Sejenis ketam, yang dalam bahasa Inggris, mungkin karena bentuknya seperti ladam kuda (walaupun punya ekor) disebut “Horseshoe Crab”. Termasuk hewan beruas (arthropoda) yang huniannya di paya-paya. Dalam bahasa Indonesia disebut kepiting ladam atau belangkas. Dalam bahasa Jawa jenis jantan binatang ini disebut “mimi” sedang betinanya “mintuna”. Termasuk satu dari dua binatang yang dalam bahasa Jawa betul-betul mempunyai nama khusus (baca Nama binatang jantan dan betina: Bahasa Jawa dan Inggris).
Mimi dan mintuna menarik bagi orang Jawa karena perilakunya yang kemana-mana senantiasa berpasangan. Sehingga suami isteri yang hidup rukun, kemana-mana selalu bersama, sebagai dua sejoli yang sehidup semati dikatakan seperti “mimi lan mintuna”. Oleh sebab itu dalam “panyandra” upacara pengantin adat Jawa, pembawa acara hampir dipastikan selaku menyebutkan kata “mimi lan mintuna” ini, misalnya:
... rinten dalu enjing sonten, amung tansah runtung-runtung, bebasane keket raket renggang gula kumepyur pulut, runtung-runtung rerentengan pindha mimi lan mintuna ...
... bagya mulya hayem tentrem runtang-runtung rerentengan kadya mimi lan mintuna ....
... kadya mimi lan mintuna gandheng renteng pindha Kamajaya lan Kamaratih dewa-dewining asmara, bebarengan sesandhingan mecaki dina-dina swarga donya ...
Dalam dunia moderen sekarang ini “mimi lan mintuna” tidak hanya muncul sebagai kata-kata panata adicara pengantin adat Jawa. Remy Sylado pun menulis sebuah novel dengan judul “Mimi Lan Mintuna” setebal 292 halaman, diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2007. Ceritanya cukup seru, intinya tetap kesetiaan yang dikemas dalam situasi jaman sekarang. Bagaimana Petruk sang preman kampung menyelamatkan Indayati, isterinya, yang menjadi korban trafiking (perdagangan wanita) di luar negeri. Silakan baca sendiri.
Yang menyedihkan “mimi lan mintuna” ternyata juga menjadi santapan manusia. Bisa sekedar dibakar saja, konon di Malaysia dimasak menjadi asam pedas dan sambal tumis belangkas. Hati-hati dalam belangkas ini ada racun yang memabokkan. Jadi harus ahli dalam memasaknya.
Ada cerita entah betul entah tidak, kalau hanya memasak satu jenis kelamin akan beracun. Tetapi kalau keduanya, racun akan tawar. Kalau ceritera ini betul, laki-laki dan perempuan yang hidup sendiri sepertinya berbahaya. Manusia hidup ditakdirkan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Dalam berpasangan sudah diberi contoh, seperti “mimi lan mintuna” yang runtang-runtung rerentengan bebarengan sesandhingan rinten dalu enjing sonten. (IwMM)
No comments:
Post a Comment