Friday, February 10, 2012

KEKUDHUNG WALULANG MACAN



 
Kudhung: Kerudung; Walulang: Kulit. Terjemahannya: Berkerudung kulit harimau. Maksudnya adalah orang yang berlidung dibalik nama seseorang yang disegani. Masalahnya adalah belum tentu kalau orang yang disegani tersebut tahu kalau namanya digunakan untuk berlindung. Dan celakanya nama tersebut dimanfaatkan untuk menipu atau memaksakan kehendak.

Penyakit perilaku ini dari dulu sudah ada. Orang yang dipinjam namanya juga tidak tanggung-tanggung. Mulai dari pejabat paling rendah sampai paling tinggi, mulai dari tokoh masyarakat di kampung sampai di tingkat nasional. Obyeknya juga macam macam: menjual minta sumbangan, undangan seminar, menawarkan produk, mengurus perijinan apa saja, meminta proyek, penempatan tugas dan lain-lain. Senjata yang dibawa juga macam-macam: Kartu nama pejabat, foto dia bersama pejabat, surat edaran pejabat sekaligus kepandaian bicara halus setengah memaksa.

Manusia “kekudhung walulang macan” ini cukup meresahkan, baik yang kedatangan maupun yang dipinjam namanya. Sehingga banyak yang melaporkan kepada yang berwajib dan pejabat yang dipinjam namanya pada umumnya membuat surat edaran yang pada pokoknya menyatakan bahwa hal tersebut tidak benar. Tetapi edaran boleh beredar penipu tetap mengincar.

Pernah terjadi pada jaman HP belum ada, seorang mengaku Brigjen Pol X menelpon saya. Mengatakan bahwa saya terpilih mengikuti seminar kepemimpinan. Tetapi perlu membantu biaya dua juta untuk ini itu. Batin saya ini pasti tidak betul. Kalau orangnya mengaku Brigjen bagi saya masih gampang mengatasinya. Saya tanya posisi dimana sekarang Jenderal? Alhamdulillah dia bilang sebagai Pati di Mabes Polri. Langsung saya tembak dengan “Salam saya untuk Pak Wakapolri, beliau satu embah dengan saya”. Langsung mengkeret dia. Kira-kira dia bukan polisi apalagi jenderal. Yang begini  masih termasuk kecil-kecilan dan hanya jualan undangan.  Kadang-kadang ada yang begitu beraninya menggunakan nama Presiden dan tidak sekedar jual undangan.

Dalam perjalanan waktu sayapun menjadi pejabat juga di tingkat propinsi. Dan saya tidak tahu kalau nama saya juga cukup top untuk dipinjam buat menipu para dokter. Mulai dokter umum di Puskesmas sampai dokter spesialis di rumah sakit besar, mulai yang hanya bergelar “dr” di depannya sampai yang bergelar “Prof DR” dr di depan dan sederet gelar di belakang namanya. Intinya para “calon tertipu” akan mendapat sumbangan alat atau diundang seminar ke luar negeri, uang akan ditransfer tetapi pajaknya supaya disetor dulu ke nomor rekening tertentu.

Ketika diberitahu bahwa nama saya disalahgunakan, saat itu saya malah ketawa-ketawa senang. Bukankah saya sudah jadi macan, dan kulit saya dipinjam? Mulailah saya kebakaran jenggot walau tak punya jenggot ketika seorang dokter memaki-maki saya di telepon, menuntut pertanggungjawaban karena dia sudah setor dua juta tiga bulan lalu. Buru-buru buat edaran walau saya yakin manfaatnya tidak terlalu besar. Peminjaman nama baru berhenti setelah mutasi. Maaf, bukan berhenti, hanya pindah ke pengganti. (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST