Saturday, January 19, 2013

SERAT WULANGREH: “LAKU LINGGIH” DAN “SOLAH MUNA-MUNI” YANG TIDAK SESUAI “BASA BASUKI” (3)

Pada tulisan Serat Wulangreh dan ungkapan-ungkapan yang mendukung bahwa “basa basuki" itu perlu, dijelaskan bahwa Sri Pakubuwana IV menyebutkan watak manusia ditandai dari laku linggih dan solah muna-muninipun (pupuh Pangkur bait ke 5).
 
Ada dua kata kunci disini, yaitu: Laku linggih (perilaku) dan solah muna-muni (ucapan).
Apa saja kah perilaku dan ucapan yang tidak basuki ini? Ternyata banyak sekali “warning” dari Sri Pakubuwana IV yang perlu kita perhatikan. Sehingga supaya tidak menjadi terlalu panjang maka tulisan ini dibagi menjadi empat bagian.
1
2
3
Serat Wulangreh: “Laku Linggih” dan “solah muna-muni” yang tidak sesuai “basa basuki”(3)
4

 Tulisan ini adalah bagian ketiga dari perilaku dan ucapan yang bukan basa basuki:
 
11. PUPUH DURMA BAIT KE 4-5
a.    Anggunggung: Suka memuji berlebihan. Kata “nggunggung” ini beberapa kali disebut dalam Serat Wulangreh. Suka ngunggung (suka memuji) dan gunggungan (suka dipuji) keeduanya tidak baik.
b.    Nacad kepati-pati: Mencela secara berlebihan
c.    Memaoni barang karya: Kata memaoni sama artinya dengan nacad, yaitu mencela. Disini ada tambahan kata “barang karya”. Kurang-lebih pengertiannya: Mencela pekerjaan orang
Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca pada Sesiku telung prakara menurut Serat Wulangreh: Aja anggunggung, aja nacad kepati-pati lawan aja memaoni barang karya. Khusus untuk orang yang suka nggunggung dapat dilihat pada posting Serat Wulangreh: Orang nggunggung tentu ada maunya. Adapun bait ke 4 dan 5 selengkapnya sebagai berikut:
 
12. PUPUH DURMA BAIT KE 8
a.    Ngrasani: Membicarakan seseorang pada saat yang bersangkutan tidak sedang bersama kita
Penjelasan mengenai orang yang suka ngrasani ini dapat dibaca pada posting Serat Wulangreh: Aja sok angrasani. Adapun bait ke 8 lengkapnya sebagai berikut:
 
13. PUPUH WIRANGRONG BAIT KE 5

a.    Ngakehken supaos: Suka menggunakan kata “sumpah”, menyatakan bahwa sesuatu itu benar dengan mengatakan “berani sumpah”. Orang yang murah sumpah justru bukan orang yang bisa dipercaya.
Selengkapnya bait ke 5 adalah sebagai berikut:
 
14. PUPUH WIRANGRONG BAIT KE 6
a.    Ngakehken pepisoh: Pepisuh adalah kata makian. Kita diminta hemat menggunakan bibir. Jangan begitu gampang memaki walaupun sedang marah sekalipun. “Misuh” atau memaki samasekali bukan “basa basuki” melainkan “basa candhala” (candhala: kelakuan yang nista)
Selengkapnya bait ke 6 adalah sebagai berikut:
 
15. PUPUH ASMARADANA BAIT KE 7

a.    Angkuh: Tinggi hati, sombong
b.    Bengis: Sewenang-wenang
c.    Lengus: Tidak ramah (tidak sumanak)
d.    Lanas: Brangasan, gampang marah
e.    Langar: Kasar
f.     Lancang: Mendahului perintah
g.    Calak: Mendahului ucapan
h.    Ladak: sama dengan angkuh
i.      Sumalonong: Kurang ajar (slonang-slonong)
j.      Edak: Sewenang-wenang
k.    Ngepak: Meremehkan orang lain
l.      Siya-siya: Kejam
m.   Jail: Suka mengerjai orang (sudah disebut pada pupuh Pangkur bait ke 9)
n.    Parapadu: Suka bertengkar (padu)
o.    Parawadulan: Suka mengadu (wadul)
Lengkapnya bait ke 7 sebagai berikut:


Dilanjutkan ke Serat Wulangreh: “Laku linggih” dan “Solah muna-muni” yang tidak sesuai “basa basuki” (4)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST