Monday, February 13, 2012

ROG-ROG ASEM

Bagi yang suka baca ceritera silat Jawa, mungkin terbayang sebuah ilmu pukulan “Rog-rog asem”. “Rog, ngerog” adalah menggoyang atau mengguncang. Dulu waktu masih banyak pohon asam di tepi jalan, saya sering lihat orang memanjat, atau menggunakan galah panjang untuk menggoyang dahan pohon asam. Lalu buah asam yang sudah masak pun berjatuhan.

Orang Jawa mengatakan hujan sebentar dengan butiran air besar-besar adalah “udan rog-rog asem”. Demikian pula suatu aktifitas atau kegiatan yang tiba-tiba heboh tetapi tak lama kemudian hilang gregetnya. Entah karena sifat manusia memang cepat bosan, atau ada kegiatan lain yang lebih gempar. Dalam bahasa Indonesia dikatakan “hangat-hangat tahi ayam”. Hangatnya cuma sebentar, demikian pula asam yang jatuh, sekali goyang berjatuhan, habis itu berhenti.

Jaman sekarang fenomena “rog-rog asem” ini sepertinya makin banyak. Pada peringatan hari-hari tertentu, yang demikian banyak, misalnya HUT suatu organisasi, atau hari-hari yang terkait dengan kesehatan dan penyakit: hari Diabetes, Hari AIDS, Hari Gizi, Hari Cuci Tangan dan lain-lain, baik tingkat Nasional maupun Dunia, pasti banyak kegiatan: kegiatan sosial, seminar, pemberian penghargaan, pemberian santunan dan masih banyak lagi. Habis itu berhenti. Kegiatan sebenarnya tidak berhenti, masalahnya orang luar yang melihat, sepertinya hanya ada greget setahun sekali.

Contoh lain: Sekarang musim orang bikin blog, atau bikin kelompok jejaring sosial, misalnya melalui Facebook. Bahkan ikut tidak cuma satu jejaring atau satu kelompok. Mula-mula gencar, tetapi tak terlalu lama kemudian surut seperti lampu kehabisan minyak. Kelebihan beban, bosan atau kenapa? Sehingga ada akun-akun yang mangkrak tetapi tidak di delete sama yang punya.

Apa kita ini tidak suka dengan sesuatu yang rutin? Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kalau dilaksanakan pada “Dengue Day” pasti semangat. Tetapi bila disuruh PSN seminggu sekali (memang harusnya demikian kalau kita ingin benar-benar menurunkan insidens Demam berdarah), kalau gak dikejar-kejar biasanya “ogah”. Waktu saya masih dinas, yang namanya “manajemen opyak-opyak” (opyak-opyak kurang lebih berarti: diingatkan terus, dikejar terus, disemangati terus) populer sekali. Kita  harus sering melakukan kegiatan opyak-opyak ini. Jadi lucu kalau “opyak-opyak” yang bersifat “rog-rog asem” menghasilkan aktifitas yang “rog-rog asem” pula, sementara datangnya masalah selalu ada dan tidak pernah bersifat “rog-rog asem”. (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST