Gudel adalah sebutan untuk anak kerbau dalam bahasa Jawa. Seperti pedhet, cempe dan belo, masing-masing untuk anak sapi, kambing dan kuda. Binatang-binatang yang akrab dalam kehidupan orang Jawa dulu.
Kenapa kok disebut kebo nusu gudel, bukan sapi nusu pedhet, kita kembalikan kepada label atau stigma yang diberikan kepada kerbau sebagai binatang yang bodoh. Dengan demikian kebo nusu gudel dapat diartikan sebagai orang tua belajar pada anak, orang yang lebih tua belajar kepada yang lebih muda atau guru belajar pada murid, atau atasan belajar kepada bawahan.
Saya lebih condong kepada pengertian yang lebih universal yaitu “orang yang lebih tua belajar kepada yang lebih muda”. Tadinya saya ingin mengartikan “Orang bodoh (karena kerbau dianggap bodoh) belajar kepada yang lebih pintar”. Tapi gudel kan anak kerbau, masa lebih pintar dari bapaknya? Mungkin kalau peribahasanya diubah menjadi “kebo nusu jaran” baru betul,karena jaran (kuda) dianggap lebih pintar. Anak saya pun pasti akan protes. Pasti dia merasa tidak lebih bodoh daripada bapaknya. Contohnya kalau ada trouble dengan komputer saya, rujukan pertama saya adalah anak saya.
Saya tidak tahu jaman dulu bagaimana, karena ungkapan ini kan dilahirkan pada jaman dulu. Rasanya dulu orang tua merasa tidak begitu pas kalau harus belajar kepada yang lebih muda. Masih jaman agak dulu, seorang dokter puskesmas muda usia banyak yang merasa dianggap gudel oleh perawatnya yang usia di atas lima puluh tahun. Akibatnya suasana kerja tidak harmonis.
Pada jaman sekarang, ungkapan kebo nyusu gudel ini mestinya sudah tidak perlu ada. Wajar-wajar saja orang tua belajar pada orang muda.
Dokter muda usia tadi waktu sekolah dokter pasti dosen-dosennya lebih tua. Ketika dia mengambil S2 di luar negeri pada usia tigapuluhan, banyak dosen-dosennya yang usia sebaya. Akhirnya ketika ia melanjutkan ke S3 pada usia limapuluhan banyak dosen yang seusia keponakannya. Apa harus dianggap kebo nusu gudel?
Pemimpin jaman sekarang banyak yang usianya lebih muda daripada bawahannya, dan itu pasti terjadi karena jabatan makin ke atas makin mengerucut. Pasti hanya beberapa saja yang menyalip dan melaju sementara lainnya yang jumlahnya lebih banyak, kariernya hanya berputar-putar bak obat nyamuk bakar
EPILOG:
Satu pesan saja kepada yang tua (saya juga sudah tua) jangan lagi ada anggapan bahwa yang lebih muda itu gudel. Mereka sudah menjadi kerbau, hanya kerbau yang lebih muda. Jadi .... sama-sama kerbau. Awas, bukan maksud saya mengatakan sama sama bodoh. Kalau ada yang berpendapat demikian, salah sendiri (IwMM)
Dilanjutkan ke Kebo (3): Aja Cedhak Kebo Gupak
No comments:
Post a Comment