Trondhol: Bulunya jarang-jarang; Dibubuti: Dicabuti. Wah kasihan banget. Sudah bulunya sedikit masih dicabuti pula, kan jadi plonthos. Ungkapan ini menggambarkan orang yang tidak punya apa-apa masih dimintai macam-macam.
Saya tidak mengalami jaman penjajahan Jepang, tapi kata eyang saya dulu: “Wis jan kaya pitik trondhol dibubuti”. Heran saya, eyang menyampaikannya dengan enteng, apa karena jaman sudah lewat dan waktu itu eyang sudah jadi pejabat? Atau karena eyang adalah orang Jawa yang bisa mengambil sisi humor dari kenestapaannya? Saya malah ketawa mendengar istilah pitik trondhol. Oh ya,eyang kala itu tidak menyebut pitik trondhol tetapi pitik tukung. Sama saja, pitik tukung adalah ayam yang tidak punya bulu ekor. Kenapa eyang tidak menyebut “sudah jatuh ditimpa tangga?” Mungkin karena eyang ngendika dalam bahasa Jawa, tapi rasanya kalimat jatuh ditimpa tangga ada kesan amat sakit.
Saya juga teringat ceritera rakyat Inggris, Robin Hood. Perampok budiman hutan Sherwood di Nottinghamshire, pembela “pitik trondhol” dengan aksi “robbing from the rich and giving to the poor”, dan tentusaja menjadi musuh bebuyutan Sheriff Nottingham.
Dalam ungkapan ini siapa yang mbubuti pitik trondhol? Pasti yang lebih kuat dan kuasa dalam segala bentuk kehidupan manusia. Orang lebih kuasa itu bisa majikan kepada buruhnya. Pokoknya yang punya power, dan yang punya power itu tidak hanya pemerintah dengan legitimate powernya, masih banyak power power lain yang tidak dimiliki pemerintah. Pembantu rumah tangga juga bisa merasa seperti pitik trondhol yang dibubuti, demikian pula mahasiswa, bahkan suami atau istri.
Ungkapan ini mengandung pesan moral, kalau kita dipercaya ngayomi pitik trondhol, mbok ya jangan terlalu kejam sampai mencabuti bulunya. Masih banyak pitik yang tidak trondhol kalau kita berani mencabuti bulunya. Tetapi trondhol atau tidak trondhol, mencabuti bulu ayam (hidup) adalah melanggar HAM (Hak Asasi Margasatwa). Jangan mentang-mentang negara kita ini dikaruniai sinar matahari yang berlimpah-limpah lalu risiko terjadinya hipotermi pada ayam trondhol amat kecil dibandingkan ayam trondhol kira-kira abad ke 15 di negaranya Robin Hood.
Satu lagi, bagi yang termasuk “pitik trondhol” ada juga ungkapan yang bermakna sebaliknya: “PITIK TRONDHOL DIUMBAR NING PEDARINGAN”. Diumbar: Dilepas; Pedaringan: Tempat menyimpan padi. Intinya, ada kekhawatiran memberi kepercayaan kepada orang yang tidak punya apa-apa. Contoh sederhana: Banyak yang khawatir memberi kepercayaan jaga rumah kepada pembantu. Kenyataannya memang ada pembantu yang melarikan barang-barang saat tuannya pergi, tapi jangan lupa banyak juga pembantu yang mengorbankan nyawanya demi menjaga harta tuannya.
Dan satu kalimat penutup: Yang trondhol dan tidak trondhol harus saling asah, asih dan asuh, barulah hidup ini tenang dan ungkapan-ungkapan trondhol yang trondholo ini pelan-pelan akan menghilang ditelan waktu (IwM).
1 comment:
terima kasih atas tulisan saudara. jika berkenan saya mohon ijin mengutip makna dari tulisan dia atas sebagai pelangkap tugas
Post a Comment