Wednesday, February 15, 2012

BERAS WUTAH ARANG BALI MENYANG TAKERE

Beras tumpah jarang kembali ke takarannya. Peribahasa ini menggambarkan sesuatu yang telah berubah, sulit untuk kembali seperti semula. Pitutur yang terkandung didalamnya adalah supaya manusia hati-hati, karena kalau sudah terjadi perubahan akan sulit pulih seperti sediakala. Tentusaja yang dimaksud disini bukanlah perubahan yang bersifat baik, misalnya kita sekolah, lalu yang semula bodoh jadi pandai. Kita pergi menunaikan ibadah Haji, sepulang Haji sholatnya menjadi lebih tertib. Bukan itu yang dimaksud.
 
Perubahan disini adalah perubahan yang tidak baik. Misalnya mobil setelah tabrakan berat, kemudian kita perbaiki walau habis uang banyak, pasti tidak kembali seperti sediakala. Biasanya orang kalau punya mobil habis tabrakan, setelah diperbaiki tidak lagi dinaiki sendiri melainkan dijual. Ini tentang mobil. Lalu bagaimana dengan manusia? Sama saja, kalau sudah berubah, kembalinya tidak 100 persen.
 
Pitutur ini sering saya gunakan untuk memberikan nasihat kesehatan. Kalau beras sudah terlanjur tumpah, sulit untuk kembali ke tempat semula. Andaikan kita coba kumpulkan lagi, pasti ada yang tercecer juga, dan yang kita kumpulkan pun mungkin sudah jadi kotor. Beras tumpah ibarat orang sakit. Kalau kita sakit, contoh yang populer biasanya darah tinggi dan kencing manis, tentunya harus minum obat, cek kholesterol, gula darah dan lain-lain. Bila sudah terkontrol, tetap perlu dijaga dengan obat dan diet.

Mengapa harus dijaga? Kembali kepada filosofi “kalau beras sudah terlanjur tumpah” artinya terjadi komplikasi. Kholesterol berisiko darah tinggi kemudian stroke, kencing manis bisa merusak apa saja, maka seandainya kita masih bisa sembuh tetapi tidak betul-betul pulih “as ever”. Sisanya pasti ada dan yang sisa itu tidak pulih. Hidup kita menjadi semakin terbatas lagi.

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Masalahnya apa saja yang kita lakukan sebagai tindakan pencegahan memang tidak kelihatan hasilnya, sehingga orang malas melakukan upaya-upaya “preventif dan promotif” sebagai budaya hidup. Kita tidak sadar bahwa kesehatan yang kita miliki adalah buah dari perilaku hidup bersih dan sehat.

Manusia juga punya sifat suka melanggar peraturan. Ada teman ketika diberi beberapa larangan termasuk larangan merokok oleh dokter, mula-mula ia patuh. Kemudian coba-coba lagi. Ternyata tak terjadi apa-apa, maka semua larangan dia langgar. Suatu saat dia kena stroke, untung sembuh. Ceriteranya kepada saya: “Untung mas saya tidak mati. Sekarang saya sembuh tetapi rasanya tidak seperti dulu lagi. Betul mas, beras wutah arang bali menyang takere”.

Akhir ceritera, kita harus menjaga agar “beras tidak tumpah”. Dalam bidang kesehatan kita harus melakukan “Healthy Behavior”, atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Makan dengan menu gizi yang seimbang, olah raga teratur, rumah tidak lembab, ventilasi cukup, minum air masak, buang air besar di jamban, tidak buang sampah sembarangan,  istirahat dan rekreasi cukup, hindari kebiasaan buruk seperti rokok, minuman keras dan obat-obat terlarang, dan masih banyak lagi hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan supaya “beras tidak wutah”  (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST