Tuesday, November 8, 2011

KELENGKAPAN KSATRIA JAWA PARIPURNA: WISMA, WANODYA, TURANGGA, KUKILA, CURIGA (5) - KUKILA



Episode ke 5 dari 6 tulisan: Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga

1
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (1) - Pendahuluan
2
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (2) - Wisma
3
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (3) - Wanodya
4
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (4) - Turangga
5
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (5) - Kukila
6
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (6) - Curiga

“Kukila” adalah burung, sebagai “klangenan” atau hobby, untuk relaksasi. Orang tua kita jaman dulu cukup arif dalam memahami pentingnya suasana santai. Seorang tidak bisa didera terus dengan tugas. Ada saatnya istirahat memulihkan “balung sungsum”.
Burung khusus yang menjadi piaraan ksatria Jawa adalah “perkutut”. Perkutut dipiara di rumah. Pengertiannya, rumah disamping fungsi yang telah disebut pada episode ke dua, adalah tempat seorang ksatria bersantai. Saat melaksanakan tugas, tidak ada kata bersantai-santai. “Fesbuk’an saat tugas tentunya tidak betul. Istirahat dilaksanakan waktu ishoma, snack sore dan tidur malam, tapi itu bukan berleha-leha.
Jaman sekarang burung sudah diganti peralatan audio(visual). Bersantai banyak alternatifnya. Pijat refleksi, karaoke, golf, renang, membaca bacaan ringan, dan masih banyak lagi. Semua baik, sepanjang dilaksanakan “for the sake of relaxation” bukan untuk kepentingan lain dan sesuai kemanpuan kita. Kalau memang merasa nyaman dengan golf, mampu dan tidak untuk pamer atau yang lainnya, apa salahnya. Kalau hanya mampu cangkrukan dengan teman-teman sekampung sambil “omong klobot” (baca posting omomg klobot) dan merasa terhibur serta tidak iri hati dengan yang mampu melakukan lebih, itu juga baik.
Kukila juga melambangkan seni dan keindahan. Hobby juga bernuansa seni. Mendengarkan musik, menyanyi, melukis, dan lain-lain. Ilmu (lihat “turangga” pada episode ke tiga) pada hakekatnya juga seni. Ilmu tanpa seni akan menjadi kering. Dengan memahami seni dan keindahan, otak kanan dan otak kiri akan seimbang. Sang ksatria akan semakin luwes dalam pelaksanaan tugasnya.
 
LIDING DONGENG:
Memang hanya kepada ibu saya ia menggunakan krama inggil. Saya yang kala itu masih mahasiswa, mungkin dianggapnya masih bocah wingi sore. Mengenai “kukila ia menjelaskan demikian”: “Wong urip kudu nyambutgawe, nanging ya kudu duwe klangenan) supaya uripe imbang. Biyen durung ana listrik ya ngingu manuk sing swarane apik, bisa nentremake pikiran. Manungsa yen pikirane tentrem, uripe luwih ayem, swasanane adhem, bisa mikir luwih premati”. (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST