Wednesday, July 4, 2012

AYOM, AYEM DAN TENTREM

Rakyat di "negara yang ka eka adi dasa purwa, panjangpunjung loh jinawi, gemah ripah tata tentrem kerta raharja” pada  posting  saya sebelum ini, pasti hidupnya merasa diayomi, hatinya ayem dan kehidupan masyarakatnya tentrem

AYOM

Ayom berarti teduh. Kalau kita duduk di bawah pohon rindang kemudian kena hembusan air sepoi-sepoi, pasti akan timbul rasa ngantuk. Adalah sebuah pohon  yang menjadi perlambang rasa “ayom” ini,  yaitu pohon “Gayam” (Inocarpus fagiferus). Pohon ini dapat dilihat di kompleks Keraton Yogyakarta. Kata “gayam” di akronim kan sebagai “anggayuh ayom”. (gayuh, gegayuhan: cita-cita; ayom: teduh). Menggambarkan sebuah visi untuk menciptakan Yogyakarta yang “ayom” dan seterusnya “ayem tentrem”.

Siapa yang membuat rasa ayom untuk rakyat? Tentusaja bukan pohon “gayam”nya, kecuali manusia memang sedang kegerahan karena panas kemudian berteduh di bawahnya. Sudah barang tentu yang membuat ayom adalah pemimpinnya yang punya sifat “pengayom”. Pemimpin yang “ngayomi” rakyatnya kurang-lebihnya adalah pemimpin yang melindungi rakyatnya, punya tenggang-rasa, menegakkan hukum dan mampu memberi solusi untuk masalah-hasalah yang terjadi. Dalam ungkapan Jawa ada sebutan “sanggar waringin” untuk seorang yang dicintai masyarakat karena punya sifat “ngayomi” (NB. Bukan “sanggar gayam”)


AYEM

Karena merasa mendapat pengayoman, maka hati rakyat merasa “ayem”. Disisi lain pemimpin juga harus mempunyai sifat mampu “ngayemi” rakyatnya. Pemimpin harus bisa berperan sebagai bapak, kakak maupun saudara. Harus didukung sifat susila anoraga”, tutur katanya halus plus ekspresi wajah yang cerah dan tidak menjaga jarak dengan rakyatnya.

Dalam Serat Wedhatama disebutkan salah satu keteladanan Panembahan Senapati yaitu “amemangun karyenak tyasing sesama” yang terjemahannya: berupaya menyenangkan hati semua orang. Bisa “ngayemi” rakyatnya. Demikian pula juga ada kalimat “wignya met tyasing sesami” yang artinya: pandai mengambil hati semua orang.


TENTREM

Kalau semua orang merasa “ayom dan ayem” maka kehidupan masyarakat akan tenteram, aman dan damai. Damai dalam kehidupan masyarakat merupakan daya tarik bagi orang-orang dari negara lain untuk berkunjung. Berniaga, berwisata dll. Kemakmuran akan semakin meningkat sehingga negara semakin “gemah ripah”.


NGAYOMI, NGAYEMI DAN NGAYATI

Tentusaja “ngayomi” dan “ngayemi” yang secara ringkas dapat diterjemahkan sebagai “melindungi dan menenangkan” harus ditindaklanjuti dengan “ngayati” yang berarti “melaksanakan” misinya. Ngayemi bukan sekedar “ngeyem-yemi” untuk “ngayomi” tanpa langkah-langkah konkrit yang bermakna, kalau begitu namanya kan “omdo”, ngomong doang, bukan sifat seorang yang  ambeg adil paramarta” (IwMM)


No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST