Monday, March 5, 2012

GUPAK PULUTE ORA MANGAN NANGKANE

Kalau diterjemahkan biasa, artinya terkena getahnya (pulut) tidak makan nangkanya. Pada masa nangka belum dijual di supermarket dalam kemasan “siap makan” maka kalau kita ingin makan nangka harus berjuang dulu. Membuka buahnya yang besar, kemudian melepas isi yang dapat kita makan. Kita tidak akan pernah makan nangka tanpa “gupak pulut”nya dulu. Membersihkan “pulut” (getah) harus pakai minyak kelapa, kemudian dibilas pakai sabun.

Kecuali kita suruhan pembantu (yang tangannya belum tentu bersih juga) maka kita tidak mungkin makan nangka tanpa “effort”. Oleh sebab itu peribahasa “gupak pulute ora mangan nangkane” berkisah tentang orang yang ikut susah payah tetapi tidak menikmati hasilnya.

Mencarikan contoh manusia yang apes seperti ini ternyata tidak gampang. Sepertinya seperti itu tetapi rasanya kok tidak terlalu pas. Saya pernah mendiskusikan dengan beberapa teman, hasilnya selalu silang pendapat.

Ada sepasang maling, yang satu lari dan satunya ketangkap massa dan digebuki rame-rame (sambil menunggu polisi datang). Menurut saya ini bukan “gupak pulute ora mangan nangkane”. Memang betul ia tidak menikmati hasil. Teman yang jadi pasangan malingnya bisa saja tidak ketangkap dan berhasil “mangan nangkane”, tetapi perjoangannya untuk menyelamatkan diri  juga tidak ringan.  Rasanya lebih tepat untuk perilaku semacam ini adalah “ngundhuh wohing panggawe", atau “ngundhuh wohing pakarti” dengan kata lain: “Siapa menanam akan menuai”. Dia bukan “gupak pulut  tapi “ngundhuh”. Teman maling yang lolos, suatu saat pasti akan "ngundhuh wohing panggawe" juga

Seorang pimpinan harus hati-hati karena staf yang kerja keras bantu pimpinan (barangkali tidak ikhlas) tapi tidak dapat “reward”, bisa saja mengatakan “gupak pulute ora mangan nangkane”. Saya juga kurang sreg untuk pendapat yang satu ini. Di mata seorang pemimpin bisa saja punya pendapat menyuruh staf itu wajar-wajar saja. Walaupun mungkin sang pimpinan ini lupa, bahwa tiap orang motifnya berbeda-beda. Kemudian bagi seorang staf, bukankah sudah kewajiban, melaksanakan perintah pimpinan (sepanjang masih dalam urusan kedinasan). Coba saja lihat uraian tugas. Pada butir paling bawah biasanya tertulis kurang lebih sebagai berikut: melaksanakan tugas lain yang diperintahkan pimpinan.

Kebalikan dari “gupak pulute ora mangan nangkane” adalah “gelem nangkane emoh pulute” atau “gelem jamure emoh watange”. Jamur (pasti bukan yang di supermarket) dulu juga harus dicari, dan biasanya tumbuh di batang-batang kayu  yang sudah setengah membusuk (watang: batang).

KESIMPULAN

Ada dua perilaku bertentangan, dan ada dua orang (atau lebih) yang kerjasama melakukan sesuatu. Yang satu mau enaknya sendiri (emoh pulute atau emoh watange) tapi mau makan nangkanya atau jamurnya, sementara satunya ketiban tidak enaknya (gupak pulute). Dalam kerja tim, janganlah sampai terjadi ada yang mau enaknya sendiri sehingga tidak ada yang merasa hanya dapat getahnya saja (IwMM).

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST