Sebagai kelanjutan tulisan: Gugon tuhon, tidak sekedar “ora ilok” (2): Perlakuan kepada tempat tidur, maka perilaku
tidur kita pun juga banyak aturannya. kembali karena “Wong Jawa panggonane
semu”, maka dalam memberi pitutur, sesepuh dulu umumnya tidak lugas
mengatakan: “Jangan .... karena ....” atau “jangan .... nanti ....” dengan alasan jelas. Ancaman “ora
ilok” tetap menjadi senjata andalan.
Mengupas latar belakang “ora ilok” guna memperoleh pemahaman makna perlu kita
lakukan agar pitutur para sepuh ini dapat tetap diuri-uri sebagai sesuatu yang
pantas dilestarikan. Di bawah adalah beberapa contoh perilaku tidur yang “ora
ilok”
1. YEN
ANGOP KUDU DITUTUPI CANGKEME, MUNDHAK DILEBONI SETAN
“Angop” atau menguap sebagai pertanda ngantuk,
merupakan perilaku awal sebelum kita tidur. Hati-hatilah orang menguap tanpa
menutup mulut karena setan akan masuk. Apakah setan betul-betul nerobos ke mulut yang menganga atau tidak, bila kita menguap tanpa menutup mulut memang
kelihatan jelek sekali. Cobalah sekali-sekali minta difoto saat kita menguap. Mulut terbuka lebar seperti goa. Apalagi waktu menguap,
kita mengisap udara dengan kuat. Seandainya ada binatang ringan sejenis lalat di dekat
mulut kita, pasti akan terisap ... bleng! Masuk mulut. Hal ini betul pernah
kejadian. Ada teman sebut saja namanya “Dhadhap” pernah dijuluki “Dhadhap
Bleng” karena habis menguap dia meludahkan lalat.
2.
NGANTUK SAENGGON-ENGGON IKU RAK DIIYUN SETAN
Kalau sudah ngantuk pergilah tidur pada
tempat yang seharusnya. Harus dibiasakan mulai anak-anak. Kata “diiyun” artinya
digelayuti”. Tidur sebarang tempat akan digelayuti setan. Perilaku seperti ini memang tidak sopan dan kelihatan tidak pantas
kalau dilihat orang. Apalagi kemudian kelakuan ini kita kerjakan di tempat kerja. Apa ya pantas kalau kita tertidur di kursi kantor
walaupun di ruang kerja kita sendiri. Demikian pula tidur saat rapat. Oleh sebab itu
harus dibiasakan sejak kecil.
3. AJA
SOK TURU ING WAYAH ASAR UTAWA SURUP MUNDHAK OWAH ADATE
Pengertian “owah adate” disini bukan “gila”
tetapi berubahnya pola hidup”. Bisa dibayangkan pada jam sholat Ashar kita tertidur.
Belum tentu saat adzan Maghrib sudah bangun. Bisa bablas sampai malam. Dua
sholat hilang, waktu makan mundur, dan malam menjadi susah tidur. Badan bukannya
jadi nyaman tapi malah tidak karuan.
4. AJA
SOK TURU MALANG MEGUNG, MUNDHAK ORA ILOK
Tidur dengan posisi malang-melintang
disamping memenuhi tempat juga dipandang tidak pantas, merupakan cerminan
perilaku tidak tertib. Apalagi kalau satu tempat tidur digunakan oleh
lebih dari satu orang/anak, pasti kita mengganggu kenyamanan tidur mereka.
5. AJA
SOK TURU MENGKUREP MUNDHAK PANGLING SING MOMONG
Posisi tidur yang normal adalah telentang
dengan alas kepala tidak terlalu tinggi. Tidur telungkup (mengkurep) kurang
baik untuk kesehatan karena perut yang seharusnya bisa kembang kempis tanpa
tekanan menjadi terhimpit diantara badan dan tempat tidur. Disamping itu orang
yang tidur telungkup posisi kepala pasti miring dan mulut sering terbuka. Liur
pun berleleran ke bantal. Bantal jadi kotor dan yang melihat akan merasa jijik
(nggilani). Dikatakan kalau kita tidur telungkup, yang momong (menjaga: dalam
hal ini Malaikat) akan pangling (tidak mengenali kita).
6. AJA
TURU KRUKUP, MUDHAK PANGLING SING MOMONG
Ada orang yang suka tidur dengan menyelimuti
diri mulai dari kepala sampai ujung kaki (krukup). Menakutkan (setidaknya bagi yang penakut)
karena seperti melihat orang mati. Tetapi yang lebih penting orang tidur
“krukupan” ini mudah kekurangan oksigen. Oksigen yang seharusnya leluasa masuk
paru terhambat oleh selimut yang dia pakai “krukupan” sementara CO2 justru
terakumulasi karena tertahan oleh selimut. Walau selimut berpori-pori tetapi
pergantian udara akan sesempurna dibandingkan dengan yang tidur tidak "krukupan".
7. AJA
TURU KEMULAN KLASA MUDHAK DIPARANI SETAN
Barangkali ada juga orang yang tidur
beralaskan tikar, karena kedinginan maka tikar dipakai untuk selimut. Hal ini
tidak pantas karena kelihatan seperti mayat yang tidak terurus.
8. NEK
TURU AJA UCUL SABUKAN, MUNDHAK MEKAR EPEHE
Secara harfiah pengertiannya kalau orang
tidur tidak pakai ikat pinggang, maka pinggang akan melebar. Bagi orang Jawa
pinggang ideal adalah pinggang yang kecil. Dalam arti kiasan, orang tidur harus
berpakaian, disamping menjaga tatasusila, kalau saat kita tidur ada sesuatu kejadian, maka kita bisa segera bangkit melakukan tindakan.
9. AJA
SOK TANGI KEDHISIKAN PITIK, MUNDHAK SEBEL ING SAMUBARANG
Ayam bangun kira-kira jam 5 pagi. Jadi kita harus
bangun sebelumnya. Bangun kesiangan akan kehilangan Sholat Subuh dan udara pagi yang sehat. Semua
menjadi tidak pas, cenderung malas dan semangat kerja tidak prima.
KESIMPULAN
Perilaku tidur terkait dengan ibadah, kesehatan, etika dan semangat kerja. Kita harus tidur di tempat yang seharusnya, pada waktu yang seharusnya, tidak melupakan kewajiban kepada diri sendiri maupun orang lain, memperhatikan pemeliharaan kesehatan dan .... bangun tidur jangan keduluan ayam (IwMM)
KESIMPULAN
Perilaku tidur terkait dengan ibadah, kesehatan, etika dan semangat kerja. Kita harus tidur di tempat yang seharusnya, pada waktu yang seharusnya, tidak melupakan kewajiban kepada diri sendiri maupun orang lain, memperhatikan pemeliharaan kesehatan dan .... bangun tidur jangan keduluan ayam (IwMM)
Dilanjutkan ke: Gugon tuhon, tidak sekedar“ora ilok” (4): Perilaku makan (A)
No comments:
Post a Comment