Thursday, October 25, 2012

MANUSIA HARUS PUNYA TEMAN (1): KISAH KURA-KURA, KERA DAN KETAM

Pada tulisan “Ngilo githoke dhewe, belajar bisa rumangsa” dijelaskan bahwa manusia tidak mungkin melihat tengkuknya sendiri. Dia butuh cermin ke dua. Merupakan kiasan bahwa manusia butuh orang lain. Dalam hal ini adalah untuk membantu menilai kekurangan-kekurangannya (secara jujur)
 
Kisah kura-kura dan kera adalah dongeng anak-anak yang saya baca di Majalah Kejawen, Balai Pustaka,1940, yg dimuat di Web Yayasan Karya Lestari, Surakarta. Dalam ceritera ini, ternyata manusia tidak hanya butuh orang lain untuk membantu menilai kekurangannya, tetapi juga membantu melengkapi kekuranganhnya, sesuatu yang ia tidak mampu melakukannya sendiri.
 
 
KURA-KURA KEHILANGAN SERULING
 
Alkisah kura-kura sedang asyik bermain seruling, kemudian datanglah kera. Si kura-kura sebenarnya sudah merasa tidak nyaman karena kera dikenal sebagai binatang nakal. Tetapi mau apa lagi, kera sudah duduk disampingnya.
 
“Serulingmu bagus, ya. Aku boleh pinjam?” Demikian sapa kera dengan serta-merta merebut seruling dari tangan kura-kura, tanpa menunggu ijin lebih dahulu. Malah langsung meniupnya kuat-kuat dan memainkan sebuah lagu.
 
Kura-kura hanya mampu bersabar. Setelah dirasa cukup lama dipakai bermain kera,  kura-kura pun meminta serulingnya dikembalikan. Si kera tidak bilang apa-apa, sambil ketawa-ketawa ia memanjat sebatang pohon, sampai tinggi, tanpa ada tanda-tanda mengembalikan seruling.
 
“Hai kera, kembalikan serulingku!” teriak Kura-kura dari bawah
 
Kera mengejek dari atas pohon: “OK kura, aku kembalikan, tapi ambillah kesini”
 
Tentusaja kura-kura tidak bisa memanjat pohon. Dengan hati sedih ia meninggalkan tempat itu menuju ke rumah sahabatnya, seekor ketam, untuk minta nasihat.
 
“Kera memang kurang ajar”, kata ketam. “Sudahlah kura, ini sudah sore, sekarang kamu istirahat di tempatku saja. Besok pagi kita sama-sama cari dia.”
 
“Kamu mau bantu saya? Bisakah?” Tanya kura-kura dengan ragu.
 
Ketam tertawa: “Demi persahabatan kita, kura. Dan aku punya akal”. Lalu ia menjelaskan siasatnya.
 
 
KERA MENDAPAT PELAJARAN
 
 
Besok paginya kura-kura dan ketam jalan beriringan mencari si kera. Tidak sulit menemukannya karena ia sedang bermain seruling. Arah bunyinya bisa dilacak. Ketemulah dia, bertengger di atas pohon mangga.
 
Sesuai petunjuk ketam, kura-kura berteriak-teriak dari bawah: “Hai kura, sudah sehari kau pinjam serulingku, ayo kembalikan sekarang, ganti aku yang main”
 
Sambil “cengingas-cengingis” si kera menjawab. “Kan sudah aku bilang, ambillah keatas!”
 
Sementara kera dan kura-kura saling berbantah, diam-diam ketam merambat ke atas pohon. Tak terlalu lama kemudian, tiba-tiba kera berteriak kesakitan “Aduh-aduh ...” seruling pun dijatuhkan. Ternyata ketam merayap ke ekor si kera, menggigitnya kuat-kuat.
 
Kera meloncat-loncat dengan tetap berteriak kesakitan. Rupanya ketam juga amat geregeten dengan perilaku kera yang kurang ajar. Capitnya tidak kunjung dilepaskan dari ekor kera. Gantian kura-kura ketawa: “Wah, kau rupanya hobi menari juga ya, kera. Mari aku iringi dengan sebuah lagu, biar tambah semangat”. Lalu ia mainkan sebuah lagu gembira.
 
Lama-lama ketam kasihan kepada si kera. Kalau kelamaan menggigitnya, bisa membahayakan dirinya juga. Kera lama-lama pasti tahu kalau ekornya ketempelan ketam. Maka ia melepaskan gigitannya, menjatuhkan diri dan berguling di rerumputan.
 
 
LIDING DONGENG
 
“Itulah manfaatnya punya teman”, kata kura-kura setelah menyampaikan terima kasih kepada ketam.
 
Ketam menjawan dengan lembut: “Sudah kewajiban antara dua sahabat, apalagi sederajat,  saling tolong menolong. Sabaya mukti, sabaya pati. Senang dinikmati bersama, susahpun ditanggung bersama”. (IwMM)
 

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST