Tuesday, November 1, 2011

KADANG KONANG


Kadang: Teman, saudara.
Konang: Kunang-kunang. Serangga kecil yang terbang diwaktu malam dengan lentera kelap-kelip. Di kota-kota besar mungkin susah dilihat karena cahayanya kalah kuat dengan cahaya lampu dan memang bukan habitatnya. Di desa-desa yang belum terang-benderang, banyak pepohonan dan kelembaban tinggi,  kita akan lebih mudah menemukannya.
Kunang-kunang mempunyai kedudukan khusus di hati manusia. Kita lihat saja dua lirik lagu “Kunang-kunang” Yang pertama ciptaan Ismail Marzuki, kelahiran 1914, untuk orang dewasa dan satunya ciptaan AT Machmud, kelahiran 1930. Untuk anak-anak. Yang pertama ini adalah gubahan Ismail Marzuki:
Kunang-kunang kelana di rimba malam; Dari mana kah gerangan dikau tuan; Kabar apa kah nan dikau bawa tuan; Hatiku tak sabar menanti jawaban.
Kunang-kunang singgah dulu di pangkuanku; Hiburkanlah hatiku nan dendam rindu; Beta rindukan teruna sang perwira; Bawa daku kepada dia segera.
Kemudian selanjutnya ciptaan AT Machmud:
Kunang-kunang hendak kemana; Kelap-kelip indah sekali; Gemerlap bersinar; Seperti bintang di malam hari;
Kunang-kunang terbang ke sini; Ke tempatku singgah dulu; Kemari-kemari; hinggaplah di telapak tanganku.
Anak dan dewasa sama saja, keduanya mengagumi keindahan kunang-kunang. Bedanya yang dewasa mengaitkan dengan sang kekasih nun di sana sedangkan si anak hanya ingin kunang-kunang hinggap di telapak tangannya.

Serangga pemilik zat luciferin yang dengan reaksi kimia tertentu  menimbulkan cahaya berpendar ini sejak dulu dekat dengan hati manusia. Mulai dari bangsa Maya di Amerika Selatan dulu, Jepang, Cina dan di tempat lain. Di Cina konon kunang-kunang dikumpulkan jadi lentera. Hal ini di adopsi maling Jawa dulu, kunang-kunang masuk botol sebagai penunjuk arah lari, demikian kata eyang saya

Kalau cahaya ajaib kunang-kunang mati, apakah kunang-kunang masih menarik? Dia tinggal sekadar serangga kecil yang jelek dari spesies Lampyridae saja.  

Demikian pula pengertian “Kadang konang”, ringkasnya orang mau berteman atau bersaudara hanya kepada yang punya gebyar saja: Bisa berupa kekayaan, jabatan atau apa saja yang menimbulkan daya tarik. Orang yang tidak punya gebyar jelas tidak menarik, OK lah, ini no problem. Tetapi kasihan yang dulu punya gebyar sekarang tidak, orang-orang meninggalkannya. Sampai “tidak sampai hati” memberi ulasan (IwMM).

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST