Monday, May 14, 2012

LEBAK ILINING BANYU: YANG LEBIH LEMAH JADI TUMPUAN KESALAHAN

Lebak adalah dataran rata dan lebar di tempat yang rendah. Sedangkan ilining banyu adalah aliran air. Tentusaja air akan mengalir ke lebak, atau tempat yang lebih rendah. Ada juga yang menyebut dengan "ledhok ilining banyu". sama saja, ledhok adalah cekungan yang tempatnya lebih rendah. Pengertian dari peribahasa ini adalah orang kecil, orang yang lebih lemah atau orang yang kedudukannya lebih rendah selalu menjadi tumpuan kesalahan.


Contoh sederhana yang terkait dengan aliran air adalah ketika seorang petinggi berjalan-jalan ke suatu desa, melihat air sungai yang jernih. Barangkali ingat masa kecil dulu, ia ingin mandi di sungai. Ia berjalan lebih ke hulu mencari tempat yang lebih sepi. Setelah menemukan tempat yang cocok, membuka pakaian kemudian berendam, bahkan bermain air, nostalgia jaman dulu. Tak lama kemudian ia merasa air sungai menjadi keruh (mungkin karena ulahnya sendiri bermain air). Ia pun keluar dari sungai. Di hilir ia temukan anak-anak kecil berenang-renang di sungai.

Sontak keluar marahnya. Hai anak-anak kurang ajar. Gara-gara kamu ngobok-obok air tempatku mandi jadi keruh. Bocah-bocah itu cuma saling pandang, mungkin heran. Bagaimana mereka bisa bikin keruh air yang letaknya di hulu? Tapi dasar bocah, mereka hanya tertegun sesaat, habis itu mereka teruskan lagi bermain.

Bagaimana kalau bukan sekedar bocah yang mandi-mandi di sungai. Desa itu terletak didekat sebuah hutan yang mulai gundul. Hutan gundul karena kayunya diambil rakyat untuk bahan bakar. Mencari kayu di hutan masih menjadi budaya masyarakat. Apakah mutlak kesalahan rakyat? atau mereka kemudian menjadi sekedar “lebak ilining banyu?” karena lemah maka menjadi tumpuan kesalahan? Tentunya harus dicari akar masalahnya. Saya ingat-ingat lupa tentang sebuah ceritera entah betul atau tidak kejadiannya. Katanya rakyat nebang pohon karena disuruh Gus Dur, presiden RI waktu itu. Mereka tanya: “Gus hutan ini milik siapa?” Tentusaja dijawab “Negoro” Maksud negoro adalah negara Republik Indonesia. Tapi dalam bahasa Jawa “negor” adalah menebang. Jadi “negoro” adalah tebanglah.

Dalam perjalanan pulang mobil sang petinggi mogok. Pak sopir pun mendapat makian hebat. “Dasar sopir tolol kan sudah saya bilang ribuan kali, mobil tidak boleh telat servis dan tiap pagi harus dicek semuanya sebelum berangkat. Makanya kamu saya ingatkan untuk datang satu jam sebelum berangkat, maksudnya supaya bisa cek ini itu”. Si sopir tidak berani ngomong apa-apa walaupun ia sebenarnya baru hari ini melayani sang petinggi. Sopir aslinya tergeletak di rumah sakit sejak kemarin karena sakit typhus.

Karena harus memperbaiki mobil, jam 20 malam pak petinggi baru sampai rumah, disambut makian isterinya: “Dasar laki-laki tidak pernah menepati janji. Katanya jam tujuh mau ngajak makan malam di warteg. Kalau mobil mogok ya kamu sewa mobil. Kan punya handphone, punya uang.” Pak petinggi tidak berani menjawab. Berani menjawab, omelan akan lebih keras.

Oh ya, ngomong-omong, yang terakhir ini termasuk “lebak ilining banyu atau bukan?” (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST