya". Dimana saja dia, kalau tidak (25) "kesanja baya" ya (26) "Kepengkok pager suru". Ia selalu mendapat hambatan dan gagal. (27) "Sing digendhong mrojol, sing dikandhut mrucut".
Sekarang hidupnya cuma (28) gawe luweng, ngurugi luweng” hutang hanya untuk membayar hutang. Akhirnya jadi seperti (29) “iwak kecemplung wuwu” tidak bisa lepas dari rentenir. Lama-lama bisa habis harta-bendanya, ia menjadi orang yang (30) “kleyang kabur kanginan, (31) kandhang langit bantal ombak kemul mega”.
KETERANGAN
20.
Krokot ing galeng: (krokot, sejenis
tanaman liar kecil; Galeng: pematang sawah). Menggambarkan orang yang miskin
sekali.
21.
Jamur tuwuh ing sela: (Sela: batu).
Padahal jamur butuh tempat lembab dan teduh untuk hidup. Menggambarkan orang
yang hidup sengsara sekali
22.
Simbar tumrap sela: (Simbar: biasa
disebut tanaman tanduk menjangan, seperti anggrek, butuh hidup di kerindangan
dan menempel pada tanaman lain yang besar). Artinya sama dengan nomor 17 di
atas. Sengsara, tidak punya sumber pangan yang dibutuhkan.
23. Kepaten pasaban: Kehilangan sumber penghidupan
24. Kebaya-baya: (Baya: buaya; bahaya). Selalu celaka
25. Kesanja baya: mendapat sial di jalan
26. Kepengkok pager suru: (Suru: tanaman sejenis cocor bebek). Halangan-halangan kecil (dilambangkan pagar tanaman cocor bebek) yang tidak terduga.
27. Sing digendhong mrojol, sing dikandhut mrucut: Apa yang dimiliki selalu lepas (mrojol: sudah di dalam saku tetapi keluar; dan mrucut: sudah dipegang tetapi lepas lagi)
23. Kepaten pasaban: Kehilangan sumber penghidupan
24. Kebaya-baya: (Baya: buaya; bahaya). Selalu celaka
25. Kesanja baya: mendapat sial di jalan
26. Kepengkok pager suru: (Suru: tanaman sejenis cocor bebek). Halangan-halangan kecil (dilambangkan pagar tanaman cocor bebek) yang tidak terduga.
27. Sing digendhong mrojol, sing dikandhut mrucut: Apa yang dimiliki selalu lepas (mrojol: sudah di dalam saku tetapi keluar; dan mrucut: sudah dipegang tetapi lepas lagi)
28.
Gawe luweng ngurug luweng: Sama
artinya dengan gali lubang tutup lubang
29.
Iwak kecemplung wuwu: (Iwak: Ikan;
Wuwu: Bubu untuk menangkap ikan). Artinya masuk perangkap dan tidak bisa keluar
lagi
30.
Kleyang kabur kanginan: melayang,
terbang dibawa angin. Orang yang tidak punya tempat tinggal tetap
31.
Kandhang langit, bantal ombak,kemul mega;
(Kemul: selimut). Artinya orang yang tidak punya rumah dan hidup menggelandang.
TUJUH
Saya
bersyukur kepada Allah bahwa saya belum termasuk orang yang (32) “midak
tembelek ora penyek” saya masih muda dan punya keahlian, belum merasa (33) “kerubuhan gunung”. Saya tidak ingin
disebut (34) “aji godhong jati aking”, bagaimanapun selama ini saya belum pernah (35) "dicuthat kaya cacing". Demikian pula saya tetap yakin bahwa (36) “Gusti Allah ora sare”.
KETERANGAN
KETERANGAN
32.
Midak tembelek ora penyek: (Tembelek:
kotoran binatang, biasanya dipakai untuk menyebut kotoran unggas; Penyek:
penyet). Orang yang menginjak kotoran ayam dan kotoran itu tidak penyet tentunya orang ini lemah sekali.
Jadi menggambarkan orang yang demikian lemahnya sehingga tidak mampu untuk
kerja
33.
Kerubuhan gunung: Orang yang ditimpa kesusahan besar.
34. Aji godhong jati aking: Orang yang amat hina, daun jati kering masih lebih berharga.Dapat dibaca di Serat Wedhatama: Aji godhong jati aking
35. Dicuthat kaya cacing: Diusir dengan amat hina
36. Gusti Allah ora sare: (Tuhan tidak tidur). Ungkapan berserah diri orang Jawa kepada Tuhan. Bahwa Allah memberi cobaan tidak akan lebih berat dari batas umatnya menanggung. Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Demikianlah peribahasa dalam kisah, yang menggambarkan kesengsaraan dan kesialan. Sekaligus gambaran orang yang bisa menerima keadaan sifat optimis disertai sumarah dan pasrah kepada Allah SWT. Kiranya bermanfaat. (IwMM)
34. Aji godhong jati aking: Orang yang amat hina, daun jati kering masih lebih berharga.Dapat dibaca di Serat Wedhatama: Aji godhong jati aking
35. Dicuthat kaya cacing: Diusir dengan amat hina
36. Gusti Allah ora sare: (Tuhan tidak tidur). Ungkapan berserah diri orang Jawa kepada Tuhan. Bahwa Allah memberi cobaan tidak akan lebih berat dari batas umatnya menanggung. Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Demikianlah peribahasa dalam kisah, yang menggambarkan kesengsaraan dan kesialan. Sekaligus gambaran orang yang bisa menerima keadaan sifat optimis disertai sumarah dan pasrah kepada Allah SWT. Kiranya bermanfaat. (IwMM)
No comments:
Post a Comment