Saturday, January 14, 2012

SERAT WEDHATAMA: ORANG TUA YANG "GONYAK-GANYUK NGLELINGSEMI"


Anak muda kadang-kadang merasa sebal dengan orang “tua” yang banyak memberi nasihat. Sementara orang “tua” karena merasa lebih pengalaman maka sering mencela sekaligus menasihati orang yang lebih muda. Kemudian orang muda merasa nasihat yang disampaikan sudah ketinggalan jaman. Memang benar bahwa apa yang diceriterakan adalah pengalaman masa lalu di tempat yang berbeda, pada waktu yang berbeda pula terhadap orang yang juga berbeda.

Menjadi orang “tua” apalagi jaman sekarang memang harus lebih hati-hati. Anak muda sekarang lebih kritis, pengetahuan bisa jadi memang lebih luas. Satu-satunya yang kalah adalah “pengalaman”. Bila pada jaman dulu “Kebo Nusu Gudel” seolah-olah “aib” bagi orang tua, pada jaman sekarang harus dipertimbangkan lagi tingkat keaibannya.


ORANG TUA JANGAN GONYAK GANYUK


Sri Mangkunagara IV, dalam Serat Wedhatama, Pupuh Pangkur, bait ke dua di atas, menyampaikan bahwa hal ini disajikan dalam Wedhatama (jinejer neng Wedhatama), agar tidak kendor (mrih tan kemba) muatan nalar kita (kembenging pambudi). Walaupun orang sudah amat tua (mangka nadyan tuwa pikun), kalau tidak memahami ilmu (yen tan mikani rasa), pasti sepi dan hambar (yekti sepi asepa) seperti ampas kosong (lir sepah samun). Bila bertemu orang banyak (samangsane pakumpulan), perilakunya memalukan (gonyak-ganyuk nglelingsemi).

Catatan: (Tan: tidak; Kemba: tidak mantap, tidak rajin; Tan kemba: berarti “rajin”; Kembeng: genangan; Budi: Nalar, pikir, watak; Wikan: tahu;  Rasa: bisa diartikan “ilmu”; Sepa: hambar; Samun: sepi, kosong, kabur; Gonyak-ganyuk: tindak-tanduk yang tidak pas).

Menggaris-bawahi perilaku “gonyak-ganyuk” karena “serat” ini menyebutkan dalam “pasamuan” (pertemuan, pergaulan, ketemu orang banyak, pasti   terkait  dengan “bicara”) Pasamuan jaman sekarang tidak hanya tatap muka temu muka saja, tetapi bisa lebih luas dan cepat bila yang "ditatapkan" adalah muka dengan laptop, komputer tablet, BB, iPad dan sejenisnya, berkomunikasi melalui jejaring sosial. Risiko salah persepsi akan lebih besar dan lebih luas. Maka orang tua yang masih ingin sukses dalam pergaulan harus tetap tidak "kemba" (kendor) dalam "mikani rasa" (mengetahui ilmu) dan "budi" (nalar) harus terus "ngembeng" (menggenang).

Perilaku gonyak-ganyuk sulit diterjemahkan dengan kata-kata. Poerwadarminta, 1939, menyebutkan sebagai "tandang tanduk sing ora urus". Maksudnya menjadi jelas kalau kita lihat kaitan bait ke dua "samangsa pakumpulan/pasamuan"  dan "gugu karepe priyangga" pada baik ke tiga di bawah.


JANGAN NGGUGU KARSANING PRIYANGGA


Bait ke tiga dapat dilihat pada gambar di atas  Priyangga adalah "diri sendiri". Jadi yang dimaksud "gugu karepe priyangga" adalah orang yang menuruti maunya sendiri, tidak mau dengar orang lain. Apa yang orang ini lakukan? "Nora nganggo peparah" (tidak pakai pertimbangan) kalau ngomong (lamun angling). Bahasa kasarnya ya "waton njeplakke congor". Sudah ngomongnya ngawur tetapi tidak mau dibilang bodoh (lumuh ingaran balilu). Justru ia suka dipuji-puji (guru aleman).

Jelasnya “Menuruti kemauan sendiri” terdiri dari tiga hal:

(1) Bicara tanpa pertimbangan (nora nganggo peparah lamun angling) ,
(2) tidak mau dianggap bodoh (lumuh ingaran balilu)  dan
(3) ingin dipuji-puji (guru aleman).

Saya sendiri sudah cukup tua, “Serat” ini juga mengingatkan pada diri saya. Jangan sampai saya “gonyak-ganyuk nglilingsemi samangsa pasamuan”. Siapa tahu ngomong banyak tanpa dipikir, dibilang salah tidak mau, kalau nggak ada yang muji-muji tidak suka. Di depan mungkin tidak masalah tetapi di belakang dirasani orang banyak.


PENUTUP

Bila kita berhadapan dengan orang yang seperti itu, gonyak-ganyuk dan nggugu karsaning priyangga, Sri Mangkunegara IV memberi resep (sepanjang kita sudah waspada ing semu, sudah mengendap, tahu gelagat, tahu menempatkan diri), yaitu: Sinamun ing samudana (tetap berekspresi "sumeh" atau ramah) dan sesadon ingadu manis (tetap bertutur kata lembut). Mengenai hal ini dapat dibaca pada Serat Wedhatama: Sinamun ing samudana dan sesadon ingadu manis (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST