Melanjutkan
“Sifat drengki (1): Serat Wulangreh” pada tulisan ini akan disampaikan tentang
tokoh wayang yang kondang dengan sifat “drengki-srei”nya, yaitu Patih Sangkuni
atau dikenal juga dengan nama “Harya Suman”. Dialah perencana sekaligus
provokator yang menyebabkan Pandawa terlunta-lunta.
SIAPAKAH PATIH SANGKUNI?
Sangkuni , S(h)akuni, adalah versi India. Bisa menjadi Sengkuni atau Harya Suman dalam pedhalangan Jawa. Nama mudanya adalah Raden Trigantalpati. Dipanggil Suwalaputra, karena ia anak raja Suwala dari Gandara. Dia punya adik wanita bernama Dewi Gendari (versi India: Sangkuni kakak Dewi Gandari).
SIAPAKAH PATIH SANGKUNI?
Sangkuni , S(h)akuni, adalah versi India. Bisa menjadi Sengkuni atau Harya Suman dalam pedhalangan Jawa. Nama mudanya adalah Raden Trigantalpati. Dipanggil Suwalaputra, karena ia anak raja Suwala dari Gandara. Dia punya adik wanita bernama Dewi Gendari (versi India: Sangkuni kakak Dewi Gandari).
Perkenalannya
dengan keluarga Hastinapura terjadi ketika ia dan Dewi Gendari berpapasan dengan
Pandudewanata yang OTW pulang dari mengikuti sayembara tanding memperebutkan
Dewi Kunti. Perlu dicatat bahwa Pandudewanata saat itu sudah membawa dua orang
puteri. Yang pertama adalah Dewi Kunti, dan satu lagi Dewi Madrim (setelah
berhasil mengalahkan Narasoma atau Salya). Sengkuni pun bertarung melawan
Pandudewanata dengan kemenangan untuk Pandu, maka kini Pandu pulang membawa
tiga putri (tambah satu lagi yaitu Dewi Gendari) plus Sengkuni yang ikut
“ngawula” ke Hastinapura. Selanjutnya Dewi Kunti dan Madrim diperistri raja
Pandudewanata dan Dewi Gendari diperistri Drestarata, kakak Pandu yang buta.
Mulailah
Harya Suman menapaki kariernya di Hastinapura sampai menjadi Patih yang
melayani Duryudana dan adik-adiknya.
TUMBUHNYA BIBIT KEDENGKIAN
Bisa jadi Sangkuni memang dilahirkan untuk menciptakan keonaran. Saya baca di Wikipedia, dikatakan Sangkuni adalah titisan dewa Dwapara yang tugasnya menciptakan kekacauan di dunia. Dalam pedhalangan Jawa, Dwapara ini sepertinya tidak pernah disebut-sebut. Kalau dilihat perjalanan hidupnya, maka bibit-bibit kedengkian ini kurang lebih sebagai berikut:
TUMBUHNYA BIBIT KEDENGKIAN
Bisa jadi Sangkuni memang dilahirkan untuk menciptakan keonaran. Saya baca di Wikipedia, dikatakan Sangkuni adalah titisan dewa Dwapara yang tugasnya menciptakan kekacauan di dunia. Dalam pedhalangan Jawa, Dwapara ini sepertinya tidak pernah disebut-sebut. Kalau dilihat perjalanan hidupnya, maka bibit-bibit kedengkian ini kurang lebih sebagai berikut:
1. HARAPAN TIDAK SESUAI KENYATAAN:
Sangkuni ikut ngawula ke Hastinapura bukan tanpa tujuan. Hastinapura adalah
kerajaan besar. Perhitungannya Gendari akan diperisteri raja Pandudewanata.
Sebagai adik dari isteri raja, ia bisa berupaya untuk mendapat peran.
Kenyataannya Gendari diberikan Drestarata, kakak pandu yang saat itu bukan raja
dan mempunyai cacat mata, yaitu buta.
2. DENDAM: Gendari tidak menolak
diperisteri Drestarata. Bahkan ia ikut solider dengan menutup matanya sehingga
tidak melihat dunia luar. Tetapi bagaimanapun ia pasti kecewa kepada
Pandudewanata. Ia berdoa supaya punya anak seratus, yang merupakan manifestasi
rasa irinya. Sangkuni selalu memanfaatkan situasi ini.
3. PELUANG DAN TANTANGAN: Peluang timbul
ketika raja Pandudewanata wafat dan Pandawa belum dewasa. Tahta diberikan
Drestarata tetapi hak atas tahta tetap pada Pandawa. Inilah tantangan bagi
Sengkuni, mau exist atau exit.
ULAH SANGKUNI
Raja
Drestarata sebenarnya bukan orang jahat. Ia bertahta atas nama Pandudewanata
dan samasekali tidak punya kehendak untuk memberikan tahta kepada keturunannya
sendiri, Duryudana dan adik-adiknya. Sangkuni melihat hal ini. Baginya tidak ada
cara lain selain mengenyahkan Pandawa dari Hastinapura. Pandawa pasti tidak
akan mengangkat orang seperti dia menjadi patih. “Exit atau Exist”. Kalau pilih
“exist” ya harus ada “extra effort”. Maka mulailah ulah kedengkian Sangkuni,
antara lain:
1.
Ketika
Pandawa dan Kurawa piknik di hutan Wanarawata, Sangkuni berhasil merencanakan
kebakaran di gedung tempat menginap Pandawa. Beruntung Pandawa dan ibunya, Dewi
Kunti berhasil selamat. Kisah ini terjadi pada bagian awal Mahabharata. Dalam
pedhalangan Jawa dikenal dengan lakon “Bale Sigala-gala.
2.
Merebut
kerajaan Indraprastha dari tangan Pandawa dengan permainan dadu. Dalam
pedhalangan Jawa dikenal dengan lakon “Pandhawa dadu”. Sengkuni lah yang
menjadi pelempar dadu dan Pandawa kalah habis-habisan. Kerajaan diserahkan,
termasuk Drupadi juga harus diserahkan. Disinilah terjadi episode Drupadi
dipermalukan Dursasana. Entah karena apa, hasil permainan dibatalkan Dewi
Gendari. Pandawa selamat tetapi tidak lama.
3.
Bukanlah
Sangkuni kalau tidak bisa membujuk Drestarata untuk mengadakan pertandingan
ulang. Hasilnya Pandawa kalah lagi. Pandawa dapat hukuman buang di hutan selama
12 tahun kemudian harus menyamar setahun. Kalau ketahuan maka hukuman diulang
lagi. Selama masa pembuangan, banyak dilakukan upaya sembunyi-sembunyi untuk
membunuh Pandawa, tetapi tidak pernah berhasil.
4.
Selesai
masa pembuangan selama 12 tahun ternyata dengan berbagai dalih kerajaan
Indraprastha tidak dikembalikan kepada Pandawa. Terjadilah perang besar
Bharatayuda.
KEJAHATAN TIDAK KEKAL
Sangkuni
mati secara mengerikan dengan tubuh tercabik-cabik di tangan Bima menjelang
akhir perang Bharatayuda. “Sapa nandur
ngunduh, sapa nggawe, nganggo” demikianlah kata dalam peribahasa Jawa. Sama
artinya dengan “siiapa menabur angin akan menuai badai”. Dalam pagelaran wayang
kulit seri Bharatayuda, setelah episode terakhir ada tradisi melarung wayang
Sengkuni ke laut. Mungkin untuk membuang sial. Orang Jawa yang suka othak-athik
sampai gathuk, mengatakan nama Sangkuni adalah akronim dari mati “sangka unine” . Celaka karena omongannya sendiri. (IwMM)
No comments:
Post a Comment