Saya ditelepon teman yang bernama Ridwan: “Resik Kerik kok nggak ditulis?” Rasanya “resik kerik” ini tidak ada di buku, demikian pula di internet. Tapi caranya membuat ungkapan dengan padanan kata dan bahasanya memang gaya Jawa. Saya tanyakan maksudnya bagaimana? Dia menjelaskan secara singkat. “Oo gitu, kalau "resik kerik" itu pituturnya bapakmu kepada kamu, OK saya tulis karena perilaku ini juga tidak pantas diteladani.
“Resik” berarti bersih, dan “kerik” dulu dilakukan kalau habis potong rambut supaya “slebornya” kelihatan. Ingat jaman dulu orang yang habis potong rambut dikatakan “slebore anyar”. Untuk menggunduli kepala sampai plonthos betul, habis dicukur lalu dikerik. Benar-benar kepalanya jadi plonthos dan “kempling”.
Ada ungkapan Jawa “Tumpes tapis”, menumpas sampai ke akar-akarnya. Tapi itu arahnya untuk musuh. Yang ini kita tidak bicara tentang musuh, bukan pula orang yang tidak kita kenal karena tak ada hubungan dengan perilaku kita yang ini. “Resik kerik” justru berlaku untuk orang-orang yang dalam keseharian dekat dengan kita. Bisa saudara, teman bahkan bawahan.
Mungkin lebih tepat definisi “resik kerik” adalah “licin tandas” dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jawa yang bukan kiasan kita kenal kata “gusis” yang artinya sama dengan “licin tandas”, habis bis tak ada sisa. Bedakan pula dengan “pitik trondhol dibubuti”. Ini juga tidak ada kaitan dengan “mbubuti bulu ayam trondhol”. Orang yang berhubungan dengan kita bisa trondhol bisa tidak trondhol tapi tidak kita “bubuti” bulunya.
Ungkapan ini digunakan untuk orang yang serakah, tidak mau menyisakan sedikitpun untuk teman. Tak ada hubungannya dengan penggede atau bukan penggede demikian pula tak selalu berhubungan dengan korupsi. Contohnya ada makanan di meja langsung saya habiskan habis-habisan. Saya tahu Ridwan belum makan tapi karena saya ingin menghabiskan ya saya habiskan. Ketika Ridwan datang ke meja makan, wah sudah “resik kerik”. Ini contoh kecil tentang makanan. Contoh lain bisa dicari sendiri.
Ketika jaman makin maju, orang melihat kerja kapal keruk, maka orang seperti ini dikatakan tipe “kapal keruk”. Bagaimanapun kapal keruk masih baik. Masih ada lumpur yang tersisa. Kemudian muncul “vacum cleaner” yang bisa menyedot debu sampai yang paling halus. Nah muncullah ungkapan baru, manusia tipe “vacum cleaner”, ini yang benar-benar “resik kerik”, licin tandas, “gusis”.
Masih adakah orang seperti ini saat ini? Orang yang tidak pernah memikirkan orang lain yang justru orang lain ini adalah kawan sendiri. (IwMM)
No comments:
Post a Comment